"Ahkkk"
Benar. Benar itu suara Arnold, yang sedang menahan sakit. Atau melawan rasa sakit yang dia rasa. Yang kini bisa Syifa lakukan hanya berteriak sekeras mungkin. Bahkan teriakanya hampir setara denga suara toa masjid.
Semua pasang mata mengarah padanya, termasuk Arnold yang kelihatan sangat lemah. Dengan darah yang mengalir dari ujung bibirnya, lebam dibagian kanan jidatnya, luka di hidungnya masih terpampang.
Mereka masih terdiam sebelum salah satu dari kelima lelaki itu mendekat pada Syifa. Yang membuat Syifa ingin mundur dan lari, tapi badanya saja susah untuk digerakan apa lagi lari?. Syifa hanya terdiam takut, dan khawatir jika lelaki itu macam-macam padanya.
"Suaramu sangatlah merdu. Bisakah ku dengar kembali teriakan mu yang merdu itu." tawarnya membuat Syifa mati kutu tak bisa bergerak.
"Jangan pegang-pegang!!" peringat Syifa.
"Wuiiihh sadis juga nih cewek." lelaki itu menatap ke belakang seperti mengaduh pada teman-temanya.
Sedangkan teman-temanya hanya tertawa geli. Kecuali Arnold. Lelaki itu mencengkram kedua pipi Syifa.
"Apa kamu mau seperti teman mu itu?"tanyanya menghadapkan Syifa ke arah Arnold. Luka memar itu hampir menenuhi wajah Arnold. Yang membuat Syifa meronta dan berteriak ingin melindungi Arnold. Namun semakin ia meronta dan berteriak semakin kuat cenkraman itu padanya.
"Lepaskan dia!" teriakan Arnold menggema di seluruh ruangan.
"Ok gue lepasin nih bocah. Asal lo mau nurut apa perintah bos kami?" camnya terhadap Arnold .
"Bos? Siapa bos kalian? Oh gue tau. Rebecca? Bos yang b*d*h beraninya keroyokan!!!!" ucap arnold matanya memerah menahan amarah.
"Kalo gue bodoh emang kenapa?!" semua pasang mata tertuju pada suara yang menggelegar dan mengagetkan itu, " Gue bodoh gara gara lo nold!! Semua yang ada di dalam otak gue itu terisi penuh sama lo nold!! Sampai sampai otak gue gk mampu menampungnya, dan akhirnya gue bodoh, bodoh Noldd!" suara perempuan tiba-tiba muncul dan menggema di seluruh seisi ruangan atau mungkin sampai seisi gedung.
Yak, itu rebecca. Ia datang tanpa suara, namum kedatanganya yang sepi itu harus di sambut dengan kata kata Arnold yang menyakiti hatinya.
"Tapi lo gak pernah hargain itu nold!"
Rebecca mendekat menghampiri Arnold, sedangkan arnold hanya terdiam kaku menatap Rebecca. Ia tak sangka Rebecca yang pecicilan itu bisa berubah drastis emosinya.
"Tapi sekarang gue udh seneng, karena apa yang gue harapin bisa terjadi juga!" senyum devilnya terukir jelas di wajah rebecca.
Lalu Rebecca beralih pada Syifa, yang juga terdiam menatap Becca berbicara seperti itu. Becca menatap Syifa tajam, matanya menunjukan amarah yang sangat amat. Syifa yang ditatap seperti itu oleh becca langsung menundukan kepalanya, ia merasa takut karena sekarang emosi Becca sedang tidak stabil, bisa saja nanti Becca melakukan hal yang tidak ia inginkan.
Syifa terus menunduk, nafasnya tak beraturan. Melihat langkah kaki Becca semakin dekat dengan dirinya, ia memejamkan matanya.
"Aaa....!!!" Syifa menjerit, karena tiba-tiba Becca menarik rambut Syifa sangat kuat, rasanya kulit kepalanya hampir lepas dari tempatnya. Sakit, perih, panas, itulah yang dirasakan Syifa.
"Becca lepasin Syifa!!" teriak Arnold, ia berusaha menolong Syifa, dirinya terus memberontak ingin melepaskan diri lalu menolong Syifa dan memeluknya erat, agar ia tak lagi takut.
Tapi itu semua sia-sia, walaupun Arnold melepaskan diri tetap saja ia tak akan bisa menolong Syifa, karena 4 orang dibelakang Arnold itu masih berdiri kekar, mereka akan segera mengikat Arnold kembali pada kursinya.
Syifa terus meringis kesakitan. Tak terasa bulir air bening yang keluar dari matanya sudah membasahi pipinya.
"Bec-becca..tolong lepasin gue, gue mohon becca"
Syifa beruha menahan rasa sakit itu untuk bisa berbicara. Tetapi tak ada respon dari becca.
Arnold masih terus berusaha untuk melepaskan diri, walau nanti 4 orang di belakangnya itu akan menahanya lagi. Ia tak peduli itu, yang penting ia bisa menolong Syifa.
Tetapi pemberontakanya untuk melepaskan diri terhenti, karena ia melihat tangan kanan Becca membawa sebuah pisau. Arnold semakin panik saat Becca mulai mengayunkan pisau itu pada Syifa.
"SYIFA... AWAASSS!!!"
"Aaaa....!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seketika Benci Jadi Cinta
RandomIni cerita tentang seseorang yang berparas cantik, Syifa savira hadju. Dan ini kisah keremajaan seorang laki-laki yang menurutku tampan, arnold leonard. Berawal dari benci yang mengantarkan mereka ke suatu rasa yang sangat dalam untuk dirasa cinta...