16

16 2 0
                                    

Mataku menatap langit-langit kamar dengan pikiran melayang-layang. Imajinasiku liar membayangkan seseorang yang entah ada dimana. Ditemani dengan lantunan lagu Payung Teduh yang pernah Dhika kirim. Sudah 6 kali terputar dengan lagu yang itu-itu saja. Malam ini, aku memikirkannya lagi.

Aku melarikan pandangan menuju jam dinding, pukul setengah 2 pagi. Aku masih belum mengistirahatkan mataku.

Semua hal buruk yang aku takutkan terjadi menghantui pemikiranku.

Begitu ya alur pertemanan yang di tengahnya diselipin urusan cowok. Ish!!! Ganggu banget sih. Harusnya gue biasa aja, toh kan gue udah gak ada urusan sama Dhika. Mau dia jalan sama Imah juga biarin aja. Elaaahh

Aku membuka akun twitter dan menuliskan beberapa kicauan. Ternyata seseorang masih ada yang memerhatikan. Kemudian seseorang itu mengirimkan pesan pribadi.

Makanya, semenjak hari itu gue gak pernah jadi orang on time. Ya setidaknya ke beberapa orang

Maksudnya?

Gue takut aja kecewa lagi

Kenapa sih masih bahas itu?

Membekas

Gue minta maaf, Dhik. Maaaafffff

Udah gue maafin. Tenang aja

Tapi kenapa masih dibahas?

Ya itu, karena masih membekas.

Trus gimana gue mesti ilangin itu semua?

Gue harap karma gak mendekati elu

Maksud lo?

Yauda, cukup gue aja yang ngerasain

Ih apa sih gak jelas

Karna semua hal gak selalu harus jelas

Ya harus lah

Buat apa? Buat tau rasanya kecewa?

Tuh kan, drama banget sama lu

Lu yang bikin semua jadi kayak drama

Aku geram dan tidak melanjutkan percakapan itu. Meski berulang kali aku membuka direct message. Namun, aku berusaha menahan ego untuk tidak meladeni orang yang ternyata memang tidak jelas arah bicaranya.

"Dasar brengsek! Mau nya apa sih tuh cowok. Gak jelas. Masih ngungkit-ngungkit hal itu? Yang jelas sekarang aja dia jalan sama sahabat gue sendiri. Kalau emang dia punya perasaan, ngapain coba gak mencoba cari jalan keluar buat bantu gue memperbaiki keadaan. Malah bikin memburuk" aku membanting ponselku ke atas kasur, "yang pasti gue gak akan sih bersikap kayak temen gue yang itu. Yang tau-tau dingin banget sikapnya karna gue masih jalan sama Alka. "

Aku menenggelamkan wajah ini dalam tumpukan bantal dan berusaha melelapkan dalan tidur.

***
"Faaayy.. Bangun! Udah subuh. "

Seperti biasanya pagi datang kembali dengan fajar dan iringan suara adzan dari para muazin.

Entah kenapa setan pada jam subuh itu banyak sekali. Walaupun mata sudah terbuka dan jiwa sudah tersadar, tetapi kasur terasa sejuk dan lembut hingga tubuh ini sulit untuk beranjak.

Setiap subuh.

"Iya, Ma.... "

Aku memaksakan diri keluar dari jeratan setan pagi ini. Berjalan dengan lesu menuju kamar mandi. Mencuci tangan dan menyikat gigi. Dilanjutkan dengan air wudhu yang terbasuh pada bagian-bagian tubuh.

Sepucuk Surat dan Secangkir Latte (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang