Part 10: Halu

1K 30 0
                                    

Sepasang manik mata hitam teduh milik Fandy belum bisa beralih ke benda lain selain kotak yang ada di tangan kanannya. Entah apa yang tersirat dalam pikiran Fandy hingga sulit baginya untuk berbicara manis pada Latisya dan meminta maaf pada gadis itu. Ingin rasanya ia titipkan pada orang lain atau pada kedua sahabatnya yang sedang makan dikantin tanpa Latisya. Tapi, entah mengapa tubuhnya seakan tertahan saat ia ingin memberi benda itu kepada Tania atau bahkan Vanya.

"Kalo tuh kotak lu pandangin mulu. Yang ada dia malah jatuh cinta ama lo" sebuah desisan di dekat telinga mengusik konsentrasi Fandy. Ia hafal benar siapa orang yang selalu nyeletuk tak jelas dan kurang kerjaan, yang sedang makan semangkuk mie instan tanpa menoleh kearah Fandy. Fandy memutar bola matanya, malas.

Fandy menegakkan tubuhnya, berdiri dan melangkah meninggalkan Ucok yang masih dengan makanan penuh di mulutnya "Mau kemana lo?"

"Balikin nih kotak. Sekalian ke kelas. lo nggak denger udah bel?"

Ucok dan makanannya memilih tetap berada di kantin. Ia tidak beranjak mengikuti Fandy. Pandangannya mengelilingi sekitaran kantin dan terhenti ketika melihat Vanya dan Tania tengah membayar makanan kepada ibu kantin. Ingin rasanya ia menyusul. Tapi makanan yang ia pesan masih terlalu banyak untuk ditinggal. Sayang jika disia-siakan begitu saja. Ucok mengedikan bahu, melengoskan pandangan dan kembali focus memakan makanannya yang menganggur selama hampir satu menit.

"Tisya" suara panggilan dari Dimas, menyadarkan lamunan indahnya tentang Ghildan. ingin rasanya Latisya berpura-pura tidak dengar. Tapi mengingat bahwa Dimas sudah melihat dirinya tersentak kaget karena suara cemprengnya. Otomatis, mau tidak mau ia jadi memperhatikan wajah Dimas dengan malas "Kak Fandy cari lo"

Kalimat selanjutnya yang dikeluarkan Dimas membuat Latisya semakin malas untuk mendengarkan. Tapi, ia harus menemui orang itu karena harta berharganya sedang berada di tangan manusia alien satu itu "Woy. Denger nggak sih. Tuh, orangnya nunggu didepan"

"Iya, iya. Bawel lo. kayak nenek-nenek sakit gigi" ucap Latisya sembari melangkah kearah pintu untuk menemui Fandy yang katanya sudah menunggu didepan.

Latisya sampai didepan pintu. Benar saja, Fandy memang sedang menunggu di depan kelas. ia duduk di kursi panjang yang terletak di dekat rak sepatu yang tidak pernah berfungsi sama sekali "Kenapa?"

Fandy mendongak. Menatap kearah Latisya yang tengah melihat kearah lapangan dengan tangan yang saling bersedekap. Fandy berdiri dan memberikan kotak abu-abu dengan pita putih yang ada di pertengahan kotak "Nih. Gue balikin Hp lo"

"Oh. Tanggung jawab juga? Kirain lupa"

"Sebenernya Hp lo itu nggak penting buat gue. Gue Cuma nggak mau punya masalah sama cewek alay kayak lo. sekarang, masalah gue sama lo . Udah selesai. Dan tinggal lo aja yang tunggu dapet masalah dari gue" ucap Fandy.

Kedua alis Latisya tertaut. Tidak ada balasan dari ucapan Fandy yang ingin ia keluarkan. Ia hanya mengambil kotak tersebut dengan tangan kanannya sambil terus memandangi wajah Fandy yang menatap sinis kearahnya "Besok kita mulai latihan. Dimananya. Biar gue hubungin lo nanti. Nomor lo udah gue save. Jangan ganti kartu"

Belum ada satu katapun yang akan di keluarkan oleh Latisya. fandy sudah pergi meninggalkannya. Ia tetap memandangi punggung Fandy yang kini berjalan menaiki tangga, mungkin menuju kekelasnya. Karena kelas XI IPA1 memang berada di lantai dua.

"Dari siapa lagi tuh, Sya?" Latisya sedikit tersentak kaget ketika melihat kedua sahabatnya yang sudah berada di sampingnya sambil memandangi kotak abu-abu yang Latisya pegang "Dari Ghildan lagi?"

"Bukan. Tadi Fandy kesini balikin Hp gue. ya ini Hp nya" Latisya mengangkat kotak tersebut, menunjukan kepada sahabatnya bahwa isi dalam kotak tersebut ada ponselnya yang dirusak oleh Fandy.

Fall4 You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang