Part 27: Liars

681 21 1
                                    

Bau obat-obatan rumah sakit tercium menyengat melewati hidung saat mata Sasha terbuka karna sinar matahari yang masuk melewati jendela ruangan. Beberapa kali ia menahan perih dimatanya yang terkena sinar matahari langsung. Ia mengucek matanya, menggeser kepala kesamping dan membenarkan posisi tidur menjadi bersandar ditumpukan bantal putih rumah sakit. Sasha kembali mengucek kedua matanya dengan tangan saat melihat satu sosok memakai kaos biru oblong dan celana pendek, sedang tidur berselonjor disofa ujung ruangan dengan tangan yang saling bersedekap. Senyum Sasha mengembang dibibir mungilnya, setelah memastikan bahwa orang itu adalah Ghildan.

Sasha selalu suka melihat mimic wajah Ghildan ketika tidur pulas. Bibirnya mengerucut kedepan dan keningnya mengernyit persis seperti orang yang sedang cemberut. Ternyata itu semua tidak berubah. Ingin rasanya ia turun dari ranjang dan menghampiri cowok bermata elang itu tapi, mengingat tangan kanannya masih tertempel infuse yang mengharuskan dirinya tetap Stay ditempat, dan tak boleh pergi kemana-mana. Jadi, dengan berat hati ia hanya bisa menatap wajah ganteng itu dari kejauhan dan mengurungkan niatnya untuk menjahili cowok itu.

Pintu utama ruangan terbuka, menimbulkan suara krek perlahan yang sebenarnya hampir tak terdengar. Membuat pandangan Sasha mengarah ke asal suara "Selamat pagi, Say–"

"–Sshhtt..." Desis Sasha sambil menempelkan jari telunjuknya ke depan bibir. Mengisy-aratkan pada Sang ibu untuk diam, karna Ghildan sedang pulas. Ibunya pun langsung mengatup-kan bibir rapat-rapat saat melihat kearah jari telunjuk Sasha yang mengarah ketempat dimana Ghildan sedang tergeletak tidur di sofa. Dengan langkah lambat, wanita paruh baya itu masuk mendekati ranjang Sasha.

"Udah sehat, Nak?"

Sasha mengangguk dan tersenyum "Udah, Ma. Ghildan sejak kapan disini?"

"Sejak tadi malam. Dia yang antar kamu kerumah sakit, terus dia juga yang nungguin kamu. Sampe bermalam disini" Ucap Ibunya, sambil mengelus rambut anak semata wayangnya. Mata Sasha kini menatap Ghildan. Cowok itu masih saja baik padanya, meski Sasha sudah menyakiti hatinya "Tadi malem itu. Mama telfon dia. Mama denger suara dia, kayak gimana ya? Lesu gitu. Kayak orang lagi tidur terus dibangunin. Tapi, pas Mama bilang kalo yang telfon ini Mama dan bilang kamu pingsan. Dia langsung cepet-cepet kerumah. Nggak nyampe sepuluh menit udah sampe. Berarti dia bawa mobil ngebut banget, deh"

Kini, dua orang yang sedang bercengkerama itupun menatap penuh kearah Ghildan yang merubah posisi tidurnya. Baik Sasha dan sang ibu, keduanya saling tersenyum "Manis banget ya dia?"

"Apaan sih, Ma" Mendengar perkataan sang Mama, Sasha–pun langsung menundukan kepala , memalingkan wajahnya yang memerah karna pujian sang Mama terhadap Ghildan.

Ibunya tersenyum, kembali mengelus rambut Sasha dan menatap wajah manis gadis yang kini tertunduk malu "Mama muji Ghildan. Kok pipi kamu yang merah?"

"Maa..."

"Ya, udah. Mama keluar sebentar ya. Ada yang mau Mama beli. Kamu disini aja, jagain Ghildan. Jangan sampe dia pindah kemana-mana. Apalagi, kelain hati"

"Mamah" Ucap Sasha dengan suara yang sedikit lebih keras namun dimanja-manjakan. Karna ucapan sang Mama sukses membuat dirinya malu seketika. Tak lama, wanita itu langsung pergi meninggalkan Sasha sendiri didalam ruangan. Kali ini, benar. Sasha merasa dirinyalah yang menjaga Ghildan, bukan sebaliknya.

***

Jam delapan pagi.

Tumpukan piring kotor yang ada di tempat pencucian piring pagi ini adalah teman bagi Latisya merenungi perdebatan kecil antara dirinya dan Mira tadi malam. Mencuci piring adalah tugasnya sejak dulu. Sejak, Wijaya membawanya pindah rumah dan mempercayakan Latisya pada Mira. Namun sekarang terasa asing, sudah hampir tiga bulan ia tak lagi mencuci piring kotor sebanyak ini. Karna Minah sudah melakukan semua pekerjaan rumah, selama tiga bulan belakangan.

Fall4 You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang