part 19

957 30 0
                                    

     "Gue ke sini pengen bawa  pulang ponakan gue!" disitu aku sudah mulai menuangkan semua amarahku yang ku tahan.

     "Ponakan lo? Pila maksudnya?" kezel, dia malah nanya balik.

     "Iya pila. Dia ada di sini kan?" tanya ku lagi.

     "Pila gk ada di sini" jawabnya. Jika pila tak bersamanya lalu dimana pila?. Ah mungkin ini hanya permainan dia saja untuk mebohongiku.

     "Bohong" ucap Syifa. Nadanya sedikit naik.

     "Bohong? Gue gk bohong. Emang pila hilang yah?." tanyanya pada Syifa.

     Kalau pila gk ada sama Bisma. Trus dimana pila.

    "Hiks hiks hiks"

    "Yah kok nangis sih?" tanya bisma sambil menggenggam kedua tangan Syifa.

    "Syifa nangis ini gara-gara lo! Lo yang buat Syifa nangis tau gk!" marah Arnold dan melepas genggaman tangan Bisma pada Syifa. Karena jujur ia tak suka bila Syifa disakiti oleh orang lain.

    "Biasa ajh dong!! Emang gue salah apa?"tanyanya.

     Mungkin kini memang benar jika bukan Bisma yang menyembunyikan pila. Tapi siapa?

     "Lo.." ucapan Arnold terhenti karena...

     "Nold udh mending kita pulang. Mungkin benar pila gk ada di sini." kata Syifa dan menarik tangan Arnold untuk pulang.

     "Eh Syif Syif tunggu. Gue bantu cari yah?" tanya Bisma berusaha menggapai tangan Syifa.

     "Terserah" jawab Syifa lalu ia pergi meninggalkan Bisma. Dengan rasa khawatir yang masih menyelimutinya.

                     🍂🍂🍂

     "Syif udh dong nangis nya,"

     Disitu, dirumah syifa Arnold benar-benar bingung apa yang harus ia lakukan, Syifa terus saja menangis sedangkan semua usaha dia udh lakuin demi menemukan pila. Dari menelfon semua orang tua teman-temanya Pila, menelfon sodara sampai kerabatnya, dan sampai mendatangi semua orang-orang yang dekat dengan Pila.

     "Nold gimana gue gk nangis, Pila aja belum ketemu sampai sekarang, gue gk tau keadaan Pila sekarang gimana. Dan, dan semua cara udh kita lakuin, tapi apa hasilnya nold, apa? Nihil. Semua yang kita lakuin itu gk ada hasilnya"

     "Ya udh, kamu juga jangan berlarur-larut dalam kesedihan. Itu gk baik buat kamu"

     "Trus gue harus gimana nold?"

     Hening menerpa mereka untuk beberapa saat. Lalu mata Syifa memicing ke arah handfone nya saat tertera nama Elina di layar handfone nya.

     "Iya El. Ada apa?" Tanya Syifa dan sesaat matanya memandang Arnold yang terlihat penasaran, lalu kembali fokus dengan pendengaranya untuk mendengar info dari Elina.
"APA!!!?"

     Arnold yang mendengar Syifa berteriak horor seperti itu langsung kaget dan heran 'ada apa?'

    "Ternyata. Pila"

     "Tenrnyata pila apa Syif?"
  
      "Ternyata pila sama becca nold, dan kata elina. Elina tadi liat pila diajak ke arah rumah gede gitu katanya." tutur Syifa dan diberi anggukan tegas oleh Arnold.

     "Ok sekarang kita langsung ke sana ajh yah. Dan minta lokasinya ke Elina sekarang."

     Mereka bergegas menuju pekarangan rumah yang terparkir mobil putih bersih milik Syifa.

                     🍂🍂🍂

     "Ini bener, rumahnya?" dahi Arnold mengernyit melihat sekeliling rumah itu seperti tak berpenghuni.

     Syifa mengecek ulang lokasi yang dikirim Elina padanya. Dan bener kok.

     "Ya menurut lokasi yang dikirim Elina sih bener" tutas nya.

     "Ya udah kita langsung masuk ajah." ajak Arnold, tanpa memperdulikan Syifa ia masuk begitu saja.

     "Nold tungguin!" teriaknya dari belakang, entah ia mendengar nya atau tidak. Karena sama sekali tak menengok.

     "ARNOLD AWAS....!!!!" kini teriakan Syifa lebih kencang dari yang sebelumnya, sontak membuat Arnold kaget dan berbalik menengok ke belakang.

     Dan saat ia nengok ke belakang, betapa terkejutnya dia saat tangan kekar sudah berada tepat pada wajah Arnold. Dan mengenai hidungnya, yang mengakibatkan ia terpental dan sudah dipastikan hidungnya berdarah.

     Meski begitu Arnold tak tinggal diam. Ia kembali bangkit dan mengusap hidungnya yang berdarah walau rasanya memang sangat sakit. Tapi tanpa Arnold sadari tanganya sudah di cengkram kuat oleh dua lelaki kekar entah dari mana asalnya. Dan masih ada satu lelaki lagi yang jauh lebih kuat dan kekar yang berada di hadapanya.

     "Apa-apaan nih? Lepasin!!" Arnold berusaha melawan cengkraman kuat itu tapi tenaganya kalah kuat dengan tenaga dua lelaki kekar yang mencengkramnya.

     "Diam kamu!!"

     "Aww!" Satu pukulan mendarat di perut Arnold. Membuat Arnold terpekik menahan sakit. Semakin Arnold melawan, semakin kuat pula cenkraman yang diberi.

     "Dasar pengecut !! Beraninya cuma kroyokan!!" Arnold bener-bener tak tahan dengan ulah mereka. Membutuhkan tenaga untuk mengucapkan kalimat tersebut.

     Beberapa pukulan pun kembali menghantam tubuh Arnold. Terus menerus hingga Arnold tak sadarkan diri.

                    🍂🍂🍂

     Sesekali Arnold mengerang sakit saat matanya mulai mengerjap beberapa kali untuk beradaptasi dengan cahaya yang masuk, karena badanya tadi telah dipukul bertubi-tubi mengakibatkan badanya seperti remuk tak bertulang.

      Ia mulai mengedarkan pandanganya kesekeliling, dan seketika matanya membulat sempurna melihat Syifa masih menutup matanya dan dengan tangan dan kakinya diikat termasuk badanya. Arnold ingin menolong Syifa dan saat ia ingin bangkit, tanpa sadar badanya terduduk kembali karena beberapa utas tali mengikat badanya begitu kuat.

     "Sial !! Kenapa gue jadi diiket gini!!" umpatnya kesal, mendapati dirinya telah diikat sangat kuat. "Woy!! Lepasin!! Dasar pengecut!!"

     5 orang dengan badan yang bisa dibilang, itu adalah badan-badan para pegulat. Mereka datang mengelilingi Arnold.

     "Masih berani ngomong lo?" Arnold tersenyum tipis sebelum menjawab.

     "Badan kekar. Tapi sayang otaknya gk sekekar badanya. Yang cuma ngebutuhin receh" katanya dengan menekanka kata receh.

     "Apa lo bilang!!! Dasar bocah!!!!" tangan kosong lelaki itu melayang dan mendarat di pipi Arnold. Dan membuat tepi mulutnya berdarah.

     Syifa merasa badanya tak bisa digerakan seperti ada yang mengunci. Tepat waktu Syifa bangun, suara keras itu menggema di satu ruangan lengang namun sangat kumuh dan kotor. Ia melihat ada 5 orang laki -laki yang sedang mengerumuni sesuatu.

     Entah apa yang dikerumuninya, namun yang jelas ia mendengar suara ringisan rasa sakit yang berasal dari balik kerumunan lelaki itu.

     Seketika matanya melebar bulat, saat mengingat dirinya kemari tidaklah sendiri namun bersama Arnold. Dan apakah yang meringis kesakitan itu adalah Arnold?.

     "

Seketika Benci Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang