Part 29: Fight

794 20 0
                                    

Handphone pipih di saku celana Latisya berbunyi. Memberikan getaran yang seketika mengganggu konsentrasi makan gratisnya di warung bakso yang tak ia sangka bisa terjadi hari ini. Tak langsung ia angkat, kebetulan suaranya juga tak mengganggu. Volumenya tak terlalu keras, bahkan telinganya sendiri tak dapat mendengarnya. Jadi ia memilih lebih baik membiarkannya saja.

Dina tersenyum melihat cara Latisya makan. Pipinya menggembung penuh akan makanan, persis seperti bakpao hidup "Eumm.. Ica?" Panggil Dina dengan lembut kepada Latisya.

Latisya hanya berdehem membalas panggilan Dina padanya. Mulutnya masih penuh, sangat tidak mungkin baginya untuk membalas 'iya Tante' atau sebagainya dengan keadaan mengunyah. Ditambah lagi dengan mie yang menggantung dimulutnya, karna terlalu panjang jadi sulit baginya untuk menyerusup mie itu dengan cepat "Kamu punya pacar?"

Mie yang masih panjang itu seketika keluar lagi dari mulut Latisya, begitu juga dengan bakso kecil yang belum selesai ia kunyah. Ia tersedak, istilah kerennya 'Keselek'. Ia lupa bahwa punya janji dengan Ghildan untuk bertemu di café siang ini "Ya ampun. Aku lupa"

"Ada apa?" Tanya Dina yang mulai ikut panik.

"Itu. Anu, anu" Ucap Latisya terbata-bata.

"Anu apa?"

"Anunya anu. Eh, apaan?"

"Ha? Anunya siapa? Kamu kenapa?"

Latisya berbalik arah, menghadap Dina dan mencoba menjelaskan tanpa panik "Itu, Tante. Aku ada janji siang ini"

"Oh. Janjian sama pacar? Gitu aja kok panik. Janjian dimana? Mau Tante antar?"

"Nggak usah Tante. Aku bisa sendiri. Aduh apaan sih nih?" Ucapan latisya berhenti ketika ia mulai risih dengan getaran ponselnya yang sejak tadi terus berbunyi di saku depan celana jeansnya. Dengan kesal, akhirnya ia mengeluarkan ponsel itu dari sakunya dan men–slide ikon hijau pada layar ponsel "Hallo?"

"Dimana lo? di telfon nggak diangkat-angkat. Gue ada di depan rumah yang tadi malem nih. Gue panggil-panggil nggak nyaut. Lo masih dirumah ini nggak sih?" Bentak suara dari sebrang sana yang beruntun panjang. Latisya melihat kelayar ponsel. Ah, lagi-lagi Fandy. Menyebalkan sekali.

"Gue ada di warung bakso depan komplek. Deket minimarket sebrang jalan. Mau ngapain sih?"

Tut, tut, tut.

Sambungan terputus. Fandy yang memutuskannya terlebih dahulu. Latisya mendengus kesal, dengan hati-hati, ia masukan kembali ponsel kedalam saku depan jeansnya "Pacar kamu?"

Pertanyaan Dina membuat Latisya segera menautkan kedua alisnya "Dih. Buk– ngapain lo disini?" Belum selesai Latisya berbicara pada Dina. Satu sosok yang tak diharapkannya untuk hadir tiba-tiba datang membawa perasaan malas untuk melihat wajahnya. Itu bagi Latisya, tapi tidak bagi Dina. Ia tersenyum melihat Fandy yang juga tersenyum padanya.

Fandy meraih tangan kanan Dina untuk bersalaman. Dina mengelus punggung cowok berbadan jangkung itu sebelum akhirnya mengembalikan posisinya menjadi berdiri tegak "Ini pacar kamu? Duh gantengnya"

"Bukan Tante. Dia cuman kakak kelas aku kok"

"Tapi dia suka sama aku Tante" Balas Fandy, sambil senyum-senyum tanpa melihat kearah Latisya.

"Najis" ketus Latisya. Yang dibalas dengan senyuman dimanis-maniskan oleh Fandy. Diiringi dengan gerakan tangan Fandy yang mengacak rambutnya, seperti orang yang sok akrab. Latisya menautkan kedua alisnya. Ada apa dengan alien satu ini Dih sok manis banget.

"Nama kamu siapa?"

"Fandy, Tante"

"Kalian mau pergi?" Tanya Dina, Lagi.

Fall4 You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang