#2 [10] You Choose

150K 12.8K 11.3K
                                    

.

.

#2 [10] You Choose

⚫⚫⚫

Mereka pasti cuma nyari buku. Iya. Pasti cuma nyari buku di perpus. Gak ngapa-ngapain selain itu. Walau kata Kak Rara cuma berdua aja. Lagian perpus kan gede. Gak boleh cemburu. Pokoknya gak boleh cemburu. Inget siapa yang berstatus sebagai pacarnya Kak Agam di sini.

Selama berjalan menuju perpustakaan itu, Shana terus merapalkan kalimat penenangan diri. Menyugesti diri sendiri untuk tetap berpikir positif walau sejak tadi hatinya terus-menerus disiram 'bensin'.

Ia berjalan sendiri. Menolak untuk ditemani Riana dkk. Ia yakin apa yang akan ia temui di perpus nanti sesuai yang diharapkan. Sehingga nanti ia bisa sekalian mengajak Agam pergi meninggalkan Lamia, untuk menemaninya makan di kantin.

Cukup berdua saja. Tidak perlu sampai membawa Lamia ikut serta. Biarkan saja Lamia terus berkutat dengan buku-buku di perpustakaan.

Setibanya di dalam perpus, matanya mulai menelusuri sekitar, mencari keberadaan dua orang kakak kelas itu. Langkah demi langkah ia berjalan. Ruang perpustakaan Atlanta cukup besar. Sehingga malas juga bagi Shana jika menelusuri tiap inci bagian ruangan ini. Oleh karenya dia mengeluarkan ponsel, mencoba menghubungi Lamia.

Tapi belum sempat menekan tombol telepon, pandangan matanya sudah menangkap sesuatu yang mengejutkan!

Di sana, berjarak beberapa langkah dari tempatnya berdiri, ia melihat Agam dan Lamia dalam posisi yang tidak pantas!

Shana tercengang. Seketika ia menjatuhkan ponsel. Menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. Membuat dua orang yang sedang bertindihan itu seketika menoleh padanya.

Lamia membelalak melihat kehadiran Shana. Bergegas ia berusaha melepaskan diri dari Agam. Yang sialnya, tu cowok masih setia melingkarkan kedua tangan di pinggang Lamia.

"Ka-kalian ... apa yang kalian lakuin?" tanya Shana, masih dalam keterkejutannya.

Lamia memaksa melepaskan diri. Didorongnya dada Agam kuat, lalu bergegas berdiri untuk menghampiri Shana.

"Shan, ini gak seperti yang kamu liat. Kakak bisa jelasin."

Bukan, bukan Agam yang berkata demikian. Melainkan Lamia.

Tidak mau mendengarkan. Dengan air mata yang mulai menggenang, Shana membalikkan badan dan berlari meninggalkan dua orang itu.

Lamia menghela napas berat. Menoleh sekali lagi ke Agam yang masih berbaring anteng, Lamia akhirnya mempercepat langkah menyusul Shana.

Murid kelas sepuluh itu sudah keluar dari ruang perpus. Masih terus mempercepat langkah kaki, dengan air mata menggenang di pelupuk yang mulai menghalangi pandangan. Dia terus menjauh, hingga tiba-tiba lengannya ditahan dan seseorang berdiri di depannya.

Lamia, bukan Agam. Suatu fakta yang membuatnya melenguh kecewa dalam hati.

"Shan, kamu denger penjelasan Kakak dulu. Jangan langsung kabur gitu," bujuk Lamia dengan nada lembut.

Shana mengangkat pandangan. Ketika air matanya mulai menetes, cepat-cepat ia usap kasar.

"A-aku liat dengan jelas kok kalian tadi ngapain," ucap Shana, berusaha bersuara meski rasanya berat sekali.

Lamia menghela napas panjang. "Tapi kamu salah paham, Shan. Kamu gak liat kan kronologisnya gimana?"

Shana belum menyahuti. Masih diam di posisinya. Melihat itu, Lamia tahu kalau adik kelas di depannya ini mau mendengarkan penjelasan.

Bad Boy on My BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang