Bab 6

162 7 0
                                    

Matahari mulai menyinari negara indonesia dan itu tandanya semua keluarga indonesia akan melaksanakan semua aktivitas. Begitu juga dengan Nadin dan sahabatnya yang baru selesai dengan pakaian sekolah mereka.

" Anak-anak ayo sarapan dulu " teriak mamanya Nadin

" Iya ma tunggu sebentar " balas Nadin

" Keluar yuk, sebentar lagi kita masuk " ajak Nadin pada teman-temannya

Teman-temannya mengangguk dan berjalan keluar kamar dan menuju ke ruang makan

" Halo tantee " teriak Ana

" Busett mulut lo woy " teriak Amel sambil menutup telinganya

" Kenapa sih lo Mel, biasa ajah kali " kata Ana sambil manyum

Amel memutar bola matanya " Heh gue itu udah biasa mulut lo itu yang di biasain diam atau di kecilin "

" Sudah-sudah ayo sarapan dulu nanti telat loh " kata Ibu Nadin menengahi

Mereka berjalan kembali ke meje makan dan duduk dengan tenang sedangkan Ana masih manyum sambil makan. Nadin yang melihatnya hanya cekekikan melihat kelakuan Ana.

Selesai makan mereka berangkat ke sekolah dengan menggunakan mobil Nadin. Selang beberapa menit mereka sampai di sekolah.
Mereka berjalan menuju kelas sambil bercanda

" Hei " panggil seseorang

Mereka bertiga menoleh ke belakang dan mendapati ketiga pria blasteran

" Hei " panggil Steven sambil tersenyum ke arah mereka. Dan ketiga gadis itu tersenyum membalas tapi tidak semanis seperti senyum Amel dan Ana, Nadin hanya tersenyum tipis.

" Kalian mau ke kelas ya ? " tanya Justin sambil tersenyum kearah Amel

" Ya " jawab Amel sambil tersenyum malu

" Gue ke kalas dulu, bye " kata Nadin tiba-tiba setelah itu dia langsung pergi begitu saja karena Nadin selalu di perhatikan oleh Nathan, karena risih jadi Nadin langsung pamit untuk ke kelas.

" Nadin kenapa ? " tanya Steven

" Hmm mungkin dia sudah tidak sabar dengan kekasihnya itu " jawab Ana asal

Nathan yang mendengar dengan kata ' kekasih ' langsung kaget
" Apa maksudmu ? " tanya Nathan dengan nada penasaran

Ana menghembuskan napasnya " Yah asal kau tau dia itu tidak akan pernah ketinggalan novelnya, dimana ada dia pasti di situ ada novel kesayangannya. bahkan dia mengaku kalau novel adalah kekasihnya "

Nathan bernapas lega karena mendengar penjelasan Ana kalau Nadin hanya menganggap novel sebagai kekasihnya. Dan itu membuat dia tersenyum tipis

" Ohya ? Aneh !! " gumam Justin

" Yah begitulah Nadin, bahkan dia pernah mengatakan kalau siapa yang akan melamarnya harus siap membuat perpustakaan buku yang di dalamnya berisi novel semua dan itu adalah syarat agar bisa menikahinya. Lebih aneh bukan " timpal Amel

' Sangat lucu ' batin Nathan sambil tersenyum

" Noh dengar syaratnya mudah bukan " kata Steven sambil menaik turunkan alisnya

" Jangan menggodaku Stev " kata Nathan setelah itu langsung pergi meninggalkan mereka.

" Jadi Nathan menyukai Nadin ya ? " tanya Ana

" Iya lemot baru nyadar " kata Amel

" Yee kan nggak tau " bela Ana

Sedangkan Steven dan Justin hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku mereka.

Sang Pencinta KegelapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang