Part 3: Ghildan

1.5K 29 3
                                    

Latisya dan Vanya berjalan melewati koridor sekolah dengan santai. Tanpa berfikir bahwa pelajaran di kelasnya pasti sudah dimulai sejak tadi. Mereka bercerita hingga tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di lapangan sekolah. Lapangan sudah terlihat sepi hanya ada beberapa atlet basket dan guru olahraga yang tengah melanjutkan latihan.

"Kayaknya gue bakalan betah deh ikut osis disini" Vanya sejak tadi membicarakan osis, yang membuat Latisya tidak ingin mendengarkannya.

Bagaimana tidak? Yang pertama, dia sangat membenci sosok Fandy yang sangat arogan dan dingin. Cara dia berbicara diyakini Latisya akan membuat hatinya semakin panas dan akan sangat membenci sosok es batu itu. Dan yang kedua, dia sudah melanggar janjinya untuk tidak bertemu lagi dengan Fandy. Kalau bukan karena Mira yang memaksa dirinya untuk bergabung dalam organisasi sekolah dan jika bukan Tania yang mengajak, dia pasti tidak akan bergabung dalam organisasi yang dipimpin oleh si dingin dari kutub itu. "kok lo diem aja sih, Sya?"

"Gue mulai mules. Lagian, lo nyeritain si es batu itu mulu. Puyeng gue"

"Yaelah. Lebay banget si. Gue yakin kok, kak Fandy tu orangnya pasti baik. Mungkin karena sifatnya emang irit ngomong kali. Jadi dia keliatan sombong. Tapi gue yakin, dia pasti baik. Percaya deh sama gue"

"Baik apanya? Kalo dia baik. Dia nggak mungkin dong ngebuat gue malu didepan orang banyak waktu mos. Dasar sombong" Latisya menggerutu kesal

"Yaudah lah Sya. Itu kan udah lama. Lupain aja. Lagian dia sombong wajar kali orang dia ganteng gitu. Kalo muka dia jelek tuh baru nggak wajar" tiba-tiba handphone yang ada di saku Vanya bergetar. Dia segera meronggoh sakunya dan mengambil ponsel genggam miliknya "Eh. Calvin nelfon. Bentar ya Sya"

Vanya mempercepat langkahnya, sedikit menjauh dari Latisya. dia men-slide layar di handphone-nya dan meletakkannya di telinga kanannya. Calvin adalah pacar Vanya. Mereka sudah berpacaran selama empat bulan. Calvin sudah kelas XI namun, mereka Long Distance. Calvin pindah keluar kota karena ayahnya yang harus dipindah tugaskan di luar kota. Calvin terpaksa mengikuti permintaan kedua orangtuanya dan meninggalkan sang kekasih di Jakarta.

Sebuah bola basket meluncur secepat kilat menuju kepala Latisya tanpa sengaja. Latisya yang awalnya hanya menunduk tanpa menoleh kemana-mana sambil mengikuti langkah sahabatnya yang sedang sibuk menelfon pacarnya. "iya. Bentar lagi masuk kok. Kamu juga-" kepala Latisya terasa sakit setelah dua detik terhantam bola basket yang sangat keras dan dengan lemparan yang sangat cepat menghantam kedua pelipis matanya. Kepala Latisya terasa berat, seperti berputar-putar. Semua benda yang ia lihat seperti terbagi menjadi dua

Bruuk.

Tubuh Latisya ambruk terkapar di rerumputan yang terdapat di pinggir lapangan.

Vanya masih tetap menelfon tanpa menghadap kebelakang "ini lagi jalan sama Tisya. Kam-"

"Hey. Hey. Bangun" seorang cowok menepuk pipi Latisya secara lembut. Bermaksud untuk menyadarkannya dari pingsan "Hey. Lo? Woy" cowok itu memanggil Vanya yang masih menelfon tanpa mendengarkan suaranya dari belakang. Dia mencari suatu benda di sekitarnya. Yang bisa dia manfaatkan untuk melemparkannya kearah Vanya. Sampai dia menemukan batu kerikil kecil yang ada di dekatnya dan melemparkannya ke Vanya "WOY"

Tania membalikan tubuhnya "Aduh apaan si-" mata Vanya terbelalak, mulai membesar melihat sosok Latisya yang sudah terkapar di antara beberapa cowok bercostume olahraga basket "TISYA!!"

"Aduh. Tisya. Kenapa lo tiduran disini?"

cowok itu mengerutkan kening dengan ekspresi melongo saat mendengar omongan Tania. "Ha? tiduran? Nih cewek emang bego atau sok polos sih? Mana ada orang yang mau tiduran di rumput"

Fall4 You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang