11

19 2 0
                                    

Sekitar jam setengah sepuluh kita memutuskan untuk pulang. Setelah kita sudah saling banyak bicara mengenai hobi, keinginan Dhika untuk jadi anak traveler, lalu ia bercerita tentang Iphone barunya, dan diakhiri dengan masa lalu kita dan kenangan kita di masa dulu.

Dhika mengendarai sepeda motornya sangat cepat waktu itu, takut dicap jelek sama Mama, lontarnya. Kemudian belum jam sepuluh kita sampai depan rumah. Aku mengajakmu mampir, tapi ia menolak dan berkata, "lain waktu gue bakal jemput lu lagi dan saat itu gue akan jemput lu dari dalam rumah lu, kok. Minta izin secara langsung ke kedua orang tua lu. Terutama bokap lu yang tinggi itu. Kali ini gue mau buru-buru nge-band lagi. Thanks ya buat pertemuan ini."

"Iya sama-sama. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Kita kembali berkomunikasi lewat Blackberry Messanger

Di antara hubunganku dan Alka yang memang sudah sangat hambar, ada sosok Dhika yang bersemi memberi warna.

Hari ini lu gak kerja kan?

Engga, males gue. Mau nyantai di rumah.

Yakin? Gue mau minta temenin nonton film Raditya Dika nih. Seru banget. Gue suka film-film dia.

Kapan?  Dimana?

Tunggu dulu, lu mau apa engga?

Ya boleh deh

Oke. Jam 4 sore gue jemput ke rumah.

Sore ini?

Iyalah.

Aku menepuk jidatku yang lebar. Wajahku pucat seketika.

Di depanku ada Alka. Dan sekarang pukul satu siang.

Yauda, tapi nanti gue kabarin ya. Soalnya gue lagi di luar sama temen gue.

Saat itu aku sedang di sebuah kafetaria, menemani Alka mengerjakan tugas kuliahnya. Aku panik dan bingung harus bagaimana.

Kegelisahanku terbaca.

"Kamu kenapa? "

"Hmm... "Aku tidak berhenti menggerakan kakiku.

"Bisa bantu rumus excel ini ga? " Alka belum menanyakan secara lanjut dari sikapku yang mendadak berubah.

"Bisa." aku mengotak-atik tugasnya. "Alka, kamu nanti jam 3 bukannya mau ke kampus ya urusan BEM? "

"Iya. Makanya aku buru-buru ngerjain ini. "

"Jam 3 itu mulai rapat apa jam 3 kamu jalan? "

"Jam 3 baru mulai rapat, be" ia menyelipkan rambutku ke balik telinga.

"Hmm.. Kalo gitu jam setengah 2 kita pulang aja. Tugas kamu lanjutin nanti lagi. Besok juga bisa kan? "

"Santai aja, be"

Santai kata lu? Gue lagi panik, gila!

Tepat pukul 13:58 aku mematikan laptopku. Aku memaksa Alka untuk pulang dan menyuruhnya segera pergi ke kampus.

Alka menurut, ia mengantarku sampai rumah. Bahkan sampai ke dalam rumah.

Ayah dan Mama di rumah. Kebetulan hari itu Ayah sedang sakit, jadi beliau tidak masuk kerja. Alka berdiri di depan pintu rumahku saat jam munjukkan pukul 15:48.

Wajahku makin memucat dan tanganku dingin. Dia berpikir kondisiku yang sedari tadi seperti ini dikarenakan aku sakit. Oleh karena itu, dia sempat singgah setelah pulang dari kafetaria tadi.

Sepucuk Surat dan Secangkir Latte (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang