21.💙(Terbiasa)

2.2K 139 1
                                    

" Aku tak memintanya untuk tetap tinggal, biarkan.. biarkan dia pergi sesuka hatinya, asalkan dia bahagia itu sudah cukup ! "

" Lo serius putus sama Dia? " ucap Saghara sambil mengepalkan tangannya menahan emosi.

Kirana tetap diam tanpa menatap wajah Saghara  " Jawab gue Ra!!!! "  ucap Saghara dengan nada menyentak dan membuat Kirana sedikit terkejut.

Kirana masih terdiam, badannya bergetar hebat, Saghara yang melihat kejadian itu mendekat ke arah Kirana  " Ra maafin gue, gue gak bermaksu....."

" Iya Ga, Putus!!! " ucap Kirana pasrah.

Saghara terdiam sejenak, menghela nafas panjang sambil menatap kepalan tangannya sendiri " Apa perlu tangan ini mendarat di pipi cowok brengsek itu? "

Kirana terkejut mendengar perkataan Saghara " Maksud kamu apa? "

Saghara diam tanpa menatap Kirana, matanya kini memerah menahan emosinya yang kini telah diatas batas kesabaran " Gue gak terima! "

'Brukhhh'

" Saghara!!!!! "

Saghara masih terdiam tanpa menatap kearah lawan bicaranya.

" Tangan kamu merah Ga, kamu ngapain pukul-pukul meja kaya gitu? " Ucap Kirana sambil memegang tangan Saghara yang kini memerah akibat memukul meja dengan kerasnya.

" Ini gak seberapa sama sakit yang Lo rasain Ra, ini semua salah gue!!! " Ucap Saghara sambil berjalan meninggalkan Kirana sendiri.

Kirana menatap heran Saghara yang tiba-tiba bicara seperti itu padanya.

" Salah kamu Ga? maksudnya apa? "

•••

Malam yang sunyi seperti biasanya disini, tanpa keceriaan.

Hidup di negeri orang memang tak seindah ekspektasi kebanyakan orang, ini yang saat ini dirasakan oleh Alvaro.

Diam tanpa kata, hening tanpa suara, seakan jarum jam berhenti berputar.

" Al "

Alvaro diam tanpa menoleh kearah suara itu berasal.

" Jangan gini please! "

Alvaro masih diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

" Aku mohon Al, jangan bikin diri kamu kaya gini! "

" Hati gue patah Meg, hati gue hancur, perasaan gue kacau, memori otak gue selalu memutar tentang dia, bahkan sampai detik ini dia masih di hati gue "

Megan terdiam, ia tak tahu harus berkata apa pada Alvaro saat ini, ia tak bisa melihat Alvaro hancur seperti ini.

" Apa harus dengan cara ini? " Ucap Megan kali ini.

Alvaro menghela nafas sejenak " Gue belum terbiasa kaya gini "

" Lepaskan, lupakan dan relakan itulah jalan terbaik , biarkan dia bahagia Al "

Alvaro terdiam seribu bahasa, mulutnya kaku, matanya tak dapat menahan butiran air mata yang kini mulai perlahan jatuh.

" Biasakanlah Al, aku percaya kamu bisa! "

Alvaro mengacak acak rambut tebalnya " I'll Try !!!! "

Megan tersenyum " tapi jangan paksa otak kamu untuk lupain dia Al, biarkan waktu yang berkuasa saat ini, biarkan waktu yang bisa menjawab kapan kamu mulai terbiasa tanpa kehadiran Kirana "

" Thank's udah jadi temen gue, sahabat gue selama ini Meg "

•••

Air mata kini membasahi foto yang memperlihatkan senyum manis Alvaro, rasa sakit ini masih ia rasakan sampai saat ini, ia bukan Super Girl yang dengan mudahnya melupakan kejadian yang telah terjadi.

" Biasakanlah Ra! "

Satu persatu foto dirinya dan Alvaro dimasukan kedalam kardus yang cukup besar, berharap dengan cara ini ia dapat melupakan Alvaro .
Kembali ia masukan buku harian yang ia tulis tentang perasaannya pada Alvaro, buku ini yang menjadi saksi atas perasaan tulus Kirana untuk Alvaro.

Kirana terdiam sejenak menatap sekotak kardus berukuran cukup besar dihadapannya.

" Haruskan aku membuang semua ini ? " Kirana menangis sejadi-jadinya, menutup rapat wajahnya dengan kedua tangannya.

" Nak..... " Ucap wanita paru baya yang kini telah berada di samping Kirana.

Sontak Kirana menghapus air matanya kasar berharap sang ibu tidak bisa melihat kesedihannya kali ini, namun sayang, ibunya telah mengetahui segalanya.

" Menangis lah Nak kalau itu cara untuk membuat dirimu lebih tenang "

Sontak Kirana langsung menghambur ke pelukan ibunya, memeluk dengan sangat erat, menangis sejadi-jadinya.

" Ibu, Kirana gak sanggup Bu, Kirana belum siap kehilangan dia Bu, Kirana.... Ga..gak ma..mauu Bu " ucap Kirana sesenggukan.

Sang ibu dapat merasakan dengan nyata kesedihan yang dirasakan anaknya saat ini " Sudah Nak, biarkan dia pergi, mungkin dia bukan yang terbaik untukmu, percayalah bahwa Allah telah mempersiapkan yang lebih dan lebih baik dari dia Nak " kini wanita paru baya itu meneteskan air matanya.

Kirana masih menangis sesenggukan, baru kali ini ia meluapkan seluruh perasaan yang selama ini ia pendam, Kirana memang terkenal akan pribadi yang diam dan tidak suka memperlihatkan perasaannya pada orang lain bahkan pada sahabatnya pun sangat jarang sekali.

" Sudah merasa baikan nak? "

Kirana melepaskan pelukannya " Sudah mendingan Bu, Kirana akan mencoba melupakannya Bu mulai saat ini "

•••

" Kirana!!! " Panggil Dina.

" Eh Din "

" Kamu baik-baik aja Ra? Gue tau semuanya Ra, gue juga bisa ngerasain apa yang saat ini Lo rasain Ra, maafin gue Ra disaat Lo butuh seseorang dan gue gak ada disamping Lo saat itu, sahabat macam apa gue ini Ra? " Ucap Dina menyesal atas kejadian yang telah terjadi pada sahabatnya ini.

Kirana tersenyum " kamu ngomong apa sih Din? Kamu gak salah disini, aku baik-baik aja ko, aku udah terima Din dan aku Okay "

Dina menatap Kirana " Gue masih bisa liat rasa sakit itu dimata Lo Ra, Mata gak bisa bohong soal perasaan "

" Udah hebat ya sahabat aku ini, ngomongin nya soal perasaan tapi masih aja belum punya pacar, Eh " ucap Kirana sambil mencubit pipi Dina yang kini mulai memerah.

" Udah punya gebetan ko Ra jangan khawatirin gue kelamaan jomblo ya, gue bentar lagi jadian, Eh "

Kirana kini tertawa, merasakan sensasi sesaat melupakan hal terburuk yang telah terjadi pada dirinya.

" Alvaro emang cowok pengecut ! Gue gak bisa terima ini, udah berapa kali dia nyakitin Lo Ra " Dina memeluk tubuh sahabatnya.

Kirana terdiam sejenak " jangan bahas lagi ya, aku udah terima dia pergi ko, asal dia bahagia itu udah cukup Din buat aku ! "







Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang