"HUUU," tiba-tiba ketika aku masuk kelas kertas-kertas berterbangan ke arahku,aku refleks mundur dan menutup wajahku dengan punggung tangan."kamu gaboleh masuk kelas kami!"
"IYA!" teriak semuanya secara bersamaan,lalu mereka melempar kertas lagi ke arahku."kamu bukan anak baik-baik lagi!"
ya Tuhan bicara apa mereka ini?
"Kamu pacarankan tadi sama Harry?! ngaku ajadeh tadi aku liat!" si rambut pirang kembali mendorongku kali ini sampai terjatuh ke lantai."disgusting! kamu gaboleh main sama kita!"
"bener!" anak yang tadi berambut hitam langsung berada di samping si rambut pirang."teman-teman jangan ada yang berteman sama Jo ya,nanti kalau kalian temenan sama Jo,kalian gak di sayang Tuhan lagi"
"siapa juga yang mau temanan sama dia?"
"iya aku sih gamau sama sekali!"
"aku juga-aku juga!"
"Marly! kamu duduk sama Geovanny aja biar dia duduk sendirian!"
"iya tuh iya biar dia duduk di pojok aja,"
Si pirang mengambil tasku lalu ia lemparkan ke belakang,sampai-sampai isi tasku berhamburan.
"sudah bubar nanti kita dimarahin bu guru lagi," ucap si rambut hitam sambil menarik tangan si rambut pirang,aku menggeleng pada diriku sendiri aku tidak boleh cengengeng sama sekali nanti Mum akan khawatir padaku,jadi aku berdiri dan berjalan melewati teman-teman yang menatapku dengan pandangan beragam.
Aku berjongkok lalu memunguti isi tasku yang berhamburan,kota pensilku saja sampai retak,astaga sebegitu bencinyakah mereka kepadaku?apa salahnya sh kalau aku berteman dengan Harry?apa itu menganggu mereka?
"Jocelyn ada apa?" suara Mrs.Hanny membuatku menoleh."kenapa isi tasmu berhamburan seperti itu?
"ta-tadi tas saya jatuh Mrs.Hanny," sahutku dengan tergagap,lalu pandangan Mrs.Hanny beralih pada si rambut pirang dan si rambut hitam,menatap mereka berdua seperti menatap tersangka pembunuhan.
"Alexa! Rossie! ini pasti perbuatan kalian kan?" tanya Mrs.Hanny."Minta maaf!"
"bukan Mrs," aku menyahut dengan suara bergetar dari arah belakang."memang tas saya yang jatuh sendiri kok"
Mrs.Hanny menghela nafasnya berat,lalu mendekat ke arahku dan mulai membantuku memasukkan semua barang yang jatuh dan berserakan di lantai,"Lain kali kali kalau ada teman kalian yang kesusahan dibantu,jangan dibiarkan seperti ini lagi ya?
"Ya Mrs.Hanny," koor semuanya dengan suara kompak,aku hanya tersenyum kecut lalu duduk dan memperhatikan pelajaran Bahasa Inggris yang dibawakan Mrs.Hanny,yah mungkin belum saatnya aku mendapatkan teman.
--
Ini sudah hari ke sepuluh semenjak aku tinggal di London,tepatnya di Holmes Chapel,tak ada perubahan,aku tetap tidak mempunyai teman kecuali hanya satu,yah Harry anak lelaki dengan mata erwarna hijau yang jarang dimiliki orang lain.
"dar!" Harry menepuk pundakku,lalu menempatkan bokongnya di samping."sedang apa?"
"hanya melihat bintang,"
"kau suka bintang?" tanya Harry dengan wajah antusias."aku suka malam,aku suka hujan,aku juga suka bintang kalau kau suka bintang!"
Aku mengangkat sebelah alisku,"kenapa?"
"yah." Harry menggaruk tengkuknya."tidak tahu,aku hanya ingin mempunyai kesamaan denganmu jadi kita bisa menikmatinya bersama"
Aku manggut-manggut mendengar ucapannya,mendadak tangan Harry mencengkram pergelangku,aku menoleh sambil menatapnya heran,"ada apa?"
"are you like Tinkerbell?"
"yes," aku mengangguk."kau tau dari mana?"
"semua barangmu selalu berhubungan dengan peri kecil yang imut itu," dia mengangkat pergelangan tanganku yang sedari tadi di genggamnya."termasuk jam tangan ini"
"aku suka Tinkerbell,menurutku dia lucu," aku menatap satu bintang yang paling terang,sirius."dan cantik"
"kau tahu tentang Peter pan dan Tinkerbell?"
"yep,aku menonton semua kartunnya haha," aku tertawa.
"aku juga," Harry mengangguk."aku juga seperti Peter pan,aku tidak mau tumbuh dewasa,menurutku menjadi orang dewasa sangat menyusahkan"
"aku tahu,"
"aku takut tumbuh dewasa," ucap Harry
aku menoleh kaget."aku juga"
"bagaimana," Harry menggigit bibir bawahnya."kalau selamanya seperti ini? dan tidak akan pernah tumbuh dewasa"
"baiklah,"
"berjanji padaku?" Harry mengacungkan kelingkingnya di hadapnku sambil tersenyum.
aku mengangguk,lalu mengaitkan kelingkingnya pada kelingkingku."Janji!"
"Janji!"
"kenapa kau takut tumbuh dewasa?" tanyaku
"kenapa memangnya?" tanya Harry balik
"Just wondering," aku memutar bola mataku,lalu kembali menatap langit malam.
kudengar Harry menghela nafas,"aku tidak tau Jo,aku-aku hanya yah aku hanya takut tidak bisa bermain bersamamu lagi kalau kita sudah dewasa,pasti kita sudah punya kesibukkan masing-masing,aku tidak mau kesibukkan itu membuat persahabatan kita retak"
"kau menganggapku sahabat?" tanyaku dengan kedua alis terangkat.
"of course," Harry mengangguk."jangan-jangan kau yang tidak menganggapku sahabat?dasar jahat"
"hahaha," aku tertawa."aku menganggapmu sahabat terbaiku Harry,you will never be forgotten"
Wajah Harry mendekat ke wajahku,senyumnya mengembang lebar,matanya menatap mataku."aku menyayangimu seperti adik kecilku sendiri"
lalu dia menarik hidungku keras.
"sakit Harry!" teriakku kesal,dia malah terkekeh."kau mau kubalas?"
"Coba saja kalau kau bisa!" ooh dia menantangku,aku memegang tangan kirinya lalu menarik pipinya yang selalu menghasilkan dimples jika tersenyum sekuat tenaga."aww! sakit sekali Jo!"
"Rasakan!" ucapku kejam.
"huh,:" Harry mengelus-ngelus pipinya yang memerah karenaku."hey! lihat bintang jatuh!"
aku melihat ke arah tunjuk tangan Harry."hey benar,lets make a wish"
aku dan Harry sama-sama memejamkan mata membuat permohonan,lalu tak berapa lama tangan Harry yang dingin menepuk pipiku pelan,"Sudah jangan panjang-panjang nanti bintang bingung menyampakainnya pada Tuhan"
Aku hanya mengerucutkan bibirku,Harry memang sangat menyebalkan.
"kau lucu sekali hahahaha,"
"whatever Harry,"
"jangan marah padaku," ucapnya
"memang kenapa?kau takut ya aku marah?"
"Iya,aku takut kalau kau marah padaku,nanti siapa yang akan menjadi adik kecilku lagi?"
Harry malah terkekeh sekarang,Harry memang sangat menyebalkan,sungguh.
ADUH GAJELAS INI PART,TAPI BOLEHLAH KASIH COMMENT SAMA VOTE BIAR SEDIKIT,MIMIHIIII :P kritik kalau kurang berkenan di hati,makasih :).
KAMU SEDANG MEMBACA
Say 'Goodbye' ; completed
Fiksi PenggemarAku; peri kecil yang menyedihkan. Dia; pahlawan masa kecil milikku. Aku dan dia memiliki kesamaan, sama-sama tidak ingin tumbuh dewasa. Copyright 2014 I had been inspired by an amazing novel called Goodbye Happiness by Arini Putri.