"Syifa lo harus makan." kata Bisma.
Disitu hanya ada Bisma dan Syifa. Hanya berdua. Teman-teman mereka sudah pulang dari 20 menit yang lalu. Bisma memilih tetap disitu dengan alasan "gue mau jagain lo sampe lo sembuh". Sebenarnya Syifa menolak, tetapi jujur Syifa belum sepenuhnya move on dari Bisma.
Syifa menggeleng pelan. Tatapanya kosong, terus memandangi detikan jarum jam yang berada di tembok depanya. Duduk dengan senderan bantal di belakangnya.
"Syifa. Ayo buka mulut lo. Aaa...." Bisma mengikuti ucapanya. Ia membuka mulutnya lebar. Mengarahkan sendok berisi bubur dan sayur di atasnya, dan diarahkan pada mulut Syifa.
Syifa terus menggeleng. Tetap dengan pandangan yang sama. Ia terlalu khawatir akan keadaan Arnold.
"Kalo lo gk mau makan. Gue juga gk mau nganterin lo ke tempat Arnold." ancam Bisma, ia menurunkan suapanya, lalu menatap Syifa. Bisma hampir tersentak kaget, karena sekarang ia sedang ditatap sinis oleh Syifa.
"Kok lo jahat" kata Syifa, badanya digerakan menghadap Bisma, dibalas tatapan tajam oleh Bisma.
"Gue yang jahat atau lo?" tanya Bisma.
"Kok jadi gue yang jahat?" tanya Syifa, ia bingung apa maksud dari ucapan Bisma.
"Iya, karena dari tadi gue bujuk lo makan, sampe gue ikut mangap-mangap gk jelas, tangan gue juga pegel lagi, dari tadi lo cuma geleng-geleng terus." tutur Bisma.
Syifa terkekeh, mendengarkan penuturan Bisma yang sampai diperagakan. Lalu Bisma hanya menatap Syifa bingung.
"Kok malah ketawa sih?" tanya Bisma, ia mengikuti tawa Syifa pelan. Didalam lubuk hati Bisma yang paling dalam, ia merasa rindu dengan tawa renyah Syifa saat ini, ia rindu melihat wajah ceria Syifa saat ini. Dan ia rindu selalu disamping Syifa. Meski Bisma mulai menyadari bahwa Syifa sudah memiliki lelaki lain dihatinya.
"Lo tuh ihhhh" geram Syifa, ia berusah menggerakan tanganya ke lengan Bisma untuk mencubitnya. Lalu cubitan Syifa berhasil membuat Bisma meringis. "Lo gk pernah berubah ya? Masih sama kayak dulu" syifa kembali tertawa pelan.
Masih sama?. Ia Syif gue masih sama kayak dulu. Dimana lo dan gue selalu bersama, berdampingan kemanapun. Berada dalam kesibukan yang sama, yaitu membuat cerita asmara kita yang penuh canda, dan tawa lo kayak saat ini.
Bisma tersenyum manis pada Syifa, "Ini karakter gue Syif. Karakter yang sama saat lo masih berada di samping gue. Berkat kehadiran lo, gue lebih menghargai karakter gue ini sampe sekarang."
"Tapi kita kan..."
Bisma mengacak rambut Syifa pelan, "Mantan bukan berarti kita harus saling menjauh dan saling berusaha melupakan semuanya. Tapi mantan bisa membuat kita tersenyum dikala kita sedih, saat lo memutar memori manis bersama mantan. Bukan berarti memutar memori itu kita mengenang mantan dan terus memikirkanya. Karena mantan harusnya bisa menjadi teman, karena dia sudah mengetahui semua tentang kita. Anggap sajalah dikala itu kita hanya berteman."
Syifa menatap Bisma sendu, mata nya berkaca-kaca, "Tapi jika memutar memori itu bisa membuat kita rindu, gimana? Trus nanti kalau kita gk bisa move on, gimana?" Air mata Syifa menetes melewati pipi chuby nya.
Bisma menghapus air mata Syifa, "kalo rindu ya tingal ketemu, atau chat. Dan kalo gk bisa move on, lo tinggal senyumin aja, dan berfikirlah jika yang lalu itu hanya pertemuan sebatas pertemanan. Kalo lo terus berfikir itu adalah mantan, maka akan terngiang kembali kekecewaan lo"
Syifa terdiam menatap manik mata Bisma. Lalu Bisma berdiri dan beranjak pergi, namun pergelangan tanganya ditarik oleh tangan Syifa yang lemas.
"Lo mau kemana?" tanya Syifa lirih, dan menghapus air matanya yang masih mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seketika Benci Jadi Cinta
RandomIni cerita tentang seseorang yang berparas cantik, Syifa savira hadju. Dan ini kisah keremajaan seorang laki-laki yang menurutku tampan, arnold leonard. Berawal dari benci yang mengantarkan mereka ke suatu rasa yang sangat dalam untuk dirasa cinta...