Chapter 23

58 6 0
                                        

Seperti khawatir akan suatu hal terjadi pada Yoora, Samuel mengantar Yoora kembali ke rumah. Mereka berjalan menelusuri setiap jalan dalam keheningan angin malam yang berhembus. Malam itu adalah malam dimana mereka menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama mereka saling mengenal.

Hoam ..

" Kau mengantuk ? ", tanya Samuel. 

" Uh, tidak. ", jawab Yoora sambil menutup mulutnya.

" Katakan saja jika kau mengantuk. ", ujar Samuel.

" Memangnya apa yang akan kau lakukan jika aku mengatakan aku mengantuk ? ", tanya Yoora.

" Aku tidak akan membiarkan mu berjalan dalam keadaan mengantuk seperti itu. ", jawab Samuel.

Yoora terdiam mendengar jawaban Samuel, Ia seolah terkejut mendengar jawaban itu. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain dan tersenyum kecil. 

" Maafkan aku jika aku berbohong pada mu dan Irene. Tapi aku tidak bermaksud untuk melakukan hal itu, aku hanya ingin semuanya baik-baik saja. Pasti masih menjadi pertanyaan besar mengapa aku mau bertanggung jawab untuk suatu hal yang bukan urusan ku. Aku tidak ingin hubungan diantara keluarga kita hancur begitu saja. ", kata Samuel.

" Aku tetap tidak mengerti. Kau bahkan melepaskan semua apa yang kau miliki hanya untuk merawat Irene. ", ucap Yoora.

" Tuhan memberikan nyawa-Nya untuk kita. Apa yang aku lepaskan belum seberapa dengan apa yang sudah ku terima sampai saat ini. ", jawab Samuel sambil tersenyum.

" Sam, please. We are talk about human. Not our God. ", ujar Yoora yang seketika menghentikan langkah kakinya.

Samuel terdiam dan tertunduk.

" Ayah mu mencari mu. Dia ingin aku membawa mu kembali. ", ucap Yoora.

Perlahan Samuel mengangkat kepalanya dan menglihat ke arah Yoora. 

" Pulanglah. ", pinta Yoora.

Samuel masih terdiam dan perlahan kakinya melangkah lebih dulu dari Yoora.

" Ku mohon. ", ucap Yoora yang langsung meraih tangan Samuel. 

(Samuel POV)

Langkah kaki ku seolah tertahan, bahkan tubuh ku mematung merasakan genggaman tangannya. Wajahnya menggambarkan keseriusannya untuk meminta ku kembali ke rumah, perlahan aku merasakan genggamannya melemah dan terlepas dari pergelangan tangan ku.

" Aku tidak ingin kau seperti ini hanya karena adik ku. ", ucapnya.

" Aku baik-baik saja. ", jawab ku.

" Bukan perihal kau baik-baik saja atau tidak. Aku tidak ingin kehidupan keluarga mu menjadi berantakan seperti ini. ", ujarnya.

" Biarkan aku menyelesaikan ini. ", ucap ku.

" Sam, kau tidak perlu lagi mengantar Irene. Aku akan mengantarnya untuk beberapa hari ke depan. ", jawabnya.

" Yoora.", ucap ku.

Tanpa satu kata pun, dia melangkahkan kakinya meninggalkan ku. Langkah kaki ku tetap mengikutinya sampai dia tiba di depan rumah. Saat mengunci pintu gerbang, dia melihat menghentikan langkah kakinya dan melihat ke arah ku yang masih menunggunya. 

(Samuel POV end)

Sepasang mata yang masih terbuka, sedang diam memperhatikan dari kejauhan. Kakinya yang seolah mencoba bertahan untuk berdiri seolah melemah kembali dan membuatnya terjatuh. Tertunduk lemah tanpa satu kata pun, Ia merasakan sesuatu sedang menyakiti hatinya. Jari-jari tangannya mencoba untuk meraih tepi tempat tidurnya, Ia berusaha untuk bangkit dan duduk di tepi tempat tidur. Namun, usahanya tidak semudah yang dibayangkan, berkali-kali Ia mencoba untuk meraih sisi tempat tidur, tetapi gagal. Air matanya berhasil lolos dari mata yang indah itu. Ia menangis seorang diri di tengah keheningan malam. 

Di sisi lain, langkah kaki Yoora perlahan melewati pintu kamar Irene dan Ia terhenti saat mendengar suara tangisan dari dalam kamar Irene. Ia mencerna baik-baik suara tangisan itu dan berharap sesuatu yang buruk tidak menimpa adiknya. 

" Irene. ", ucap Yoora.

Tidak ada jawaban dari dalam kamar Irene dan Yoora mulai gelisah. Ia mencoba membuka pintu kamar Irene namun gagal, Irene mengunci pintu kamar itu dari dalam. Yoora mengetuk pintu kamar Irene dan berusaha membuat Irene menjawab panggilannya.

" IRENE ! Apa yang sedang terjadi ? ", tanya Yoora.

" A-aku baik-baik saja, kak. ", jawab Irene perlahan.

Yoora terdiam sejenak dan berdecak kesal. Ia tetap memikirkan cara untuk mengetahui keadaan Irene yang sebenarnya. Perlahan Ia melangkah menjauh dari pintu kamar Irene dan Ia menatap pintu kamar itu baik-baik. Ia menarik nafas dan meletakan tasnya di sofa. Ia berlari dengan kuat dan mengarahkan kakinya ke pintu kamar Irene.

Brak..

Irene terkejut saat melihat pintu kamarnya terbuka tiba-tiba. Ia melihat  Yoora berdiri di hadapannya dan sedang menatapnya. 

" Kak..", ucap Irene.

" Mengapa kau berada di bawah ? ", tanya Yoora yang langsung menghampiri Irene.

" A-aku tidak apa-apa. ", jawab Irene yang mencoba memberikan senyumannya.

Tak sengaja, Yoora melihat ke arah tirai jendela kamar Irene yang terbuka dan perlahan Ia melihat ke arah Irene.

" Kau, melihat kami ? ", tanya Yoora.

You Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang