Chapter 19

56 8 0
                                    

Hari ini aku merasa sangat senang, selain akan menjalani terapi, aku juga akan bermain bersama anak-anak kecil yang berada di rumah sakit ini. Dokter Shim mengatakan jika semakin hari perkembangan kaki ku semakin baik, aku sangat tidak sabar untuk mendengar Dokter Shim mengatakan jika aku tidak perlu melakukan terapi lagi. 

" Baiklah, Irene. Aku rasa sudah cukup hari ini. ", ujar Dokter Shim.

Perlahan aku berjalan meraih kursi roda ku dengan bantuan Samuel. Meskipun keadaan kaki ku mulai membaik, aku tetap harus melatih durasi ku berdiri atau berjalan karena Dokter Shim mengatakan jika aku belum bisa berdiri terlalu lama. 

Perawat di rumah sakit membukakan pintu ruang terapi dan mempersilahkan kami keluar dari ruangan sambil tersenyum. Aku semakin tidak sabar untuk bertemu dengan anak-anak kecil itu. Aku sudah bisa mendengar canda tawa beberapa anak di taman rumah sakit dan perlahan aku mengarahkan wajah ku melihat Samuel yang sedari tadi mendorong kursi roda ku. 

" Kakak ! ", ucap salah seorang anak kecil di taman dan berlari menghampiri ku.

" Hai. ", jawab ku sambil tersenyum.

Aku meminta Samuel untuk membantu ku berjalan dari kursi roda dan duduk bersama anak-anak itu. 

" Kak, bagaimana keadaan mu ? "

" Aku sudah mulai membaik. "

" Aku senang sekali bertemu kembali dengan mu. "

" Aku juga. Mari makan bersama. "

Aku mengambil beberapa cemilan yang sudah dibawa oleh Samuel, aku sengaja memintanya untuk membelikan beberapa cemilan dan anak-anak itu terlihat sangat senang. Samuel mengatakan pada ku jika mereka adalah anak-anak yang kurang beruntung, mereka berada di rumah sakit sejak lahir karena orangtua mereka meninggalkan mereka dan diantara mereka juga ada yang harus menjalani terapi serta pengobatan rutin di rumah sakit. 

(Irene POV end)

(Samuel POV)

Senyum dan tawanya tidak pernah pudar meskipun dia berada dalam kondisi yang tidak mengenakan, aku sangat bangga padanya, kekuatannya sungguh tidak terpatahkan meskipun dia tidak pandai menyembunyikan rasa kecewa bahkan sakit hatinya. Senyum ku seolah ikut bertebaran sepanjang hari ini karenanya dan melupakan keadaan ku saat ini.

" Apakah kau senang ? ", tanya ku.

" Tentu saja. ", jawab Irene.

" Syukurlah. ", ucap ku.

" Aku merasa seperti bermimpi hari ini. Apakah aku sudah melewatkan banyak hal manis di dunia ini ? ", tanya Irene.

" Aku rasa tidak ada hal manis yang boleh terlewatkan. Termasuk diri mu. ", jawab ku sambil tersenyum dan menatap wajahnya.

Senyum kembali memenuhi wajahnya, seolah menahan tawa, wajahnya mulai memerah dan aku hanya tersenyum kecil melihat tingkah lucunya itu. Tak berapa lama bermain bersama anak-anak di rumah sakit, seorang suster pun datang menghampiri kami.

" Selamat siang. ", ucap suster itu.

" Selamat siang. ", jawab ku.

" Sudah waktunya untuk anak-anak kembali menjalani terapi mereka dan beristirahat. ", ujar suster itu.

Hanya senyum yang bisa ku berikan pada suster itu dan memanggil anak-anak yang sedari tadi asik bermain. Namun, seolah enggan untuk berpisah, mereka memeluk ku dan Irene dihadapan suster yang sedang menunggu mereka. 

" Kalian harus kembali ke kamar kalian. ", ujar ku.

" Apakah besok kami akan bermain lagi dengan kak Irene ? ", tanya seorang anak.

" Tentu saja. ", jawab ku.

Mereka kembali ke kamar mereka bersama suster yang menjemput mereka dan kini hanya tertinggal diri ku bersama Irene di taman itu. 

" Terimakasih, kau sudah menemani ku. ". ucap Irene.

" Terimakasih kembali untuk meluangkan waktu bagi anak-anak itu. ", jawab ku.

" Aku menyukai mu. ", ucap Irene.


You Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang