Part 23: Pensi Nyebelin

616 17 0
                                    

"Ngapain kita kesini?"

Latisya mengusap pergelangan tangannya yang sakit karna sudah dicekram dengan keras. Ia berdiri tak jauh dari pintu ruang musik dan mengamati wajah Fandy yang datang-datang langsung menarik tangannya dan tanpa permisi membawanya pergi dari lapangan.

"Kita latihan disini" datar Fandy, menjawab sembari menunjuk kearah pintu ruang musik yang ada dibelakang Latisya.

"Disini? Sekarang?"

"Nanti. Nunggu ada kadal buntingin sapi. Ya sekarang lah" Fandy melewati Latisya dan membukakan pintu kayu bercat abu-abu yang ada di belakang gadis itu.

Latisya menggaruk tengkuknya. Fandy pasti marah besar, ia belum hapal sama sekali lagu yang Fandy suruh. Jangankan menghafal, mendengarkannya saja tidak "Aduh mati beneran dah ni"

"WOY. MASUK JANGAN DISITU AJA!!" terdengar suara teriakan kencang dari dalam ruangan. Suara siapa lagi, pastinya si ketua osis menyebalkan itu.

"Iya. berisik banget kayak nenek-nenek metal" desis Latisya. Kebencian terdengar dari desisan suaranya selaras dengan ekspresi wajahnya.

Latisya masuk kedalam ruangan, melihat Fandy yang sedang duduk sambil memangku sebuah gitar akustik di tengah-tengah ruangan. Latisya mendekat, duduk di kursi yang berada tepat disamping Fandy.

"Oke kita mulai. Udah hafal kan?"

Lawan bicara Fandy justru menundukan kepalanya, dengan rasa takut ia menggeleng perlahan.

"Lo belum hafal?" ucap Fandy dengan intonasi yang lumayan tinggi dan mampu embuat Latisya tersentak kaget "Gila ya? Lo ngapain aja sampe gak mau ngehafalin lagu ini? atau jangan-jangan gak lo dengerin sama sekali?"

"Enak aja. Gue dengerin terus kok. Malah saking seringnya, Shawn Mandes sampe minta minum sama gue. Karna lagunya gue ulangin terus"

"Udah deh. Gak usah ngaco. Terus sekarang gimana? Pensi tinggal dua hari lagi"

Latisya terdiam begitu juga dengan Fandy yang ikut diam dan menatap marah kearah Latisya. ah, candaannya tidak lucu bagi Fandy. Sebenarnya ia takut, tapi ditahan karna tak ingin terlihat lemah di depan alien satu ini "Ya, lo tenang aja lah. Besok juga gue udah hafal. Sekarang, biarin gue ke lapangan basket dan nonton kelas gue tanding"

"Nggak! Lo nggak boleh pergi! Tetep disini dan hafalin lagu itu"

"Tapi kan–"

"–Tanpa protes. Ini perintah!"

***

Pertandingan telah berakhir. Sudah jelas pertandingan ini dimenangkan oleh kelas X5. Tentu saja karna adanya Ghildan di tim. Semua orang bersorak gembira dan pastinya kecuali kelas X1 dan para supporter.

Ghildan melihat ke barisan penonton, mencari sang pacar, namun menghilang dari tempat duduknya. Hanya ada Vanya dan Tania yang melambaikan tangan kearahnya. Sebenarnya hanya Vanya. Tania cukup berdiam diri di tempat duduknya.

Lantai berderak di bawah kaki Ghildan yang melangkah dengan lebar dan cepat melewati para pemain basket yang lain dan para cheerleaders di lapangan. Di menaiki tangga dan menghampiri seruan Vanya dan Tania di kursi penonton "Tisya mana?"

"Tadi di tarik sama kak Fandy. Mungkin diajak latihan, buat pensi" jawab Vanya, "Oh iya. Nih" Vanya memberikan sebotol minuman dingin kepada Ghildan.

"Lo ngasih gue minum?"

"Titipan Tisya. Katanya suruh kasih ke elo pas selesai tanding"

"Sekarang dia dimana?" Ghildan membuka minuman dingin yang Vanya berikan dan meneguknya.

Fall4 You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang