Bab 15

85 4 0
                                    

Di dalam kamar Nadin menangis sejadi jadinya, entah apa yang harus di lakukannya untuk bisa memaafkan sahabatnya

Kenapa juga Amel harus berbohong dan kenapa Anton harus mempermainkan perasaannya kenapa mereka begitu setega itu padanya

Jika mereka berbicara dan mengatakan langsung padanya mungkin dia bisa memaafkannya mungkin keadaan tidak akan begini, tapi hanya dengan namanya kebohongan semua hancur persahabatannya hancur dan cintanya juga pergi.

" Aaarrrggg kenapa sulit sekali berkata jujur, kenapaa ? " teriak Nadin di dalam kamar sambil memukul bantal yang tak berdosa

Bel berbunyi Nadin menoleh ke arah pintu dia menghapus air matanya dan berjalan menuju pintu utama

Dia membuka pintu dan mendapati Nathan yang berada di balik pintu tersebut

Nadin menatap Nathan dengan datar tapi Nathan menatapnya dengan pandangan penuh arti

" Mau apa loh kesini ? " tanya Nadin datar

Nathan tidak menjawab dia malah menarik tangan Nadin dan membawanya kedalam, karena penampilan Nadin bisa di bilang jauh dari kata baik

Rambut berantakan mata sembab jadi sebelum orang-orang melihat penamapilannya lebih baik membicarakan masalah ini di dalam rumah

" Lepasin gue apa-apaan sih loh " teriak Nadin karena dia keberatan dengan apa yang di lakukan Nathan

Sedangkan Nathan dia tidak mendengarnya dia justru menarik Nadin dan membawa Nadin ke taman belakang rumah

Setelah sampai Nathan melepaskan tangannya dan membiarkan Nadin menggerutu tidak jelas

" Loh mau ngapain ? " tanya Nadin yang sudah mulai kesal

Nathan menatapnya sejenak
" Masalah bukan untuk di hindari tapi di hadapi " gumam Nathan tapi masih bisa di dengar oleh Nadin

Nadin mengangkat sebelah alisnya " Apa yang sedang loh omongin ini, lebih baik loh pergi karena gue mau istirahat " usir Nadin

Nathan menghela napasnya pelan " Nadin loh nggak bisa gituh sama Amel, dia ngelakuin semua itu karena dia sayang sama loh karena dia nggak mau loh itu sakit hati nantinya "

Nadin tersenyum kecut " Terus kalau dia bohong itu juga nggak akan buat gue sakit hati ? Asal loh tau gue udah ngekulapin masalah gue sama Anton tapi karena gue baru tau Amel sahabat gue bohong sama gue itu yang buat gue sakit. Kenapa dia nggak jujur saja sama gue, kalau dia jujur sama gue mungkin keadaan nggak akan begini. Itu yang buat gue kecewa sama dia "
Nathan hanya bisa diam entah dia harus melakukan apa agar Nadin bisa memaafkan Amel

" Oke gue ngerti perasaan loh tapi loh lihat Amel dia ngelakuin itu bukan tanpa sengaja, dia juga sakit lihat loh kaya gini, dia nyesel karena sudah membohongi loh. gue harap loh bisa maaffin dia, kalian sahabatan apa hanya masalah ini persahabatan yang kalian bangun cuma sia-sia hanya masalah sepele " kata Nathan memberi pengertian pada Nadin

" Persahabatan akan berjalan baik jika tidak ada kebohongan di dalamnya " ketus Nadin

Nathan hanya bisa menghela napasnya, Nadin sangat kerasa kepala mungkin mereka harus memberikan sedikit waktu padanya agar bisa berpikir sehat

" Baiklah gue nggak akan paksa loh, mungkin loh butuh waktu dan kita akan menunggu itu, gue pamit " kata Nathan dan pergi dari hadapan Nadin yang hanya bisa diam tanpa berniat membalas perkataannya.

                          ***

Paginya Nadin hanya diam dan duduk di dalam kelas tanpa berniat menyapa kedua sahabatnya, Amel dan Ana hanya bisa menatap dengan sendu

Ana tidak bisa berbuat apa-apa tapi dia juga tidak bisa meninggalkan Amel sendirian karena mereka sudah berteman dari kecil hingga mereka dewasa seperti sekarang ini

Dia juga tidak habis fikir bahwa pada kenyataannya Gisel sepupu Amel sudah menjalin hubungan dengan Anton selama dua tahun yang notabenya adalah kekasih dari Nadin, dan itu dirahasiakan oleh Amel sahabatnya sendiri. Sakit memang tapi harus bagaimana lagi

" Tuhan kembalikan persahabatan kami lagi " batin Ana

Guru masuk dan pelajaran di mulai semua mengikuti pelajaran dengan baik, begitu juga Nadin meskipun ada masalah tapi dia tetap bersikap layaknya siswa.

Bel berbunyi dan semua siswa menghentikan kegiatan belajarnya " Baiklah anak-anak karena sudah istirahat jadi pelajarannya kita hentikan " kata bu guru

" Iya bu " ucap mereka semua dan mereka keluar dari kelas begitu juga dengan bu guru

Nadin keluar dari kelas tapi tidak menuju kantin, dia hanya berjalan ke taman dan tak lupa membawa novel beserta heatset untuk mendengarkan lagu lewat hpnya.

Amel dan Ana hanya bisa melihat kepergian Nadin dengan tatapan sendu " Bagaimana ini ? " tanya Ana

" Maafkan aku, karena aku persahabatan kita jadi hancur " gumam Amel sambil menunduk

Ana tersenyum " Kesalahan sepenuhnya bukan salahmu Mel, ini hanya salah paham oke " hibur Ana

Amel menggeleng sambil terisak " Tidak, kalau saja aku tidak berbohong mungkin tidak akan seperti ini "

Ana langsung memeluk Amel dan menenangkannya " Tidak Amel ini bukan salahmu, aku janji aku akan membantumu agar Nadin bisa memaafkanmu, memaafkan kita, kau jangan menangis semua pasti baik-baik saja "

Amel mengangguk dan hatinya sedikit merasa lebih tenang

Nadin duduk di taman sambil mendengarkan lagu lewat heatset yang terpasang di telinganya, sesekali dia membalikan kertas-kertas yang sudah di bacanya

" Sendirian ajah neng " kata seseorang yang sudah duduk di sampingnya

Nadin menoleh ke samping dan mendapati Cris yang sedang tersenyum sambil minum air mineral, dan Nadin membalas senyum itu dengan manis

" Tumben loh sendiri biasa bertiga " tanya Cris

" Pengen sendiri ajah " jawab Nadin sambil membaca novelnya tapi dia sudah melepas heatsednya

" Lagi ada masalah ya ? Di kelas keliatannya cuek-cuek ajah " tanya Cris lagi

" Bukan urusan bapak ya " kata Nathan dengan nada bercanda

Cris hanya terkekeh dan kembali meminum air mineralnya. Dia menoleh kearah Nadin yang sedang sibuk membaca novel, sebenarnya Cris memang mempunyai perasaan pada Nadin tapi selalu di tahan untuk mengungkapkan karena dia juga melihat kalau Nathan memiliki perasaan padanya jadi dia hanya bisa memendam perasaan itu tanpa berniat mengatakan. Pengecut memang tapi harus bagaimana lagi dia merasa kalah jika bersaing dengan sang pemilik sekolah.

Nadin yang merasa di perhatikan menoleh kearah sampingnya dan mendapati Cris yang memperhatikannya

" Ngapain lihat-lihat jatuh cinta baru tau rasa loh " canda Nadin

Cris hanya tertawa kecil " Yah kalau gue jatuh cinta sama loh bagus dong, tinggal nunggu loh yang peka ajah "

Nadin mengerutkan keningnya dan tertawa kecil " Apaan sih, ngaco "

Cris hanya tersenyum kecut, tiba-tiba bel masuk berbunyi " Eh udah masuk "

Nadin mengangguk dan berdiri
" Lebih baik kita masuk ajah "

Cris mengangguk dan berdiri setelah itu mereka pergi dan berjalan ke arah kelas

Dalam perjalan mereka bertemu dengan Nathan Justin dan Steven yang memang ingin menuju ke kalas mereka

Nathan menatap mereka berdua dengan pandangan entahlah, tapi Nadin tidak memperdulikan Nathan yang sedang menatapnya, dia terus berjalan dan sesekali mengajak Cris berbicara

Justin dan Steven saling menatap mereka juga hanya bisa diam tanpa melakukan apapun. Mereka terus berjalan saling berlawanan arah tanpa saling menyapa bagaikan orang asing .

Mungkin hanya waktu yang bisa menjawab !!

                           ***

Sang Pencinta KegelapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang