Siapa sangka Pelangi setelah hujan memisahkan aku dan ayahku?
Siapa sangka Pelangi setelah hujan merenggut nyawa seseorang yang berarti untukku?
Siapa sangka Pelangi setelah hujan membuat hidupku hancur?
Namaku Pelangi Gitaria, just call me Gigi...
^Hargai setiap waktu yang ada, karena waktu adalah satu-satunya hal yang tidak dapat terulang kembali^
***
Hujan rintik-rintik sedang membasahi permukaan bumi, cuaca seaakan tahu dengan kondisi hati Gigi saat ini.
Dia melihat kearah langit terdapat sebuah Pelangi, Gigi tersenyum kecut, ternyata Pelangi masih menyebabkan hal-hal yang Gigi tidak inginkan.
Gigi berdiri didepan gerbang rumah Sergio, rumah Sergio tampak sepi. Tidak seperti biasanya, Gigi memencet bel yang ada disamping pagar rumah Sergio tersebut dan tidak lama dari itu bi Lastri membukakan pagar, bi Lastri adalah perawat Sergio dan Tania yang sudah lama tinggal dirumah itu.
Dengan penampilan Gigi yang berantakan seperti sekarang Bi Lastri sudah dapat menyimpulkan apa yang terjadi. Apalagi kalau bukan masalah keberangkatan Sergio yang mendadak?
"Masuk dulu non, biar bibi jelaskan di dalam saja" bi Lastri menuntun Gigi sampai kedalam rumah.
Sejak tadi Gigi hanya diam saja tetapi air matanya tidak dapat berhenti mengalir. Gigi melihat jaket kebanggaan Sergio masih terletak di sofa, Gigi mengambil jaket itu dan menciumnya wangi khas Sergio masih terdapat dalam jaket itu, Gigi seolah-olah merasakan bahwa saat ini Sergio sedang memeluknya. Sergio sangat suka dengan jaket berwarna merah ini, karena ini pemberian dari Gigi, dan dia selalu bilang kalau kegantengan dia bertambah berkali-kali lipat jika memakai jaket itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jaket den Sergio ketinggalan non. Bahkan dia sampai minta bibi paketin tapi bibi belum sempat" Kata Bi Lastri yang datang sambil membawa teh hangat untuk Gigi.
Gigi menangis tersedu-sedu, rasa sesak didadanya terus menerus menyiksa Gigi. "Kenapa bi?" hanya kata itu yang mampu Gigi keluarkan dari mulutnya. Sebenarnya banyak yang ingin dia pertanyakan tetapi rasa sakit itu seolah menyuruh Gigi untuk berhenti bicara.
Bi Lastri menghela nafas dia tidak tega melihat Gigi menangis seperti ini "Mungkin ini berat non, tapi den Sergio melakukan ini juga terpaksa" ada jeda sebentar kemudian bi Lastri melanjutkan pembicaraannya " Sebelum persidangan, nyonya sudah bicarakan ini dengan den Sergio. Nyonya juga sempat mengasih dia pilihan untuk tetap tinggal disini atau ikut nyonya. Dan dengan penuh pertimbangan den Sergio memilih untuk ikut mamanya, dia hanya mau menjaga mamanya dan non Tania."
Apa ini karena dulu gue bilang kalau gue gak mau dengar kata berpisah makanya lo gak ngabarin gue? Jika benar, sumpah Sergio gue menyesal pernah berkata seperti itu. "Gigi bicara dalam hati.
Tiba-tiba Gigi teringat sesuatu, dia teringat kamar kosong yang berada didepan pintu kamar Sergio, tidak tahu kenapa dia hanya penasaran dengan kamar itu dia merasa bahwa ada sesuatu yang Sergio sembunyikan darinya dikamar itu.
Dengan cepat Gigi menyeka air matanya "Bi, apa Sergio sering masuk kedalam kamar kosong yang didepan kamar dia?" tanya Gigi.
Bi Lastri tampak berfikir sejenak "Sering non, setiap hari den Sergio selalu kesana tapi tidak ada yang boleh masuk kesana kecuali dia sendiri"