24

15 2 0
                                    

Aku ingin menangis sejadinya saat malam ini berakhir. Walau memang menyakitkan melihat seseorang yang masih ada di hati sedang pergi bersama sahabat sendiri. Mungkin memang ini juga sebagian karena salahku. Iya, mungkin.

Sejak hari dimana Dhika melihatku bersama Alka 4 bulan yang lalu, aku meminta tolong ke Imah untuk mencari tau keadaan Dhika. Dhika yang terlihat kasar dengan postingannya membuat aku takut. Apalagi ketika dia menyebut seorang perempuan dengan kata 'murahan'. Walau tidak merujuk pada satu orang, tapi konteks dalam kalimat itu merujuk kepadaku yang pernah memainkan perasaannya.

Wajar saja. Aku yang memberikan kontak Dhika ke Imah. Aku pula yang menyuruh Imah memulai obrolan dengan Dhika. Mungkin saja dari itu semuanya berlanjut.

Meskipun sekarang sudah ada Juan yang terlihat amat menyayangiku, Dhika masih belum bisa terbuang begitu saja. Mungkin ini masalah waktu. Waktu akan memudarkan Dhika. Diiringi dengan perlakuan Juan yang teramat manis.

Mungkin dengan segala kemungkinan.

Namun, aku sepertinya harus menafikan rasa. Menutup dalam-dalam hingga aromanya saja tidak tercium oleh siapapun. Aku harus bisa kembali fokus pada tugas akhir dan rencana hidupku selanjutnya. Karena hidup memang tidak melulu tentang cinta. Meski hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga. Begitulah kata pujangga.

Kata siapa hidup tidak melulu tentang cinta? Hidup dari bangun tidur sampai tidur lagi merupakan hadiah dari sebuah cinta. Cinta Tuhan terhadap hamba-Nya. Dia berikan hadiah nafas yang tidak ada seorang pun yang bisa memberikannya. Untuk itulah, aku bersyukur karena cinta.

Jam dinding bergambar menara Eifel itu menunjukkan pukul 3 pagi. Aku masih terpaku dengan foto dari akun media sosial seseorang yang sudah berteman denganku hampir 3/4 umurku. Air mata tak lagi bersua. Dia sudah membeku di dalam sana. Lemas sudah tubuhku. Butuh nutrisi lagi untuk mengembalikan cairan yang sudah aku buang sedari tadi. Hingga akhirnya aku terlelap dalam mimpi. Mimpi yang lagi-lagi dihiasi oleh Dhika.

***
"Ma, semalem Fay mimpiin Dhika lagi. "

"Mimpi gimana? "

"Dhika jahat banget. Kita lagi ketemu di suatu tempat gitu, terus Dhika ngusir Fay kasar banget. Sampai ditendang gitu. "

"Pantes kamu tidur sesugukan tadi subuh sebelum Mama bangunin buat sholat. "

"Iya, mungkin itu lagi nangisin Dhika"

"Tapi kamu sembab gitu? "

"Iya sebenernya Fay juga abis nangis"

"Kenapa? Juan semalem nyakitin perasaan kamu? "

"Engga. Juan mah baik banget. Fay berasa kayak tuan putri. Juan selalu bikin Fay istimewa"

"Kayak slogannya cherrybelle"

Cherrybelle adalah salah satu girlband Indonesia yang sedang booming saat itu.

"Ih Mama... "

"Terus kamu nangis kenapa? "

"Semalem Imah jalan sama Dhika. Mereka ngerayain tahun baru bareng"

"Hah? " Mama menghentikan irisan pisaunya, "terus terus? "

"Ya terus Fay nangis, Ma"

"Kamu marah sama Imah? " Mama melanjutkan mengiris wortel.

"Gak tau. Fay gak tau mau marah apa engga. Fay gak mau juga kayak si itu. "

"Itu siapa? "

"Ana, Ma"

"Iya. Jangan kayak kamu, Ana, sama Alka, ya! "

Sepucuk Surat dan Secangkir Latte (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang