•Seola•

793 106 7
                                    

Aku menghela napas pasrah. Sepertinya audisi ini tidak berjalan sesuai ekspektasiku. Malah mungkin aku telah menghancurkannya. Aku telah menghancurkan satu-satunya harapanku untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Aku benci diriku sendiri!

Aku melangkah keluar dari gedung ini dengan langkah yang cepat, dengan harapan agar cepat sampai di rumah dan melupakan apa yang telah terjadi hari ini. Berharap dengan secepatnya tidur, hari ini akan terlewati begitu saja dan esok hari segera tiba.

Saat aku sedang terburu-burunya melangkah, suara deringan ponsel mengusikku dan mau tidak mau aku harus menerima panggilan tersebut.

Pada deringan ketiga, aku baru mengangkatnya.

"Halo."

"Aku menghubungimu tadi. Kenapa kau baru menjawabnya sekarang?"

"Kau kan tahu aku sedang mengikuti audisi."

"Ah, ya benar. Aku hampir melupakannya." Sambil terus berjalan, aku memutar kedua bola mataku, merasa tidak percaya akan apa yang baru saja dikatakan oleh Wonho.

"Hampir? Kau bahkan melewatkannya, Wonho. Kau tidak menemaniku sama sekali."

"Haha, jadi kau ingin aku menemanimu? Begitu?" Apakah ia baru saja tertawa? Apakah ia baru saja menertawaiku?

"Katanya kau sahabatku, tapi kau sama sekali tidak menunjukkannya. Kau tidak tahu betapa gugupnya diriku. Aku...aku merasa sangat takut tadi."

Aku terdiam sebentar. Tanpa sadar aku malah berbicara yang tidak-tidak, seperti Wonho akan mengerti perasaanku saja.

"Tapi, biarkanlah, itu semua sudah berlalu. Aku merasa aku sudah memberikan yang terbaik. Tinggal menunggu hasilnya saja."

Sambil terus berbicara melalui ponsel, aku tetap berjalan namun sudah tidak seburu-buru tadi.

"Benar, kau sudah memberikan yang terbaik, kok."

"Kau bicara apa? Dari mana kau tahu aku sudah memberikan yang terbaik?"

"Bukannya kau bilang sahabat harus saling menemani? Aku menemanimu, Seola."

Aku berhenti melangkah. Wonho menemaniku? Tidak mungkin. Ia pasti sedang bercanda.

"Jangan macam-macam, Wonho. Jangan berbohong padaku. Aku bahkan tidak melihatmu tadi."

"Ya, kau memang tidak melihatku. Tapi aku dapat melihatmu."

Aku semakin bingung.

"Kau melihatku saat audisi tadi?"

"Kalau aku tidak di sana, bagaimana aku bisa tahu kau mengenakan busana serba merah?"

"Sekarang kau dimana?"

"Masih menemanimu."

Aku tidak tahu harus membalas apa. Perkataan Wonho seakan menggantung saja di benakku. Saat aku baru saja ingin mengucapkan sesuatu, seseorang dari belakang memegang kedua bahuku dan memutarnya secara cepat, membuatku sekarang menghadapnya langsung bertatap muka. Orang itu adalah Wonho. Aku masih dalam keadaan setengah terkejut dan belum begitu sadar sepenuhnya.

Will We? | Wonho (Monsta X) & Seola (WJSN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang