Repost versi Wattpad
Versi novel secara lengkap dapat dibaca di karyakarsa.com/meridian_dev
.
.
#2 [05] Tidak Bisa Membenci
🎆🎆🎆
Jujur nih, sebenarnya mereka merasa sedikiiiiit kasihan pada Shana. Iya, sedikit aja. Dan sisa banyaknya, mereka rasanya mau ngakak kuat-kuat melihat Shana dengan posisi begitu. Syukurin! Nyebelin sih jadi orang.Ada banyak macam reaksi yang ditunjukkan siswa-siswi di kantin Atlanta tersebut. Mulai dari yang menatap terkejut, melongokkan kepala penasaran, tersenyum miris, senyum-senyum gaje sendiri, bahkan sampai yang tidak tahan untuk tertawa dengan mendekap mulut sendiri.
Tapi dari banyaknya reaksi tersebut, tidak ada yang gesit untuk membantu Shana. Semuanya seolah terhipnotis hanya untuk menonton. Cuma menonton. Tidak mau mengulurkan tangan untuk membantu walaupun bisa.
Terkecuali Lamia.
Begitu melihat sumber keributan dan apa yang terjadi, cepat-cepat ia meninggalkan meja teman yang mengajaknya bicara tadi. Lalu, segera menghampiri Shana, mengulurkan tangan untuk membantu.
"Ya ampun, Shan, kamu kenapa?" tanya Lamia khawatir setelah membantu Shana berdiri kembali. Disingkirkannya sisa-sia mie yang masih menempel di baju serta rok seragam Shana.
Shana masih terlampau shock, sampai-sampai tidak tahu menjawab apa.
Lamia lalu melirik ke samping, pada cewek yang masih memegang nampan. Nampan yang sudah kosong karena mangkuk mie ayamnya sudah berpindah tempat ke lantai.
"Bukan salah aku, Kak! Beneran deh! Bukan aku yang numpahin mie ayam ini ke Shana," bela cewek itu cepat, takut dirinya yang disalahkan atas insiden ini.
Lamia melirik Shana dan adik kelas itu bergantian.
"Aku juga gak ngerti. Tadi pas aku jalan, tiba-tiba Shana megang nampan aku. Sampe mangkuknya tumpah dan ngenain Shana sendiri," tambah cewek itu.
"Ogeb tu," celetuk salah satu orang dengan suara pelan.
Bisik-bisik mulai terdengar di sekitar mereka. Membicarakan penjelasan murid kelas sepuluh itu.
"Okeey ..., Kakak gak bermaksud nyalahin kamu kok," ucap Lamia sambil tersenyum, berusaha menenangkan cewek itu yang jadi panik sendiri karena takut disalahkan.
Lalu Lamia kembali menatap Shana. Dengan sebelah tangan, dirangkulnya bahu Shana. "Yang diomongin dia, bener, Shan?"
Shana mengerjap beberapa saat. Ia menoleh ke cewek yang memegang nampan itu, lalu menatap Lamia. "Iya bener kok, Kak. Bukan salah dia. A-aku yang gak sengaja megang nampan dia."
"Dan itu karena ...?" tanya Lamia sabar.
Shana sempatkan melirik ke sekitar. "Karena kayak ada yang nyenggol kaki aku pas lagi jalan," lanjut Shana dengan tatapan sesekali melirik ke meja di sampingnya.
Lamia mengikuti arah lirikan Shana, tempat di mana beberapa anak kelas dua belas berkumpul.
"Maksud kamu, ada yang sengaja mau ngejatuhin kamu. Gitu, Shan?" tanya Lamia.
"Ehm ... mungkin." Lalu Shana melirik ke salah satu orang di meja itu.
"Apa lo liat-liat?! Maksudnya, lo nyalahin gue gitu??" bentak Rara menggebrak meja kantin sambil berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy on My Bed
Novela Juvenil"Kalo suatu saat nanti lo mau pergi, entah karena ngejar orang yang lo suka, atau ... mau mati, lo harus ngomong sama gue ya, Gam? Jangan tiba-tiba menghilang tanpa pamit." Namanya Agam Aderald, si penyebar penyakit mematikan bagi kaum haw...