Kalau aku disuruh memilih, aku tidak ingin hari ini selesai. Aku ingin menghentikan waktu sehingga aku bisa terus menikmati hari ini. Bersamanya. Sungguh menyenangkan.
Tapi lagi-lagi, realita, kau tidak bisa lari dari kenyataan karena itulah yang akan kau hadapi.
"Aku pikir sudah saatnya kita kembali?"
Ia menghentikan langkahnya, begitu juga dengan diriku. Aku berdiri menghadapnya dan menatap apa saja yang bisa kulihat dari wajahnya. Matanya, hidungnya, mulutnya. Entah desakan dari mana, aku ingin sekali menyentuh wajahnya. Tapi aku menahan keinginan gilaku itu.
"Benar. Sudah hampir larut juga. Kalau begitu ayo kuantar pulang."
Di saat yang bersamaan aku berbicara, ada suara-suara seperti seseorang bernyanyi dari arah belakangku. Jika didengar dari nadanya yang tampak asal-asalan, orang itu pasti mabuk. Selain suara nyanyian itu ada juga suara gumaman lain yang tidak begitu kudengar. Dari tebakanku ada sekitar 2-3 orang mabuk di belakangku.
Sebenarnya aku tidak peduli jika mereka memang mabuk atau tidak. Tapi, sepertinya Seola menganggapnya berbeda. Karena ia tiba-tiba saja terdiam dengan sikapnya yang kaku, matanya terbelalak penuh sirat ketakutan, dan juga ia gemetar. Gemetar yang sangat hebat.
"Seola? Seola? Kau kenapa, Kim Seola?"
Aku mengguncangkan tubuhnya, berusaha membuatnya tersadar. Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba ia menjadi seperti ini?
Seola masih saja bergeming ketika...
"Hei, gadis cantik. Kau Kim Seola, kan?"
Pemilik suara itu pasti dari salah seorang yang mabuk tadi. Aku yakin. Dengan segera aku membalikkan badan menghadap ke orang itu, namun dengan tangan kananku yang terus menjaga Seola di balik tubuhku. Ia merapatkan tubuhnya, mencengkram erat bagian belakang bajuku, dan berusaha bersembunyi, membuatku merasakan betapa hebat gemetarnya.
"Siapa kau?" tanyaku mengancam.
Lelaki paruh baya itu tertawa mencemooh, masih dengan sebotol bir yang berada dalam genggamannya.
"Kau tidak ingat aku? Bahkan aku masih mengingatmu, si bocah ingusan yang berlagak menjadi seorang pahlawan. Tampaknya sampai sekarang kau masih menjadi pahlawannya Kim Seola, huh?"
Bagaikan ada sebuah petir yang menyambar hidupku, petir itu sangatlah menyiksa karena berusaha membuka paksa lembaran masa lalu yang sungguh menyakitkan. Pantas saja Seola merasa ketakutan seperti ini. Dalam tangan kananku yang seakan memeluk tubuhnya di belakang, aku meremas lengannya memberi kekuatan.
"Ternyata kau masih hidup, pria bajingan," ucapku mendecih.
"Seperti yang kau lihat. Aku masih hidup dengan keadaan sehat. Mengingat setelah apa yang dilakukan perempuan keparat yang ada di belakangmu..."
"Jangan menyebutnya seperti itu!"
Sial!! Kalau saja Seola tidak ada, aku pasti sudah menghajarnya habis-habisan. Sekarang yang terpenting adalah menjaga Seola agar ia tetap aman.
"Oh, dia memang perempuan keparat, yang hampir merenggut nyawaku! Tapi, tentu saja, Tuhan masih sayang padaku maka dari itu aku masih diberikan kehidupan." Ia memberikan senyuman mengancam padaku. Kedua temannya yang juga sama-sama mabuk menatapku tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will We? | Wonho (Monsta X) & Seola (WJSN)
Fanfic[COMPLETED] "Persahabatan antara seorang perempuan dan lelaki itu tidak akan pernah bertahan lama, karena biasanya akan berujung dengan cinta." Shin Wonho (Monsta X) || Kim Seola (WJSN) Please don't be silent reader 🙏 23.6.2017-25.9.2017