Langkah kakinya sudah tak terarah, Ia berjalan seperti seorang yang putus asa. Sampai Ia tiba di sebuah persimpangan jalan dan melihat sebuah bangunan yang nampak sudah lama berdiri disana. Namun, bukan bangunan itu yang menjadi fokusnya, melainkan tulisan yang ada di depan bangunan itu.
Tok ... Tok ... Tok ...
" Selamat siang. ", ucap Samuel.
" Ada yang bisa kami bantu ? ", tanya seseorang dari dalam bangunan itu.
" Apakah di tempat ini masih membutuhkan tenaga kerja ? ", tanya Samuel.
" Oh, mari masuk. ", ucap orang itu.
Ia dibawa menuju suatu ruangan dan matanya memperhatikan setiap ruangan yang ada di dalam bangunan itu. Banyak sekali anak kecil yang berlarian dan belajar di setiap ruangan.
Tok ... Tok ... Tok ...
" Permisi, Tuan. Ada seseorang yang ingin bertemu. ", ucap orang itu.
Seorang pria yang sedang duduk di kursinya melihat ke arah Samuel dan menatap Samuel. Ia meminta Samuel untuk masuk dan duduk di hadapannya. Samuel memperhatikan isi ruangan pria itu dan Ia membaca nama pria itu dari penghargaan yang ada di dinding.
" Jadi, apa keperluan mu ? ", tanya Mr. Liu
" Aku membaca tulisan di depan gedung, kalau ... ", ucap Samuel.
" Oh, tulisan itu. Apa kau tertarik dengan anak kecil ? ", tanya Mr. Liu
" Aku menyayangi mereka. ", jawab Samuel.
Sejenak tangan Mr. Liu yang semula sedang menulis sesuatu di kertas, kini terdiam dan perlahan menatap Samuel. Ia meletakan pulpennya dan bersandar di kursinya.
" Mengapa kau mengatakan hal itu ? ", tanya Mr. Liu
" Bagi ku, mereka adalah sumber semangat terbesar dan menenangkan. ", jawab Samuel.
" Siapa nama mu ? ", tanya Mr. Liu
" Samuel. ", jawab Samuel.
" Aku mencari seseorang untuk menjaga anak-anak disini. Aku tidak menyebut tempat ini sebuah panti asuhan. Aku lebih senang menyebutnya sebagai tempat bermain anak-anak. Mereka datang, bermain, belajar dan bersenang-senang. Apakah kau mampu untuk membuat mereka merasa nyaman ? ", tanya Mr. Liu
" Aku akan berusaha semaksimal mungkin. ", jawab Samuel.
" Kau bisa mulai bekerja disini dari jam 8 pagi sampai 3 sore. ", ucap Mr. Liu
Mendengar ucapan Mr. Liu membuat Samuel terdiam sejenak. Ia memikirkan bagaimana caranya untuk tetap bisa menemani Irene menjalani terapi.
" Ada apa ? Apa kau keberatan ? ", tanya Mr. Liu
" Uh, tidak. Aku setuju. ", jawab Samuel sambil tersenyum.
" Baiklah, kau bisa bekerja besok. ", ucap Mr. Liu
" Terimakasih. ", jawab Samuel.
Samuel melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Mr. Liu dan Ia berjalan di lorong bangunan itu. Langkah kakinya terhenti saat Ia melihat seorang anak perempuan sedang duduk menyendiri di satu ruangan. Perlahan, Ia membuka pintu ruangan itu dan menghampiri anak perempuan itu.
" Hei, mengapa kau duduk sendirian ? ", tanya Samuel.
Anak perempuan itu hanya terdiam.
" Bolehkah aku mengetahui nama mu ? ", tanya Samuel sambil tersenyum.
Anak perempuan itu melihat ke arah Samuel dan menatap Samuel dengan wajah sedih.
" M-maaf. ", ucap seseorang yang tiba-tiba datang dan menghampiri Samuel.
" Uh, iya. ", jawab Samuel yang langsung melihat ke arah orang tersebut.
" Apa ada sesuatu yang terjadi padanya ? ", tanya orang itu.
" Uh, aku hanya menanyakan mengapa dia duduk sendirian. ", jawab Samuel.
" Maaf jika Airen tidak menjawab pertanyaan mu. Dia, tidak bisa berbicara. ", ucap orang itu.
" Uhm, aku mengerti. ", jawab Samuel sambil melihat ke arah anak perempuan yang bernama Airen itu.
(Irene POV)
Pria itu seperti menyembunyikan sesuatu dari ku, bahkan belakangan ini aku sering kali mendapati dia sedang melamun. Aku merasa khawatir dengan keadaannya, bahkan rasa khawatir ku perlahan berubah menjadi rasa takut. Aku takut jika sebenarnya dia sudah merasa lelah dan tidak ingin lagi berada di sekitar ku.
" Irene. ", suara yang sangat dingin itu membuat lamunan ku buyar.
" Iya. ", jawab ku.
" Dimana Samuel ? ", tanya Yoora.
" Dia sudah kembali. ", jawab ku.
" Kembali ? ", tanya Yoora dan dia melihat ke arah jam dinding di kamar ku.
" Iya. ", jawab ku.
" Berapa kali lagi kau harus menjalani terapi ? ", tanya Yoora.
" Mungkin 3 kali lagi. ", jawab ku.
" Aku akan mengantar mu untuk terapi mu yang terakhir kalinya. ", ucap Yoora.
Perkataannya sempat membuat ku terdiam dan mulai bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.
" Aku akan mengantar mu selama 3 hari. Kau tidak lagi membutuhkan pria itu. ", ujar Yoora.
" T-tapi..", ucap ku.
" Katakan saja padanya jika dia tidak perlu lagi datang. ", kata Yoora.
Mudah sekali untuknya mengatakan hal itu, apakah dia tidak pernah merasakan kehadiran seseorang yang sangat peduli padanya disaat orang lain pergi meninggalkannya ? Aku hanya tertunduk dan berpikir bagaimana bisa aku mengatakan hal itu kepada seseorang yang selama ini selalu berada di samping ku, bahkan disaat orang yang aku sayangi meninggalkan ku.
(Irene POV end)
Yoora menghelakan nafasnya dan berjalan ke kamarnya. Ia membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan menatap langit-langit kamarnya.
Flashback
" Nona, ada seseorang yang ingin bertemu dengan mu. "
" Siapa ? "
" Selamat siang, Yoora. "
" Mr. Young. "
" Maaf mengganggu mu. "
" Apa ada yang bisa ku bantu ? "
" Tadi siang aku menyempatkan diri untuk datang ke rumah mu, tapi tidak ada seorang pun. Dimana Irene ? "
" Irene sedang berada di rumah sakit. "
" Apa yang terjadi dengannya ? "
" Dia mengalami kecelakaan. "
" Maaf, Yoora. Aku tidak mengetahui hal itu. "
" Tidak apa. "
" Yoora, ada satu hal yang ingin aku tanyakan pada mu. "
" Tentang ? "
" Samuel. "
" Samuel ? "
" Aku tahu kau adalah teman kuliahnya, aku melihat itu di buku tahunan miliknya. "
" Lalu ? "
" Apakah kau tahu dimana Samuel berada saat ini ? "
" Apa yang sedang terjadi pada mu, bodoh. ", gumam Yoora.
![](https://img.wattpad.com/cover/116392644-288-k893139.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Different
Hayran KurguMeskipun berasal dari keluarga yang sama, sifat antara kakak dan adik pastilah memiliki perbedaan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak sedikit kakak dan adik yang saling bertolak belakang. Perbedaan sikap keduanya bisa terlihat sang...