Aku berlari...
Terus berlari...
Berusaha lari dari kenyataan...
Yang sepertinya akan menjadi hobi baruku...
Lari dari kenyataan...
Tujuanku sudah terlihat di depan mata. Tinggal sedikit langkah lagi, maka dari itu aku akan bisa kembali bernapas. Tak tahu kenapa, sejak tadi rasanya dadaku sesak sekali. Seperti ada yang mencengkeramnya kuat.
Lima langkah lagi.
Tiga langkah.
Satu.
BAM!
Setelah membuka pintu toilet dan masuk ke dalam, aku menutupnya dengan membanting cukup keras. Lalu tanpa beranjak kemana-mana, aku terdiam menyenderkan diriku pada badan pintu dan berusaha menarik napas sedalam-dalamnya. Setelah itu kubuang perlahan-lahan, berharap rasa sesak itu akan hilang. Tapi, kenapa rasa itu masih ada?
Kuulurkan tanganku mendekati ke tempat dimana jantungku terletak, dimana rasa sakit itu berasal dan mencoba merasakannya. Tepat, tepat sekali di situlah rasa sakitnya berasal. Sesuatu berdenyut di sana. Sesuatu berdesir di sana. Bagaikan amarah yang ingin keluar dari tubuhku.
"Kenapa? Kenapa aku harus merasa marah? Aku hanya melihat mereka....berciuman."
Tidak, Seola, kau tidak bisa menyebut ciuman dengan kata hanya. Ciuman itu bukanlah sesuatu hal yang biasa. Jadi, ketika Wonho dan perempuan itu sudah melakukannya, berarti mereka memiliki hubungan spesial. Dan memikirkannya saja semakin membuat rasa sesak itu memuncak.
"Kim Seola! Jangan bodoh! Tentu saja kejadian seperti ini akan terjadi, kau tahu itu. Wonho...pasti akan ada seorang wanita spesial yang menghiasi hidupnya."
Jadi, kau hanya akan berdiam diri saja, membiarkan itu semua terjadi? Kau merasa bahagia? Kau merasa senang melihat Wonho bersama wanita lain?
Rasanya dalam tubuhku ini seakan ada dua orang berbeda yang sedang berbicara padaku. Yang satu menginginkanku untuk selalu mencoba lari dari kenyataan. Yang satu berusaha meyakinkanku untuk menghadapi kenyataan sesungguhnya.
Aku merasakan dilema yang besar. Apa yang harus kulakukan jika tubuhku sendiri saja malah mengarah ke dua hal yang berbeda?
Kembali kurasakan tempat yang sakit itu dengan tanganku. Mencoba mengelusnya sesekali berharap rasa sesak itu mereda.
"Ah, kenapa rasa sakitnya tidak hilang juga? Dasar perasaan bodoh!"
***
Sejak kejadian itu, kiranya empat hari yang lalu, hidupku bagaikan kapal yang terombang-ambing, membuatku benar-benar kehilangan fokus. Aku tidak berkonsentrasi latihan, belajar, makan, bahkan untuk tidur saja aku tidak bisa. Lucu sekali kalau dipikir-pikir hanya karena satu kejadian tapi berimbas ke segala hal.
Karena merasa tidak bisa fokus dan kehilangan semangat latihan, aku meminta izin untuk mencari udara sebentar. Jadi sekarang, aku tengah berada di taman terdekat yang memang hanya berjarak seberang-seberangan dengan gedung perusahaan.
Tamannya tidak terlalu besar. Hanya sebuah taman biasa yang memang diperuntukkan untuk orang-orang yang sedang ingin beristirahat sejenak. Termasuk aku salah satunya. Aku duduk di sebuah kursi yang terletak tepat di bawah pohon. Rasanya teduh, membuat perasaanku sedikit lebih membaik.
Ingin menghilangkan rasa bosan yang menghampiri, aku memutuskan menghabiskan waktu dengan bermain ponsel, melihat-lihat hal yang seharusnya tidak kulihat. Entah panggilan darimana, aku ingin mencari tahu dan melihat dengan mata kepalaku sendiri seperti apa sosok Eunhae itu. Ia dikenal begitu banyak orang, bahkan namanya sudah terdengar kemana-mana. Begitu juga dengan diriku yang sudah sering mendengar namanya, tapi tidak pernah tahu seperti apa sosok dirinya. Dengan percaya diri aku mengetik namanya di kolom pencarian. Song Eunhae.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will We? | Wonho (Monsta X) & Seola (WJSN)
Fanfiction[COMPLETED] "Persahabatan antara seorang perempuan dan lelaki itu tidak akan pernah bertahan lama, karena biasanya akan berujung dengan cinta." Shin Wonho (Monsta X) || Kim Seola (WJSN) Please don't be silent reader 🙏 23.6.2017-25.9.2017