.
.
#2 [06] Lamia-Zeus-Hera
🌀🌀🌀
"Kak Lamia ... pulang bareng Kak Agam terus. Ehm emangnya mobil dari aku gak Kakak pake? Kayaknya aku gak pernah liat Kakak bawa mobil itu ke sekolah. Mobilnya ... ke mana, Kak?"Sungguh Shana penasaran. Ke mana Camry Hybrid yang ia kasih pada Lamia? Kenapa tidak dipakai saja?
Itu Camry Hybrid lho. Camry Hybrid .... Bukan jenis mobil yang setara dengan Ayla atau Avanza biasa.
Mobil itu jelas masih bagus sekali. Masih mulus. Masih terlihat seperti baru karena memang jarang sekali digunakan mamanya. Mobil itu lebih sering berada di garasi daripada dibawa sang mama menelusuri jalan.
Lagi pula, bukankah lebih bagus kalau Lamia pergi ke sekolah menggunakan mobil itu saja? Ya ... daripada terus menerus nebeng pada Agam. Bagaimana pun dekatnya Lamia dan Agam, Lamia harusnya mengerti kalau sekarang cowok itu sudah berstatus sebagai pacarnya.
Shana menatap Lamia ragu. Sedikit takut kalau ternyata pertanyaannya membuat Lamia tersinggung.
Tapi semua ketakutannya seketika sirna ketika kedua sudut bibir Lamia terangkat. Memamerkan sebuah senyum manis yang selalu menyenangkan.
"Mobilnya Kakak kasih ke anak yatim," jawab Lamia santai.
Shana seketika cengo. "Ka-kasih ke orang lain, Kak?"
"Iya." Lamia mengangguk mantap.
Shana mengerjakan beberapa kali. "Kok ...? Kok Kakak kasih ke orang lain? Kenapa gak Kakak pake sendiri aja?"
Lamia mengangkat bahunya enteng. "Ya sepeti yang pernah kamu bilang waktu itu kan, Shan. Kalo Kakak nggak mau nerimanya, bisa kasih aja ke anak yatim," jelasnya.
"Iya sih .... Tapi kenapa gak Kakak pake aja? Kakak gak suka sama mobilnya? Mobilnya jelek ya?"
"Kakak cuma merasa gak nyaman aja makenya. Lagipula gak ada tempat di rumah buat naruhnya. Garasi udah diisi sama mobil orang tua Kakak. Dan apa? Gak suka sama mobilnya? Mobilnya jelek?"
Lamia terkekeh sebentar.
"Ya enggaklah, Shan. Mobil mahal dan bagus itu masa Kakak gak suka dan dibilang jelek," lanjut Lamia.
Shana perlahan mengangguk mengerti. "Oh ... gitu ya," ucapnya, berusaha menyembunyikan rasa kecewa yang tiba-tiba hadir.
"Ya udah yuk kita masuk kelas, Shan. Bentar lagi bel lho."
***
Pulang sekolah ini Lamia menemani Tisa mampir ke toko roti dahulu. Setelahnya, akan ke rumah Tisa untuk belajar bersama. Agam ada latihan judo, itulah sebabnya Lamia tidak bersama Agam saat ini."Ngerepotin banget nih orang," ucap Tisa setelah menutup sambungan telepon, setelah beberapa menit menyabarkan diri mendengar ocehan sang kakak di ujung telepon sana.
"Kenapa, Tis?" tanya Lamia. Keduanya kini telah keluar dari mobil, berjalan hendak masuk toko roti yang terlihat saat di jalan tadi.
"Biasa Kakak gue. Banyak maunya," jawab Tisa, lalu mulai membuka pintu toko dan berjalan masuk diikuti Lamia.
Sudahkah Lamia bercerita kalau Tisa mempunyai kakak perempuan yang super manja? Yap. Seorang Tisa yang jutek dan ketus itu mempunyai saudari dengan sifat jauh berbeda.
Bahkan saking manjanya sang kakak, Lamia perhatikan sepertinya Tisa lebih cocok menjadi si sulung dibanding si bungsu. Dibanding Tisa, kakaknya itu jauh lebih merepotkan, cerewet, bawel, dan sangat amat manja. Bahkan manja pada adiknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy on My Bed
Teen Fiction"Kalo suatu saat nanti lo mau pergi, entah karena ngejar orang yang lo suka, atau ... mau mati, lo harus ngomong sama gue ya, Gam? Jangan tiba-tiba menghilang tanpa pamit." Namanya Agam Aderald, si penyebar penyakit mematikan bagi kaum haw...