#2 [04] Permulaan

141K 12K 2.5K
                                    

Repost versi Wattpad

Versi novel lengkap bisa dibaca di karyakarsa.com/meridian_dev

.

.

#2 [04] Permulaan

💫💫💫


Lamia menatap layar ponselnya dengan dahi berkerut. Ada sebuah pesan yang memberitahukan bahwa sejumlah uang masuk ke rekeningnya. Dari deretan nomor rekening serta nama yang ia kenal. Dari sang mama.

Kiriman uang? Setelah sekian lama? Kenapa ...? Atas dasar apa?

Dihitung dari jumlahnya, kiriman kali ini sebanyak dua kali jatah bulanan yang biasa dikirim keluarganya.

Lamia terdiam, menunggu-nunggu sekiranya ada pesan lain yang masuk atau panggilan telepon dari si pengirim. Tapi tidak ada. Terakhir kali sang mama menelepon, yaitu pada pagi waktu itu. Pada saat di mana ia tidak mengangkat dan sengaja membuat nomornya tidak bisa dihubungi seharian penuh.

"La, ngapain bengong liatin hape?" Tisa menyenggol pelan lengan Lamia, membuat cewek itu tersadar dari lamunan dan cepat-cepat mengalihkan pandangan.

"Eh, gak apa-apa kok, Tis."

Tisa melirik layar ponsel Lamia, tapi tidak bisa terlihat jelas ada apa di layar itu karena Lamia segera menaruh kembali ponselnya di saku seragam.

"Mau ke kantin kan? Yuk!" Mengalihkan topik pembicaraan, Lamia segera beranjak dan mengajak Tisa keluar pada jam istirahat ini.

Walaupun masih sedikit bingung, Tisa menurut saja. Ia ikut berjalan di samping Lamia, keluar kelas dan mulai menelusuri koridor. Selama itu, Lamia belum juga mau bercerita.

"La," panggil Tisa kemudian.

Lamia menoleh, dengan tampang ramah yang selalu terpasang. "Ya?"

"Kalo lagi ada masalah, lo bisa cerita ke gue," ucap Tisa langsung, memperlambat langkahnya.

Untuk satu detik, Lamia memberikan pandangan yang tidak seperti biasanya. Tapi detik selanjutnya, kembali tampang menyenangkannya terlihat. Lalu Lamia tertawa ringan, diikuti ucapan, "Apa sih, Tis .... Gue lagi gak ada masalah apa-apa kok."

Tisa bukannya bego, yang percaya begitu saja dengan jawaban Lamia. Nyaris tiga tahun. Bukan waktu yang sebentar untuk mengerti gerak-gerik Lamia selama ini.

Tanpa bisa dicegah, Tisa memutar kedua bola mata. Lalu dipandangnya Lamia.

"Di antara kita berdua, bukan cuma gue kan yang ngangep kalo kita bersahabat, La?"

Kembali Lamia menoleh. Awalnya ia mencebik berpura tersinggung dengan ucapan Tisa. Selanjutnya, ia tersenyum manis dan matanya menyorot ramah.

"Ya enggaklah, Tis. Lo tau kan, di antara orang-orang satu sekolahan ini ...., cuma lo yang gue anggep sahabat," ucap Lamia lembut. Kemudian, cewek itu mengamit sebelah tangan Tisa, termaksud mengajak berjalan lebih cepat. "Ya udah yuk jalannya cepetan. Entar kantin keburu rame lagi."

Tisa tidak menolak. Selalu .... Ia akan selalu membiarkan Lamia dengan semua tingkahnya. Karena Tisa tahu, kalau memang Lamia mau, sahabatnya itu akan bercerita sendiri. Tanpa perlu didesak. Tanpa perlu ia banyak tanya.

Tapi ngomong-ngomong ... tentang sahutan Lamia tadi ... begitu ya? Cuma dirinya yang dianggap sahabat? Cuma Tisa? Oh ya? Lalu, selama ini Lamia menganggap Agam apa?

***


Lagi-lagi pemandangan yang tidak menyenangkan tersaji di kantin Atlanta. Pemandangan yang benar-benar membuat hati penonton jadi panas, kesal, sekaligus ... iri.

Bad Boy on My BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang