Part 35: Ica

434 23 9
                                    


TING...

Bunyi notifikasi chat sederhana Fandy berbunyi dari dalam saku seragamnya. Jelas sudah, Fandy mendengarnya meski hanya satu nada, namun sifatnya yang malas meladeni isi pesan-pesan tersebut memang tidak bisa dihindari dari dalam dirinya. Bagaimana tidak malas? Hampir semua pesan didalam ponsel semua berisi adek-adek kelas yang kecentilan padanya. Bukan hanya adek kelas tapi juga hampir semua pelajar wanita di sekolah.

Paling-paling isinya 'Selamat pagi kak Fandy, kak udah berangkat sekolah?, Hai kak lagi apa?, Kak udah sarapan belum?, Semangat buat sekolah hari ini kak' dan lain sebagainya.

Ting..

Masih tanpa respon..

Ting..

Fandy menghela napas dalam. Semua perempuan-perempuan rewel disekolah sangat mengganggunya. Ditambah lagi hari ini adalah hari pengambilan raport. Sudah pasti semua Fandy lovers memberikan semangat yang sangat tak bermanfaat buatnya. Jika hanya sekadar bunyi tak masalah, namun ia juga merasakan getaran ponsel yang tak bisa ia tahan karna dirinya yang mudah geli.

Segera Fandy meronggoh ponsel didalam sakunya. Bukan untuk memeriksa pesan, melainkan untuk men-senyapkan ponselnya agar dirinya tak terganggu. Saat layar kunci terbuka. Kening Fandy mengerut. Ada satu pesan yang nyelip di sela-sela pesan tak penting menurutnya. Senyum Fandy mengembang. Dengan cepat ia membuka pesan tersebut.

"Karna hari ini hari pengambilan raport nasional. Dan di sekolah kita tercinta kelas sepuluhnya ngambil raport harus sama walinya. Jadi gue minta tolong lo ambilin raport gue ya? Gue gak bisa sekolah. Ada perlu. Makasih"

Fandy merasakan uap panas seakan keluar dari sepasang telinganya. Untuk pertama kalinya ia memeriksa semua isi pesan yang masuk pagi ini. Tak ada satu pun yang berisi omongan kurang ajar seperti yang Latisya lakukan pada dirinya. Ini rekor. Tidak ada satupun perempuan yang berani menyuruh dirinya seperti ini. Hanya Latisya yang bisa.

Dengan kesal, Fandy mengetik kata demi kata yang ingin ia balas ke pesan yang baru saja ia baca itu.

"Lo pikir gue wali lo? Kenapa gak panggil gue Bapak sekalian?"

Sent...

Tak lama. Pesanpun dibalas.

"Ambilin raport ya, Pak"

Kali ini uap panas Fandy rasakan bukan hanya keluar dari telinga. Tapi juga keluar dari hidungnya. Bahkan mungkin kini wajahnya turut memerah melihat balasan pesan dari Latisya itu.

Tanpa membalas. Fandy langsung bergegas mengambil kunci motor yang tergeletak di atas meja dan memasukan kembali ponselnya ke tempat awal.

***

BUKAN hal aneh lagi bagi Latisya sendirian dirumah, harusnya. Kali ini ia tak lagi merasa biasa saja ketika sendirian. Beberapa kali ia tempelkan es batu yang sudah ia bungkus dengan kain ke sepasang matanya. Namun, sembab di matanya tak juga kempes. Mungkin jika seisi ruangan kamarnya dapat berbicara, cerminlah yang lebih dulu angkat suara. Sejak semalam melihat seorang gadis menangis tanpa henti sambil beberapa kali berupaya menghilangkan sembabnya dengan es batu dan sendok. Jika bisa mengeluh mungkin cermin itu akan protes. Untuk apa berusaha dihilangkan jika masih diiringi dengan tangisan?

Tok, tok, tok...

Suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangan "Non. Mau makan apa?" ucap Minah pelan.

"MAKAN ORANG!!"

Minah menghela napas dalam. Ini bukan kali pertama dirinya melihat Latisya menangis dan mengurung diri dikamar. Dan seperti yang ia tahu. Jika majikan mudanya itu sedang galau pasti akan memakan banyak makanan "Bibi mau belanja. Biar Bibi tau non mau makan apa"

Fall4 You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang