part 18

902 30 4
                                    

5 menit Syifa menunggu seseorang yang tadi ia telfon. Dan akhirnya seseorang itu pun datang dengan mengendarai motor ninja berwarna merah darah itu. Ia menuruni motornya dengan tergesah-gesah. Seakan ia tau keadaanya.

"Syif lo gk pp kan? Lo gk luka kan?" tanya seseorang itu ketika ia memegang kedua bahu Syifa. Yang sontak membuat syifa menghadapnya.

"Ponakan gue nold!!!" untuk sekian detik ia membungkam mulutnya. Dan akhirnya ia mengeluarkan suara yang diawali dengan isakan tangis yang menderai. Sungguh berat ia mengeluarkan kata itu, karena memang hatinya dipenuhi oleh amarah. Dan sebentar, nold?. Apakah itu arnold?. Yah, itu benar Arnold. Mengapa Syifa memanggil Arnold? Apa yang ada di handfone nya hanya tertera nama itu saja. Tapi mungkin pikiran itu terhapuskan dengan pikiranya yang saat ini. Kacau.

"Ok, sekarang lo tenangin dulu pikiran lo. Dan kalo udh, lo ceritain pelan-pelan ke gue apa yang terjadi. Hapus dulu air mata lo". Tangan kananya menggapai pipis syifa yang basah karena di penuhi deraian air mata. Tapi kini isakanya mulai mereda saat tangan kanan Arnold digerakan menelusuri pipi syifa. Dan menghapus deraian air matanya. Seakan menghapus semua keluh kesah yang ada di pikiran Syifa. Dan juga mengingatkan nya pada seseorang. Bisma. Yang juga pernah melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Arnold. Ia terus menatap mata berwarna hitam legam itu, karena memang mata itu mirip sekali dengan bisma-nya. Dan sekejap tatapan itu sudh tersadarkan, karena Syifa sadar itu tak akan terulang, seperti jarum jam yang terus berputar.

"Nold?" tanya Syifa. Dengan posisi mereka yang berhadapan. Syifa meraih gumpalan kertas yang tadi ia lempar ke sembarang arah. Dan diberikanya kepada arnold.

"Apa ini?" tanya Arnold. Dan mulai membuka gumpalan kertas yang sudah kusut itu. Tiba-tiba matanya membulat sempurna saat melihat tulisan di kertas itu. Tapi jujur ia juga merasa bingung apa maksud dari tulisan itu.

"Pila diculik nolld!! Dan sekarang gue gk tau dimana ponakan gue. Hiks hiks." air mata bening itu keluar lagi dari kelopak matanya. Membuat arnold ikut merasakan kesedihan itu. Ia berfikir dengan keras untuk bisa membantu Syifa.

"Syif, coba lo inget-inget deh siapa ajh yang udh dket sama ponakan lo..." kata Arnold setelah Syifa meredakan tangis nya. Dan Syifa hanya terdiam menatap Arnold."mmm, maksud gue itu gini, kan ponakan lo hilang di sekolah. Dan pas pulang sekolah kan? Dan pas lo jemput ponakan lo gk ada. Otomatis ponakan lo itu udh dijemput lebih dulu sama orang lain y kan?. Dan maksud gue itu, ngingetin lo supaya tau diantara mereka ada yang ngebawa ponakan lo gk. Dan pastikan ponakan lo lebih gampang diajak sama orang yang udh akrab sama dia, y kan?."

Apa yang dikatakan Arnold memang ada benarnya juga.
Syifa berfikir sangat keras untuk mengingat siapa saja yang udh pernah kenal dekat sama ponakanya, seperti apa yang dikatakan Arnold. Syifa baru sadar bahwa yang sudh kenal dekat dengan ponakanya cuma "bisma".

Hanya bisma yang udh kenal deket sama ponakanya. Dan pasti jika bisma mengajak ponakanya, ponakanya akan ikut bersamanya.

" bisma? Siapa dia?". Tanya arnold.

"Dia itu..." katanya tergantung dan "mantan gue," suaranya kini pelan.

"Mantan?" tanyanya lagi.

"Iya, dia yang pernah dateng ke rumah lo dan mukul perut lo sampe lo pingsan.". Jelasnya lagi.

"Oh yang waktu dia maksa lo buat ngobrol sama dia?, jadi dia mantan lo?" kini Arnold sudah mulai ingat dengan insiden itu.

"Iya. Yaudh mending sekarang kita langsung ke rumahnya dia ajh. Ayo!" ajknya.

"Lo tau rumahnya?" tanya arnold.

"Y tau lah, gue kan mantanya." jawab Syifa.

"Ciee yang masih inget" goda Arnold membuat syifa geram padanya.

Syifa hanya menatap Arnold sekilas tapi tatapanya membuat Arnold begidik ketakutan karena tatapanya benar-benar "sinis". Dan melanjutkan perjalanan mereka kembali. Dengan didahului Syifa dan diikuti Arnold yang masih memasang muka takut.

Didepan rumah bisma, tepat di depan gerbang Syifa membeku terdiam melihat pekarangan rumah itu yang begitu luas, yang mengingatkanya dengan kenangan, kenangan bersama pemiliknya bisma. Yang dulu pernah tertawa bersamanya tepat di bangku dekat pancuran air. Dan berlari-larian seperti kucing dan tikus, bedanya mereka berlari-larian penuh dengan asmara cinta.

"Woy!!!" teriak Arnold. Membuat Syifa tersadar dari lamunanya tentang masa lalu. Dan membuat Syifa juga tersadar akan tujuanya datang ke sini. Bukan untuk mengenang masa lalu, tapi untuk mencari ponakanya.

"Lo ngapain ngelamun?" tanya Arnold. 

"Enggak kok" jawab Syifa singkat. Masih menatap pekarangan rumah itu.

"Gue tau kok. Lo pasti masih belum bisa move on yah dari si bis...bis..."katanya .

"Bisma" sambung Syifa.

"Iya itu maksud gue" kata Arnold. Yang mulai melangkahkan kakinya kedepan pintu gerbang itu. Dan ternyata gerbangnya tak dikunci, jadi Arnold dengan gampangnya masuk  kedalam.

"Arnold!!" teriak Syifa. Karena memang perilaku Arnold itu sangat tidak sopan. Masuk se-enaknya saja. Memang itu rumahnya?. Menyebalkan.

"Ngapain kalian kesini?" tanyanya tak suka.

"




Seketika Benci Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang