Prolog

10.9K 636 3
                                    

Suasana haru menyelimuti rumah duka, tangis keluarga terdengar sendu. Pak Rahman, Manager Keuangan di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang properti internasional menghembuskan nafas terkahirnya dini hari tadi karena serangan jantung.
Karangan bunga ucapan turut berduka cita berjejer rapi di halaman rumahnya yang terletak di salah satu perumahan elite kawasan Kalibata, Jakarta.

"Gue ga nyangka Pak Rahman ninggalin kita secepat ini Dik." ucap seorang gadis yang sedang berusaha menahan tangisnya.

"Ya umur siapa yang tau kan Ra, siapa tau aja mungkin besok giliran gue yang nyusul Pak Rahman." jawab seorang lelaki yang di panggil 'Dik' tadi dengan santai.
Ranaya dengan cepat mendongakkan kepalanya dan menatap Dika sengit, langsung saja ia cubit lengan kekar Dika.
"Aww, sakit ih." Dika meringis mengusap-ngusap lengan kekarnya.

"Ya elo sih kalo ngomong suka ngga pake bismillah." omel Ranaya

"Ya bener kan kita bisa mati kapan aja Ra, umur mah gaada yang tau Neng." kata Dika sambil mencubit pipi Rara gemas.
Ranaya mendelik sebal. " Ck, sok-sok an lo mau nyusul Pak Rahman, udah punya apa aja lo buat ke akhirat ? Pak Rahman mah amalnya pasti udah banyak tuh secara dia orang baik. Nah kalo elo ? Mainannya juga masih sama dedek emesh." cibir Rara

"Ciee, Rara emesh jealous ya ? Tenang hati abang mah cuma buat dedek Rara." goda Dika sambil menaik turunkan alis tebalnya.

"Hueekk... Sinting!" sahut Ranaya, dan Dika malah tertawa terbahak-bahak membuat beberapa mata pelayat mengalihkan pandangannya pada mereka berdua dengan wajah sinis. "Eh btw, kenapa Mbak Sela sama Mas Arfin belum datang ya ?" tanya Ranaya sambil celingukan kearah gerbang masuk.

Dika mengangkat bahunya "Gak tau, macet kali." jawab Dika, Ranaya hanya menganggukkan kepalanya tanda paham.

Kepergian Pak Rahman cukup mengejutkan untuk seorang Ranaya Putri Lubis. Rara, biasa ia dipanggil. Pasalnya Pak Rahman memang sangat dekat sekali dengannya, tak ayal ia sering menyebut Pak Rahman dengan ditambahkan embel-embel kata 'Papi', Papi Rahman.

"Rara !" panggil seorang wanita cantik. Rara yang merasa dirinya dipanggil langsung menoleh kearah sumber suara yang tak lain adalah Sela rekan satu divisi nya lebih tepatnya teman bergosip ria nya. Rara melambaikan tangannya, Sela berlari kecil dan memeluk tubuh mungil Rara.

"Gue ga nyangka Ra, si Papi cepet banget ninggalin kita." ucap Sela sambil terisak. Rara semakin mengeratkan pelukannya dan mengelus punggung Sela lembut.

"Nanti siapa yang bakalan nasehatin gue kalo gue lagi berantem sama suami gue." katanya lagi.

"Ssstttt, udah mbak kita harus ikhlas." Ranaya mencoba menguatkan.

Masih dalam posisi berpelukan, Rara melihat Mas Arfin dengan kaca mata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya berlari kecil kearah mereka.
"Kenapa ?" tanya Arfin, dagunya menunjuk ke arah Sela yang masih sesenggukan dipelukan Rara.

"Biasa cewek." kata Dika santai. "Udah Mbak Sela mending masuk dulu kedalam temuin keluarga Pak Rahman." tambah Dika.
Sela pun melepaskan pelukannya dari Rara, ia mengangguk dan masuk kedalam diikuti Arfin dibelakangnya.

Rara masih berdiri dengan tatapan kosong. Ini sulit dipercaya untuk ke empat anak buah Pak Rahman, Dika, Arfin, Sela dan Ranaya.

"Heh, jangan bengong kesambet baru tau rasa." ucapan Dika membuyarkan lamunan Ranaya, ia mencebik sebal.

"Udah sini duduk." perintah Dika dan menarik tangan Rara untuk duduk disebelahnya. "Jangan cengeng gini, si papi juga pasti bakal sedih kalo liat anak bungsu Kw nya mewek kaya bocah." ejek Dika. Ranaya tidak menggubrisnya, ia hanya menyandarkan kepalanya di bahu Dika sekedar mencari ketenangan, refleks Dika pun menarik tubuh mungil Ranaya lembut untuk masuk kedalam pelukannya.

"Lo mau nganterin jenazah ke pemakaman ?" tanya Dika. Masih dalam pelukan Dika, Ranaya mendongakkan kepalanya dan menggeleng lemah.

"Yaudah kita pulang aja, lo istirahat biar besok fresh lagi." saran Dika, Ranaya duduk tegak sembari menghembuskan nafas nya. "Terus gimana Mbak Sela sama Mas Arfin ?" tanya Ranaya.

"Udah biar nanti gue WA bilang kalo kita balik duluan." kata Dika.
"Oh yaudah." jawab Ranaya pendek.

Selama dalam perjalanan tidak ada obrolan yang berarti, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing terutama untuk Ranaya yang masih terlihat berat melepaskan kepergian Manager kesayangannya itu.
Dika menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia risih dengan situasi awkward seperti ini, biasanya jika ia sedang semobil dengan Ranaya pasti dia akan mengusilinya habis-habisan.

"Eh btw Manager buat pengganti si papi cewek atau cowok ya Ra ?" tanya Dika memulai pembicaraan.

Rara mengangkat bahunya acuh. "Gatau, gue jadi pengen resign aja deh kayanya." jawab Rara tanpa melihat Dika.

Pletak...

"Aww.." Ranyaa meringis kesakitan memegang keningnya yang baru saja di sentil Dika. "Sakit ih.." rengek Ranaya.

"Ya elo sih maen resign-resign aja, move on life must go on." kata Dika sok bijak sambil tertawa lebar.

"Halah kaya lo udah move on dari si Akua Akua itu." celetuk Rara.

"Ish.. Aquilla Ra, lo seenaknya aja ganti-ganti nama orang." omel Dika.

"Buahahhaha..." Ranaya tertawa lepas. "Habisnya nama mantan lo itu susah disebutin jadi yang gue panggil Akua aja." kata Rara dengan masih menahan tawanya.

"Buset dah ketawa lo udah ngalahin genderuwo tuh." ejek Dika. Ranaya langsung menghentikan tawanya dan cemberut sebal.

"Udah sana turun nyet gausah manyun-manyun gitu gue cipok baru tau rasa lo." goda Dika, refleks Ranya langsung menutup mulutnya dengan tangan. "Ih lo mesuuuummm.." kata Rara, Dika tertawa.
"Thanks ya nyet udah nganterin, salam buat tante Luna." kata Rara.

"Sip." sahut Dika dan mengacungkan jempol tangannya.

Ranaya keluar dari mobilnya. "Bye hati-hati and save drive." pesan Rara.

"Iya cinta, jangan kangen sama 'Aa ya." goda Dika.

"Wleee malesin." cibir Rara sembari memeletkan lidahnya. Rara masuk kedalam rumahnya meninggalkan Dika yang masih mencetak seulas senyum diwajahnya.

***

Hello wattpaders, salam kenal 😊😊
My first story, nggak tau kenapa aku bisa berani buat publish cerita ini di wattpad, but seriously aku cuma iseng aja dapet ide nya juga pas lagi layanin customer di tempat kerja. Dan yah aku nggak berharap story ini banyak yang baca juga kok, ini cuma salah satu ajang buat ngalihin kejenuhan aku sebagai salah satu karyawan di retail fashion. Tapi Alhamdulilah juga sih kalo ada yg baca itu mungkin bonus buat aku haha. Nggak, seriusan aku juga nggak yakin ini cerita ada yg baca secara follower gue disini cuma 2 orang huhu, jd siapa juga yg mau bacanya ya ngga ?😢😢

Dah lah, happy reading gaes, aku ngga ngarepin vote kok tapi kalo buat comment aku tunggu banget ya...

Pendek dulu ya, kan masih prolog hihi 😂😂

Sincerelly,
❤Pleiades..

That girl, On Duty !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang