Chapter 7

116 11 0
                                    

Sinar matahari masuk melalui jendela kamar rawat Irene dan itu membuat Irene terbangun dari tidurnya. Perlahan Ia mengusap matanya dan Ia mencoba untuk melihat ke arah Samuel yang sedang tertidur di sofa. Ia merasa kesulitan untuk menggerakan tubuhnya, Ia hanya menahan sakit dan itu terlihat jelas dari wajahnya. 

Saat hendak menggerakan tubuhnya, tak sengaja tangan Irene menyentuh gelas yang ada di sampingnya dan gelas itu terjatuh ke lantai. Samuel langsung membuka matanya dan Ia terlihat terkejut saat melihat gelas terjatuh di lantai.

" Apa kau baik-baik saja ? ", tanya Samuel yang langsung membersihkan serpihan gelas yang terjatuh di lantai.

" A-aku baik-baik saja. ", jawab Irene.

" Maaf aku tertidur dan tidak menjaga mu. ", ujar Samuel sambil membuang serpihan gelas ke tempat sampah.

" Uh ? ", gumam Irene.

" Apa kau haus ? ", tanya Samuel.

" T-tidak. ", jawab Irene.

Samuel memberikan segelas air untuk Irene dan Ia tersenyum pada Irene. Namun, Ia mendapat tatapan heran dari Irene dan Irene menggerakan kepalanya seolah menolak segelas air yang diberikan Samuel. Irene melihat ke arah kalung yang masih ada di genggamannya dan  Ia menatap Samuel.

" Apa ini milik mu ? ", tanya Irene.

" Iya. ", jawab Samuel.

" Apa kau akan mengambilnya ? ", tanya Irene.

" Kau boleh memilikinya. ", jawab Samuel.

Irene menggenggam kalung itu dan Ia menatap Samuel.

" Sebaiknya kau memberitahu keluarga mu tentang keberadaan mu sekarang. ", ujar Samuel.

" Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan pada mereka. ", jawab Irene.

" Bagaimana jika kau memberitahu mereka bahwa kau menginap di rumah teman mu. ", ujar Samuel.

" Apa kau meminta ku untuk berbohong ? ", tanya Irene.

" Aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya tidak ingin keluarga mu khawatir dengan kondisi mu. Besok aku akan mengantar mu kembali ke rumah dan menjelaskan yang sebenarnya terjadi pada mereka. Aku juga akan meminta maaf kepada mereka. ", jawab Samuel.

Irene terdiam ketika Ia mendengar jawaban Samuel, Ia tidak menyangka jika Samuel berniat untuk meminta maaf kepada keluarganya atas apa yang sudah menimpanya. Irene merasa jika pria yang saat ini berada di hadapannya sangat berbeda dengan kekasihnya. Pria ini memiliki rasa tanggung jawab dan iman yang besar. 

Disisi lain, Richard sedang melihat dokter memeriksa keadaan Joshua yang sudah sadarkan diri. Richard melihat wajah Joshua nampak tidak nyaman dengan tindakan dokter dan perawat. 

" Joshua sudah bisa kembali ke rumah besok. Tapi, disarankan untuk beristirahat di rumah dan tidak melakukan apapun yang berat. ", ujar dokter.

" Baik, dokter. Terimakasih. ", jawab Richard.

Sesaat setelah dokter meninggalkan kamar rawat Joshua, masuklah Irene dan Samuel. Samuel membawa Irene untuk menemui Joshua dengan kursi roda. 

" Joshua. ", ucap Irene.

" Irene ? ", gumam Joshua.

" Bagaimana keadaan mu ? ", tanya Irene.

" Mengapa kau duduk di kursi roda  ? ", tanya Joshua.

Irene tidak bisa menjawab pertanyaan Joshua dan membuat Joshua semakin menebak apa yang sebenarnya terjadi pada Irene.

" Apa kau tidak bisa berjalan lagi ? ", tanya Joshua sambil menatap Irene.

Irene semakin membisu dan air matanya kini membasahi wajahnya di pagi hari.

" Jawab, Irene. ", ujar Joshua dengan nada yang meninggi.

(Irene POV)

Entah apa yang harus ku katakan pada pria yang saat ini menanyakan keadaan ku. Aku takut sekali jika dia menolak ku dan membuang ku karena keadaan ku. Aku hanya bisa menundukan kepala ku dan aku melihat seseorang melangkahkan kakinya ke depan.

" Dia mengalami kelumpuhan karena kecelakaan yang menimpa kalian. ", ucap pria yang selama ini menemani ku.

" Apa ? ", tanya Joshua.

" Dia akan melakukan terapi agar bisa kembali berjalan. Aku harap kau mau menemaninya. ", jawab pria itu.

" Apa kau sudah gila ? Hal itu tidak mungkin bisa membuatnya kembali berjalan. ", ucap Joshua.

Tubuh ku mematung mendengar perkataan Joshua dan aku tidak habis pikir jika dia akan mengatakan hal yang sangat menyakitkan itu. Air mata ku seolah tak bisa lagi tertahan dan aku membiarkannya mengalir begitu saja.

" Apakah seperti ini tanggapan mu atas sesuatu yang menimpa kekasih mu ? ", tanya pria itu.

" Dia bukan kekasih ku. Kekasih ku adalah seseorang yang bisa berjalan dengan sempurna. ", jawab Joshua.

Aku terkejut mendengar jawaban Joshua dan aku langsung menatapnya dengan mata yang sudah basah ini. Aku menatapnya sangat dalam namun tak satupun kata yang terucap, sementara ku dapati dia menatap ku seolah tak peduli dengan ku.

" Irene..", ucap pria yang saat ini berdiri di samping ku.

" Mengapa kau tidak membunuh ku saja, Joshua ? ", tanya ku lirih.



You Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang