Repost versi Wattpad.
Versi novel lengkap bisa dibaca di karyakarsa.com/meridian_dev
.
.
.
Wohoo update satu part lagi. Seneng gak?
Sadar gak sih kalo sejak cerita ini dipublikasikan, aku hampir update setiap hari? #ciyeee
Ramein vote dan (terutama) komennya ya, Darling 😘
***
[17] Hamil?
🔸🔸🔸
"Mau ke mana?"
Lamia langsung menghadang langkah Agam yang baru keluar kelas. Guru XII IPA 3 baru keluar lima detik yang lalu, dan melihat Agam yang langsung melompat dari bangku, Lamia cepat-cepat berdiri menutup jalan cowok itu.
Agam mengangkat sebelah alis, agak merasa kaget dengan tingkah Lamia hari ini. Tumben nih cewek langsung menghampiri setelah guru baru saja keluar. Memangnya kelas Lamia tidak ada gurunya? Keluar kelas lebih cepat? Kenapa bisa Lamia tiba-tiba sudah ada di depannya?
"Mau ke mana?" ulang Lamia lagi sambil menyipitkan mata, karena bukannya menjawab, Agam malah sibuk menatapnya.
Cowok itu menarik salah satu sudut bibir. Kedua tangan ia masukkan ke saku celana. Detik selanjutnya--bahkan tanpa Lamia duga sebelumnya--ia memajukan badan dengan cepat, membuat wajah mereka hanya berjarak beberapa senti.
"Menurut lo?" goda Agam, dengan fokus mata tertuju pada kedua mata Lamia, lalu turun ke bibir.
Menyadari ke mana arah pandang Agam, Lamia langsung menutup mulut dan mundur dua langkah.
Lamia melotot protes, membuat Agam akhirnya kembali menjauhkan badan, lalu terkekeh.
"Mau ke mana lagi emangnya?" ucap Agam kemudian.
Lamia menurunkan tangan yang menutup mulut, menunggu Agam berucap lebih lanjut.
"Mau ke kelas XII IPA 1, terus ngajak lo makan di kantin. Gitu aja pake ditanya," lanjut Agam.
"Memangnya siapa yang mau ke kantin sama lo?"
Agam mengangkat sebelah alisnya tinggi. "Kenapa?"
Lamia melipat kedua tangannya di depan perut, bersedekap. "Memangnya siapa yang bolehin lo ke kantin?"
Cowok itu mengerutkan dahi pelan.
"Lo mesti istirahat di UKS. Ayok!" Sebelum Agam sempat protes, Lamia sudah menarik tangan kanan cowok itu, membuat Agam akhirnya mau tak mau mengikuti.
"Kok ke UKS? Ngapain?" tanya Agam bingung, membiarkan Lamia menariknya berjalan.
"Gak usah nanya!" jawab Lamia cepat.
Sepanjang jalan menulusuri koridor dan menuruni tangga, Agam menurut saja ketika Lamia masih menuntun tangannya. It's okay. Dia senang malah karena Lamia jadi memegang-megang tangannya.
Tak lama kemudian, mereka sampai di UKS. Bertepatan dengan mereka yang mau masuk, Dokter Yesti baru saja mau menutupnya.
"Biar saya sama Agam yang jaga kalo Dokter ada urusan."
Karena Lamia yang mengatakannya, Dokter Yesti jadi percaya. Coba saja kalau Agam yang meminta, pastilah tidak akan dipercaya. Bisa-bisa dalam hitungan menit ruangan tersebut sudah hancur bak kapal pecah.
"Duduk sini." Lamia sedikit mendorong Agam agar duduk di salah satu brankar.
"Tiduran gih," lanjutnya.
"La, buat apa? Gue kan gak sakit." Akhirnya Agam menyampaikan protesnya juga.
Lamia kembali memicingkan mata. "Gak sakit kata lo? Gak sakit?? Terus perban di punggung itu apa?"
"Ayolah, ini cuma luka ringan," sahut Agam enteng.
Lamia menghela napas panjang. "Agam, please, lo tau kan gue takut banget kalo lo sampe kena luka tembak? Lo ... pernah nyaris mati gara-gara ini," ucap Lamia sendu.
Agam tersentak. Mengungkit kejadian itu lagi. Kalau sudah begini, Agam tidak bisa lagi apa-apa selain menurut.
"Tapi luka tembak yang ini beda sama yang waktu itu, La." Agam berusaha menenangkan.
"I see. Tapi bukan berarti lo bisa seenaknya nyelonong ke mana-mana abis ini. Lo mesti istirahat. Gara-gara semalem, lo pasti kecapekan. Abis 'kerja', langsung nyanperin gue. Gue bahkan yakin semalem lo cuma tidur beberapa jam aja. Jadi please, selama waktu istirahat ini, lo baring aja di sini. Tidur sekalian kalo perlu," ujar Lamia panjang lebar.
Agam menarik napas panjang. "Fine ...."
Senyum Lamia langsung mengembang. "Tidurnya ngadep kanan, Gam. Jangan sampe lukanya kena tindih."
"Iya, Lamia ...." Menurut, Agam berbaring seperti yang Lamia ucapkan.
Tidak cukup sampai di situ, Lamia menarik selimut, menutupi Agam hingga sebatas leher. Oke, Agam benar-benar seperti orang sakit sekarang.
"La ...." Cowok itu masih berusaha protes, berusaha menyingkirkan selimut.
"Gak usah bawel."
Oke, kalau boleh berkaca, Lamia lah yang sebenarnya cukup bawel sejak tadi.
Lamia tersenyum senang ketika melihat Agam sudah berbaring dengan anteng. "Nah lo istirahat aja di sini. Gue mau ke kantin bentar beli makanan, terus ke sini lagi. Oke?"
"Gak ada jawaban lain selain 'oke' kan?"
"Tepat!" sahut Lamia. "Jangan ke mana-mana sebelum gue balik lagi."
Setelahnya, Lamia melangkah keluar UKS. Di luar, ternyata Tisa sudah menunggu sejak tadi.
Cewek itu baru sampai. Karena tadi sebelum meninggalkan kelas, Lamia berpesan agar menyusulnya ke depan UKS. Lamia memang langsung beranjak dari bangku begitu guru melintas di depan kelas untuk pergi. Bahkan ia tidak merapikan dulu alat tulis beserta buku-buku, membuat Tisa yang melakukan.
"Jadi ke kantinnya?" tanya Tisa.
"Iya, jadi." Mereka berdua pun lalu berjalan bersama menuju kantin yang pasti sudah sangat ramai.
"Entar lo ikut gue aja makan di UKS," ujar Lamia saat melewati koridor.
"Gak usah, entar diusir Agam. Dia kan suka jahat."
Lamia tertawa pelan. "Gak bakal deh."
"Gak usah, biar gue balik ke kelas aja. Gak mau jadi obat nyamuk di antara kalian," sahut Tisa.
Lamia mengulum senyum. "Ya udah deh."
Mereka kini sudah sampai di depan kantin. Benar saja, tempat itu sudah penuh sesak. Lamia berjalan duluan. Celah jalan yang sempit tidak memungkinkan mereka berdua berjalan bersisian.
Meski ramai, Lamia tetap mempercepat langkahnya menuju penjual. Beberapa meja kantin sudah dilalui. Tapi begitu melewati salah satu meja yang dikelilingi murid kelas sepuluh, langkahnya tiba-tiba terhenti.
Kalimat itu memang tidak diucapkan dengan suara besar, tapi masih bisa tertangkap oleh indera pendengaran Lamia. Hanya dua kalimat memang, dua kalimat yang membuatnya seketika mematung.
"Tau gak? Pernah ada isu yang beredar ... katanya, Kak Agam ngehamilin Kak Lamia!"
***
Agam pernah ngehamilin Lamia. Iya atau enggak menurut kalian? Alasannya?
![](https://img.wattpad.com/cover/114086261-288-k503121.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy on My Bed
Подростковая литература"Kalo suatu saat nanti lo mau pergi, entah karena ngejar orang yang lo suka, atau ... mau mati, lo harus ngomong sama gue ya, Gam? Jangan tiba-tiba menghilang tanpa pamit." Namanya Agam Aderald, si penyebar penyakit mematikan bagi kaum haw...