Sudah hampir seminggu Sergio lari dari kenyataan, sehari setelah mama Sergio keluar dari rumah sakit dia langsung menitipkan Mamanya dan Tania dirumah Bibinya di Bandung. Sedangkan dia, berada di Singapura tepatnya tinggal di Apartemen kakek dan nenek Sergio.
Sebenarnya lari dari kenyataan seperti ini sama sekali bukan tipikal Sergio, tetapi kenyataan pahit ini membuat Sergio tidak sanggup untuk berhenti, kenyataan ini seolah-olah menyuruh Sergio lari sejauh mungkin.
Cukup Sergio! Lari dari kenyataan hanya membuatmu capek! Bukannya menghilangkan masalah tetapi malah bertambah. Lagian hidup tidak selalu memikirkan apa yang kita mau, hidup tidak selalu berdiam diri didepan orang yang kita cintai.
Sergio bertekad pulang hari ini, dia telah bisa menerima kenyataan walaupun hanya sedikit. Setidaknya kejadian ini dia anggap pengalaman yang akan membuat dia menjadi dewasa.
Setiba sampai di Indonesia Sergio langsung kerumah Gigi, dia harus meluruskan masalah ini dan harus merelakan Gigi.
Sergio mengeluarkan ponsel dan menelpon bunda Gigi. "Bunda, Gio udah di airport"
"Bunda jemput ya sayang?"
"Enggak usah bunda, Gio naik taksi aja. Gigi dirumahkan bunda? Gio mau kesana"
"Iya dia lagi dikamar, kamu kesini aja ya" Meli menutup sambungan telpon.
Sesampai dirumah Gigi, Sergio langsung menuju lantai atas dia mengetuk pintu kamar Gigi.
"Iya bunda, sebentar" Gigi mengira yang mengetuk pintu kamarnya adalah Meli bukan Sergio.
Gigi membuka pintu kamar dan terkejut melihat laki-laki yang hampir seminggu ini dia rindukan. Gigi langsung memeluk Sergio erat.
"Gio" Gigi menangis dipundak Sergio.
Sergio melepaskan pelukannya "Jangan nangis. Aku gak suka"
Sergio menghapus air mata Gigi dengan sangat lembut.
"Kamu kemana aja?"
"Kemarin masih labil, tapi sekarang udah dewasa" Kata Sergio dengan tenang.
"Maafin El el"
"Tujuan aku cuma buat kamu bahagia, gak perduli kalau aku yang harus terluka. Intinya kamu bahagia. Udah itu aja"
"Sergio marah?"
"Marah sama kamu sepertinya sesuatu hal yang mustahil buat aku lakukan. Udah jangan sedih, aku gak suka. Kamu harus bahagia"
"Kenapa kamu selalu baik sama aku?"
"Karena perempuan itu takdirnya dibaikin, disayangin, bukannya di kecewain ataupun ditinggalin" Sergio mengusap kepala Gigi lembut. "Dilon sebentar lagi kesini, ngajak kamu jalan. Tadi aku hubungin dia"
"Boleh aku peluk kamu untuk yang terakhir kali?" Kata Gigi sendu.
Sergio mengangguk. " ini bukan yang terakhir, percayalah suatu saat kamu akan memeluk aku lagi"
.....
Gigi menunggu Dilon diruang tamu rumahnya, Gigi telah rapi dengan dress setengah lutut berwarna peach kesukaannya. Tadi Sergio bilang bahwa Dilon akan mengajaknya jalan. Pikiran Gigi sudah tenang sekarang, Sergio dan Dilon sudah berbaikan meski begitu Gigi tetap harus membatasi hubungan dia dengan Sergio. Karena Gigi tidak ingin membuat Dilon kecewa, Dilon laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik pasti mendapatkan perempuan yang baik pula.
Dilon melihat Gigi yang sedang melamun "Heii"
Gigi sontak terkejut melihat Dilon berdiri didepan pintu rumah, Dilon menggunakan baju kaos lengan panjang. Gigi suka jika melihat laki-laki memakai kaos lengan panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Gitaria [SELESAI]
RomanceSiapa sangka Pelangi setelah hujan memisahkan aku dan ayahku? Siapa sangka Pelangi setelah hujan merenggut nyawa seseorang yang berarti untukku? Siapa sangka Pelangi setelah hujan membuat hidupku hancur? Namaku Pelangi Gitaria, just call me Gigi...