Hari demi hari berlalu, hingga tiba di hari terakhir Irene harus menjalani terapinya. Irene masih menunggu kedatangan Samuel setiap harinya, meski kini Yoora lah yang mengantar Irene untuk melakukan terapi.
" Aku akan menemani mu sampai kau pulih. "
Kata-kata itu selalu terdengar jelas di telinga Irene. Bahkan setiap harinya, Ia masih mempertanyakan apakah Samuel benar-benar akan melakukan hal itu. Ketika sedang menunggu dan berharap akan kedatangan Samuel, Irene mendengar Yoora mengunci pintu rumah dan berjalan mendekatinya.
" Ayo kita berangkat. ", ucap Yoora.
Irene hanya tersenyum dan Ia masih melihat ke arah pintu gerbang rumahnya. Seolah mengerti arah mata adiknya, Yoora pun langsung membawa Irene masuk ke mobil menuju rumah sakit.
" Apa kau masih menantikannya ? ", tanya Yoora.
" Tidak. ", jawab Irene sambil melihat keluar jendela mobil.
" Kau ingin dia berada di dekat mu ? ", tanya Yoora.
" Itu tidak mungkin terjadi. ", jawab Irene.
(Samuel POV)
Pagi ini terjadi seperti biasanya, aku berangkat menuju tempat kerja ku dengan penuh semangat. Hari ini juga adalah hari terakhir Irene menjalani terapi, aku harus menemuinya.
" Selamat pagi. ", ucap ku.
" Selamat pagi, paman. ", Misca menjawab salam ku dengan penuh semangat seperti biasanya. Dia adalah seorang anak yatim piatu yang sangat cerdas.
" Apa kau siap untuk belajar hari ini ? ", tanya ku.
" Tentu saja, paman. ", jawabnya.
Senang sekali dengan pekerjaan ku saat ini, bahkan aku merasa tenang bisa berada di dekat anak-anak ini.
Siang harinya ...
Langkah kaki ku berlari sekuat yang ku mampu, mungkin aku akan terlambat, tapi ku pastikan langkah kaki ku ini bisa membawa ku untuk menemuinya.
" Aku akan melihat mu pulih, Irene. ", gumam ku.
Setibanya di rumah sakit, langkah kaki ku terhenti saat melihat Yoora berada di depan pintu ruang terapi. Aku menghampirinya dan mulai bertanya-tanya mengapa dia tidak menemani Irene di dalam.
" Yoora. ", ucap ku.
" Sam, untuk apa kau datang ? ", tanyanya.
" Mengapa kau tidak masuk dan menemani Irene ? ", tanya ku.
" Aku biasa menunggunya disini. ", jawabnya.
" Apa kau sudah gila ? Dia perlu ditemani. ", ucap ku.
" Ada apa dengan mu ? Di dalam sana sudah ada dokter dan perawat yang membantunya. ", jawabnya.
Mendengar jawabannya membuat ku sedikit kesal. Aku melangkahkan kaki ku dan mencoba untuk masuk ke ruang terapi itu. Tapi, dengan cepat, tangannya meraih tangan ku seolah menghalangi langkah ku.
" Apa yang kau inginkan ? ", tanyanya.
" Aku ingin melihatnya. ", jawab ku.
" Aku sudah mengatakan pada mu untuk kembali ke rumah orangtua mu. Mengapa kau masih berada disini ? Apa kau tidak mendengar ku ? ", tanyanya dengan tatapan yang sangat dalam.
Genggaman tangan ku pada pintu ruang terapi seolah melemah dan dia berhasil membawa tangan ku menjauh dari pintu itu.
" Dengarkan aku, kau tidak perlu lagi berada disini. Aku bisa menjaganya. ", ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Different
FanfictionMeskipun berasal dari keluarga yang sama, sifat antara kakak dan adik pastilah memiliki perbedaan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak sedikit kakak dan adik yang saling bertolak belakang. Perbedaan sikap keduanya bisa terlihat sang...