Part 13: The Power Of 'Emak-emak'

849 23 0
                                    

Tin Tin.

Fandy mengklakson pagar rumah besar keluarga Wijaya yang tertutup rapat. Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Jam sepuluh. Tidak mungkin seisi rumah masih tidur.

Tin...Tiiiiiinn...

Menggeram. Fandy mengklakson motor itu dengan keras dan lama. Ucok memanas, ia memukul bahu Fandy dari belakang "Woy. Pelan-pelan. Kasian Harley gua"

Fandy menunduk memandangi motor yang ia tumpangi bersama Ucok. Masih dengan Scooter Putih jadul. Tidak ada bentuk Harley sama sekali. Fandy tetap membatu, kembali ia klakson pagar rumah yang masih tertutup rapat itu dengan keras. Namun, kali ini Ucok bukan hanya memukul Fandy tapi melepaskan helm yang ia kenakan dan memukul kepala Fandy dengan benda itu "gua bilang pelan-pelan. Udah nebeng. Mau ngerusak"

"Takut amat sih Harley-nya berubah jadi scooter" jawab Fandy "Yah. Udah berubah"

Selang beberapa detik setelah percakapan antara Fandy dan Ucok. Gerbang itupun terbuka. Dan yang membukakan bukanlah satpam karna Wijaya memang tidak pernah suka memiliki penjaga dirumahnya. Ah, mungkin karena rumahnya tidak pernah ada penghuni. Hanya sang anak dan pembantu. Ia sangat jarang untuk pulang kerumah. Dan barang-barang dirumah juga terbilang sangat sedikit. Tanpa adanya unsure 'mewah'. Palingan hanya perabotan rumah, alat elektronik, dan yang selalu ada ialah piano yang terdapat didekat ruang tengah. Kata Wijaya, untuk mengisi waktu luang jika ia sedang berada dirumah.

"Bisa pelan-pelan nggak sih? Lo pikir gue budeg?" gertak si pembuka gerbang.

Mata Ucok membesar. bibirnya tersenyum sumringah "Ada bidadari di balik gerbang" ucap Ucok sedikit berbisik, dengan ekspresi wajah yang sangat menggelikan bagi Tania. Si pembuka gerbang.

"Bagus tuh buat judul FTV" jawab Fandy

"Liatin apaan lo?" gertak Tania. Lagi. Kepada Ucok.

Ucok mengerjapkan mata. Menyadarkan lamumannya "Enggak. Apaan? Gue sama Fandy mau masuk. Lama amat sih buka gerbang"

Tania mendorong gerbang samping memberikan tempat yang cukup luas untuk Fandy dan Ucok masuk kedalam pelataran rumah Wijaya. Namun Ucok memutuskan untuk turun dari scooter-nya dan mendekati Tania. Fandy melajukan motor, memparkirkannya di pelataran. Tania mengernyitkan dahi dengan tangan yang saling bersedekap saat melihat Ucok berjalan kearahnya "Hai. Gue mau–"

"–Mau ini?" potong Tania menunjukan ekspresi judesnya dilengkapi dengan tangan yang ia kepal tepat didepan wajah Ucok. Ucok terdiam memperhatikan kepalan tangan kecil yang ada dihadapannya. Belum sempat Ucok melanjutkan pembicaraannya. Tania sudah berlalu meninggalkannya dengan langkah yang sengaja ia cepatkan, agar Ucok tidak berniat ntuk menyusul.

Ucok menghampiri Fandy yang sedang meletakkan helm di spion motor "judes amat sih"

"Yakin lo. suka sama cewek judes kayak gitu?" Tanya Fandy singkat.

"Ha? Gue? yaa.. eum.. yakinlah. Yakin banget"

Fandy tertawa lepas tanpa sebab "gue nggak bisa ngebayangin. Kalo kalian pacaran. Yang cowok pecicilan yang cewek galak" ucap Fandy membelakangi Ucok sambil berjalan kecil menuju pintu rumah Wijaya "gue nggak yakin kalo lo bisa dapetin dia"

"Kenapa?"

"Kayak ulet bulu yang pengen makan pucuk daun teh tapi pas sampe pucuk. Daunnya dipetik orang. Haha" Fandy tertawa "Pucuk, pucuk, pucuk"

"Sialan lo" Ucok memukul Fandy dari belakang. Fandy pun terdiam bukan karena takut pada pukulan Ucok. Tapi saat melihat ada Wijaya yang kini sedang duduk di ruang tamu sambil memabaca sebuah Koran dengan kacamata.

Fall4 You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang