Part 33: Pocari Sweat

1.1K 26 26
                                    

Jam terus berputar hingga menunjukan arah yang seharusnya. Yaitu, jam pulang sekolah. Latisya bukanlah siswi yang selalu menikmati acara yang ramai seperti pensi. Tapi entah mengapa hari ini sangat menyenangkan. Bahkan semua masalah dalam hidupnya dapat ia lupakan sesaat. Entah karna Vanya dan Tania yang mengajaknya untuk naik ke atas panggung dan berfoto saat menerima hadiah karna mengikuti lomba tarik tambang kelas dan akhrinya menang, walaupun dirinya tidak turut serta dalam perlombaan. Atau karna, Vanya juga mengajaknya untuk joget balon. Walau awalnya ia menolak tapi pada akhirnya ia menerima paksaan Vanya karna Vanya juga tahu bahwa Latisya bukanlah orang yang tega membiarkan oranglain memohon dihadapannya. Dan vanya juga tidak akan mengajak Tania. Laki-laki kok diajak joget balon. Mana mungkin?

Angin semilir meniup poni Latisya yang kini menyamping. Tak lagi jatuh lurus kebawah. Dengan manis Latisya merapikan poni kesayangannya yang mulai berantakan karna angin kebentuk semula "Kena angin ya? Sabar ya. Jangan sakit dan bercabang. Bentar lagi kita pulang terus keramas, oke?" Gumamnya sendiri berbicara dengan rambut yang selalu ia sebut sebagai Wellcome pony.

Latisya reflect sedikit kaget merasakan getaran ponsel di saku seragamnya. Hari ini memang pensi dan ia juga seharusnya mengisi acara pensi yang sebenarnya harus memakai pakaian bebas. Tapi ia bersikeras untuk tetap memakai seragam sekolah kebanggaannya. Segera ia meronggoh ponsel miliknya dan melihat ke layar ponsel.

Tante Dina is calling...

Latisya bungkam, mulutnya seakan terkunci dan tak tau harus berbuat apa. Sebuah nama seseorang yang tidak pernah ia sangka-sangka akan muncul dilayar ponselnya memanggil dan berhasil membuat napasnya seakan berhenti. Ia menarik napas dalam sebelum men-slide icon biru pada layar ponsel "Assalamu'alaikum,Tante"

"Wa'alaikum Sallam, Ica" Terdengar suara serak bercirikhas milik Dina yang kembali membuat detak jantung Latisya semakin kencang "Siang ini kerumah Tante ya"

"Siang ini, Tante?"

"Iya, siang ini. Kenapa? Kamu punya acara?"

"Oh enggak kok, Tante"

"Berarti bisa dong" Latisya mengigit bibir bawahnya dan menggerak-gerakkan kakinya keatas-kebawah dengan cepat. Menandakan dirinya tengah grogi. Berat "Ica?"

"Ya?"

"Bisa kan? Tante maksa nih"

"Euum.." Kini gerakan Latisya semakin menjadi-jadi. Tangannya menjadi tidak bisa diam. Yang tadinya berada di atas paha kini berpindah ke kepala untuk menggaruk yang tidak gatal, pindah lagi ke mulut untuk menggigit kuku, pindah ke mata untuk mengucek, pindah ke bangku untuk mengetuk-ngetuk dan berulang-ulang.

"Kalo kamu gak bis–"

"–Bisa kok, Tante" Potongnya "Tapi. Alamatnya?"

"Loh. Bukannya Tante kasih kamu kartu nama? Kamu naik Taksi aja kesininya. Nanti pas sampe biar Tante yang bayar taksinya, oke?"

Latisya menyeringai masam "Iya, Tante"

"Oke Tante tunggu ya. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum sallam"

Sambungan terputus..

Layar ponsel dimatikan dengan mata yang terpejam. Napas Latisya tertahan, merasakan ketegangan bahkan sebelum bertemu dengan Dina. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika anak permepuan Dina melihatnya nanti. Ditambah lagi jika ada Wijaya dirumah. Kini Latisya melepaskan napasnya dengan lega namun, masih dengan mata yang tertutup. Perlahan, ia membuka kedua matanya setelah selesai menetralkan diri.

Fall4 You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang