Part 24: Rain like Fire

636 18 0
                                    

Jam satu siang.

Seharusnya pulang sekolah itu jam sebelas, tapi karna latihan bersama Fandy. Si manusia alien aneh yang mencegah Latisya untuk pergi kemana-mana. Jadi, mau tak mau, suka tak suka mereka tetap berada di ruang musik walaupun sudah berjam-jam dan Latisya muak harus terus menerus melihat wajah songong teman duetnya itu. Marah-marah tak tentu arah. Liriknya salahlah, nadanya gak benerlah, bagian lo bukan yang itulah. Dan bermacam-macam.

Sekolah sudah sepi. Ghildan sepertinya sudah pulang. Latisya tahu bahwa dia ditinggal sang pacar. Jika tidak, Ghildan pasti sudah mencarinya sejak tadi. Tapi, dia sama sekali tidak datang keruang musik untuk mencari Latisya. Kalaupun Ghildan tidak tahu dimana keberadaan dirinya. Ah, bodoh sekali jika Vanya atau Tania tidak tahu kemana dirinya ditarik oleh Fandy.

Ingin rasanya, Latisya menelfon Ghildan, beralasan untuk mengantarnya pulang karna sudah waktunya. Tapi, mengingat bahwa ponselnya ada didalam tas yang tertinggal di kursi penonton. Dan mungkin sekarang sedang dibawa oleh Vanya ataupun Tania. Dan si manusia menyebalkan yang tidak memperbolehkan dirinya pergi dari kurungan di ruang musik hingga berjam-jam lamanya. Membuat kepalanya semakin ingin pecah.

"Coba reff–nya sekali lagi. Abis itu baru kita pulang"

"I no what you did last summer"

"Salah. Lo bisa bedain gak sih. Gimana cara baca know sama no"

"Emang yang bener, yang mana?"

"Know"

"Salah itu doang. Lagian, nggak semua siswa tau kok sama lagu ini. Kalaupun tau, nggak bakalan meratiin. Bacaan antara know sama no. lebay banget sih"

"Lo kayak nggak tau Mr. Budi aja. Kalo kita salah sedikit nyanyinya. Bisa-bisa kita kena marah abis-abisan"

"Berarti ini salah lo. Siapa suruh pilih lagu Bahasa Inggris" dengan cepat, Latisya berdiri. Ia menjatuhkan kertas bertuliskan lirik lagu yang harus dia nyanyikan di kursi tempat ia duduk "Udah siang. Gue mau pulang"

Latisya berjalan menuju pintu, tanpa menghiraukan wajah Fandy yang memanas karna perilakunya yang langsung pergi ketika Fandy sedang berbicara.

Untung cewek.

Latisya berjalan melewati koridor sekolah. Sepi, tanpa manusia. Semua sudah pulang, termasuk Vanya dan Tania. Ponsel tertinggal. Ghildan sudah pergi. Sedikit ada rasa marah menyergap Latisya. mengapa Ghildan tidak mencarinya, dan meninggalkannya begitu saja. Tidak biasanya Ghildan begitu.

Menyebalkan.

Terpaksa, Latisya harus menunggu ojek atau taksi lewat di halte sekolah. Dia tidak bisa memesan GoJek karna ponsel yang tidak dengannya. Latisya berdiri di halte sekolah, beberapa kali melirik jam tangan. Tidak ada satupun angkutan umum yang lewat bahkan taksipun tiada.

Sial.

"Naik!" Fandy berhenti tepat dihadapan Latisya dengan membawa motor sport merahnya. Tumben sekali dia tanpa Ucok hari ini, biasanya si pengawal satu itu selalu membuntuti sang majikan kemanapun dia pergi. Latisya diam, sebenarnya hanya Jaim. Karna Fandy menawari tanpa basa-basi "Mau naik, nggak?"

"Kemana?"

"Ya udah kalo nggak mau–" Fandy meng-gas motor, berniat meninggalkan. Namun,

"–Iya, iya" Latisya memanjat naik keatas motor, memegang bahu Fandy dan duduk duduk di jok belakang.

"Nggak usah ge-er. Gue nawarin balik bareng karna merasa bersalah aja. Nyuruh lo latihan sampe siang, gini"

"Nggak usah ge-er juga. Gue mau naik motor lo, karna nggak ada taksi atau ojek yang lewat"

Fall4 You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang