3.💙(Dihukum)

6K 345 6
                                    

 

  Terlambat seperti sudah menjadi kebiasaan buruk yang sering Alvaro lakukan disetiap harinya.
Sampai guru piket pun tidak bisa menghitung sudah berapa kali Alvaro terlambat datang kesekolah. Namun bagi Alvaro hari ini adalah rekor nya karena terlambat dalam waktu singkat! Yaa hanya 5 menit saja, suatu peningkatan bagi Alvaro.

" Cuma 5 menit, baguslah ! "Ucapnya santai sambil berjalan menuju kelas.

***

Kirana berlari tergesa-tega menuju kelasnya, wajahnya terlihat pucat dan dahinya mengeluarkan keringat yang cukup banyak. Hari yang sial menurutnya karena ia baru pertama kali merasakan terlambat datang ke sekolah, dari SD hingga SMA, ini adalah hari pertama ia merasakan terlambat datang sekolah.

"Kirana? Telat juga? " Gumamnya
pertanyaan itu yang kini ada dibenak Alvaro, bukannya masuk kelas, Alvaro malah mengikuti Kirana, sepertinya ia akan menjadi stalker kali ini.

Dan sampailah Kirana didepan kelas yang menunjukan nama  kelas XII IPA-2, Alvaro menghentikan langkahnya, menjaga jarak agar tak ketahuan jika ia telah mengikuti Kirana.

Alvaro mengernyit melihat Kirana kembali keluar kelas bersama pak Anton.

"Kirana kenapa kamu melakukan hal buruk seperti ini? Kamu tau jika kamu melakukan hal buruk maka beasiswamu terancam dicabut?" Ucap seorang guru.

Kirana meneteskan air matanya, ia tak tau apa yang harus lakukan saat ini, ia tidak bisa membayangkan jika beasiswanya dicabut, Apa kabar dengan masa depannya kelak?.

"Ya sudah, lain kali jangan pernah ulangi lagi ya, bapak cuma mengingatkan agar kamu tidak mengulanginya lagi, ok bapak kasih hukuman! Kamu lari ke lapangan 10 kali putaran"

Kirana hendak berlari menuju lapangan, Namun tiba-tiba tangannya ditahan oleh Alvaro, perlakukan Alvaro sukses membuat detak jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya."Hukum saya juga pak, saya terlambat !" Ucap Alvaro dengan santainya.

"Yasudah kalian berdua lari sekarang, cepat !"

1.. 2.. 3..

Alvaro berlari mengintari lapangan sambil masih mempertahankan keadaan awal menggenggam tangan Kirana. Kirana yang merasakan tangannya digenggam oleh Alvaro hanya bisa pasrah, ia tak dapat melepaskannya karena tenaga Alvaro  lebih besar darinya.

Di tengah putaran, wajah Kirana berubah menjadi semakin pucat dan keringatnya kini bertambah banyak. Alvaro yang melihatnya merasa cemas dengan keadaan Kirana, ia berhenti sejenak untuk memastikan keadaan Kirana.

"Lo baik-baik aja? Mukanya pucet, udah jangan diterusin, lo istirahat aja biar gue yang lari" Ucap Alvaro pada kirana.

" Tapi hukumannya belum selesai "Kirana mengelak.

" Nurut gak sama gue? Muka lo pucet kalo lo pingsan gimana? Masalah hukuman biar gue yang nanggung, lo tenang aja istirahat sana !" Ucap Alvaro sambil melanjutkan hukumannya.

Kirana pun duduk dikursi dekat lapangan, wajahnya yang kini mulai pucat dan sudah dipastikan Kirana kelelahan. Diam-diam Kirana memperhatikan wajah Alvaro dari kejauhan, ingin rasanya ia menyatakan rasa yang selama ini ia pendam sejak kelas 11 SMA, namun apa dayaa ia hanyalah seorang cewek yang harus menunggu, menunggu pangerannya sendiri yang mengutarakan seluruh perasaannya pada dirinya.

Alvaro menghentikan langkahnya, ia rasa hukumannya sudah selesai dan kini waktunya ia untuk beristirahat sejenak. Alvaro berjalan menuju Kirana, tersenyum tipis pada cewek yang sedang duduk disana.

"Capek ya? Ke kantin beli minum Yuk?" ajaknya Alvaro.

"Maaf aku gak bisa!, aku harus masuk kelas, maaf ya kamu pasti capek? Aku gak lari 10 putaran tadi, aku minta maaf ya" Ucap Kirana menolak ajakan Alvaro.

Kirana membuka tasnya, mencari-cari kotak persegi didalam sana. "Nih bekalku, makan ya, ini minumnya juga, maaf aku harus ke kelas duluan" pamit Kirana.

Alvaro masih terdiam menatap kotak bekal dan botol minuman ditangannya, Ia merasakan keberuntungan berpihak pada dirinya, bisa berada disamping Kirana itu menjadi kebahagiaan kecil yang mampu membuat senyumnya hadir kembali.

Bisa menggenggam tangannya, bersama dengannya, mentatap mata indahnya apa gue udah jatuh cinta? Atau mungkin hanya sebuah perasaan biasa yang muncul terhadapnya?.

•••

"Cie dihukum bareng? Sweet banget sih Ra, gue pengen dong kaya lo" Ucap Dina merasa iri pada Kirana.

Kirana tersenyum. "Emang mau dihukum? Aku aja gak mau!"

"Menurut gue Ra, Alvaro itu mulai notice Lo deh, dia kaya mulai ada perasaan gitu sama lo"

Kirana mengernyit bingung. "Ngaco kamu Din, mana mungkin dia suka sama aku?"

"Aelah Ra, nothing is impossible cuma waktu yang bisa pastiin kapan Alvaro bisa membuka hatinya untuk Lo, jangan patah semangat Ra, aku padamu!" Dina tertawa mendengar ucapannya sendiri.

"Perpus yu?" Ajak Kirana.

Dina menatap datar Kirana. "Kuy lah markas favorit" sebenarnya ia malas jika masuk perpus karena disana ia hanya bisa melihat tumpukan buku dan pastinya tidak bisa melihat cogan berkeliaran diluar sana, jomblo emang hobbynya liat cogan, apalagi jika cogan nya kaya Zayn Malik, Manu Rios, Harry Styles, sungguh surga dunia jika itu terlihat didepan mata.

"Semoga disela-sela buku diperpus terselip satu cogan disana" Ucap Dina rancu, tak henti-hentinya ia memikirkan cogan.

"Yakali Din" Kirana membulatkan matanya.


***

Raut wajahnya terlihat begitu cemas ketika melihat seseorang ia sayangi terbaring lemas dirumah sakit. Butiran cairan bening yang sukses menetes membasahi wajahnya.


"Ibu...Kirana sayang sama ibu, Kirana gak mau liat ibu seperti ini, ibu cepat sembuh ya" Ucap Kirana sesenggukan.

Laras tersenyum sambil merapikan anak rambut Kirana yang sedikit berantakan. "Ibu sayang kamu nak, doain ibu supaya cepat sembuh ya"

Kirana mengangguk pelan, ia langsung berhambur memeluk erat tubuh Laras. "Kirana sayang ibu .."



Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang