Part 22: Shoot

633 17 0
                                    

Matahari keemasan mulai menggantung dilangit terang, lapisan awan mulai bergerak untuk menutupinya. Latisya duduk dikasur berspray biru gelap dan mengucek matanya. Ia mengarahkan matanya pada jendela. Diluar sana sangat panas, bahkan AC yang ada didalam kamar ini terkalahkan. Latisya tidak melihat kedua sosok sahabatnya dikamar. Matanya memandang lurus kedepan sejurus dengan jam dinding yang ada didinding bercat hijau.

Setengah delapan.

Terlalu siang untuk berangkat sekolah. Tapi Latisya tetap ingin berangkat, kebetulan classmetting pertama hari ini. Dan para siswa bebas masuk jam berapa saja jika tidak ada pertandingan atau remedial.

"Asstaghfirullah. Gue pikir udah mandi" suara Vanya mengejutkan Latisya. Lumayan. Manusia itu datang dari pintu dan membuka tanpa permisi. Latisya melihat Vanya dari atas sampai bawah. Serba pink. Bandana pink, jam tangan pink, tas selempang pink. Mungkin jika seragam sekolah tidak dianjurkan memakai putih abu-abu dia pasti akan memilih warna pink juga.

"Sorry. Tadi malem gue insom"

"Buruan mandi. Kita berangkat"

"Ha? Berangkat? Bertiga? Cabe-cabean? OGAH!!" kalimat itu berturut-turut diucapkan Tania sembari berjalan menuju meja yang ada didekat kasur untuk mengambil dasi "Motor gue cuman satu. Kalo mau nebeng. Salah satu dari kalian aja. Yang satunya naik angkutan umum"

Vanya mengerucutkan bibirnya, sedikit tidak terima dengan perkataan Tania "Lah. Kok gitu sih, Ta? Kita kan–"

" –Gak suka? Gue tinggal dua-duanya"

"Ya udah. Kalian pergi aja duluan. Biar gue ntar naik Go-Jek" ucap Latisya. ia langsung beranjak dari ranjang. Vanya tersenyum bahagia sedangkan Tania dengan wajah biasa saja sambil memasang dasi di lehernya "oh iya, Ta. Gue pinjem baju olahraga lo ya?"

"Baju olahraga? Kayaknya basah deh. Soalnya treningnya gue pakek buat latian boxing kemaren"

"Jadi gue pakek apa?"

"Batik ada. Ribet amat"

Latisya tidak terlalu suka seragam batik sma kharisma. Warnanya gelap, bajunya selalu kebesaran dan dilarang keras untuk dikecilkan. Tapi apa boleh buat. Dengan berat hati dia mengangguk dan masuk kedalam kamar mandi.

***

Ghildan duduk diatas kursi yang ada didekat pos satpam. Matanya sejak tadi tak berhenti melihat jalanan, menantikan seseorang untuk datang. sekarang sudah jam Sembilan, tapi orang yang ia tunggu-tunggu belum juga datang kesekolah.

"Kemana sih?" beberapa kali Ghildan menelfon Latisya tapi tanpa jawaban. hanya terdengar tut-tut-tut dan diakhiri dengan suara embak-embak yang menyuruh untuk menghubungi beberapa saat lagi. Selalu begitu.

Tak lama, motor matic berwarna merah berhenti didepan gerbang. Ghildan langsung berdiri dan tersenyum saat melihat Latisya turun dari motor lalu memberikan helm kepada tukang ojek online yang menggonjengnya. Sebelum Latisya mengambil uang didalam saku seragam batik, Ghildan segera berlari menuju tukang ojek itu "Nih, Bang. Kembaliannya ambil"

Ghildan memberikan uang untuk membayarkan ongkos ojek yang Latisya naiki. Tukang ojek itu menerima uang tersebut, namun alisnya tertaut saat menatap uang yang Ghildan berikan "Kembalian palak lu panjang. Kurang ini"

Latisya berlari dengan wajah masam, biasanya ini adalah masalah baru. Ghildan tahu betul. Pesannya tidak Ghildan balas sejak tadi malam. Ghildan melihat punggung Latisya yang semakin menjauh darinya, dengan cepat ia memberikan uang yang ada disaku seragamnya kepada tukang ojek yang ada dihadapannya "Nih. Kembaliannya ambil"

Fall4 You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang