BAB 11

3.9K 469 8
                                    

Minta vote doeloe bisa kali ? 😏😏

***

Ranaya mengehentakan kakinya jengkel saat sudah keluar dari ruangan, ia benar-benar kesal pada Kavin.
Ia mengehentikan langkahnya saat sudah berada didepan lift, ia bingung harus mulai dari mana untuk berbicara kalo ia membatalkan janjinya dengan Lugi.
Ranaya mengembungkan pipinya, tubuhnya butuh istirahat saat ini tapi malang ia harus lembur pula malam ini.

Ting... Pintu lift terbuka, ia masuk dan memencet angka 4, menuju ke divisi pajak tempat Lugi.

Ranaya mendapati Lugi tengah berbenah untuk pulang, komputernya pun sudah di matikan.
"Hey gi." sapa Ranaya.

"Eh hay Ra aku kira kamu masih belum selesai." katanya.

"Hmm gi sorry ya kayanya next time aja deh kita jalannya, aku harus lembur." ucap Ranaya memelas dengan bahu yang sedikit merosot.

"Hah nggak jadi lagi Ra ?" tanya Lugi, ekspresinya sedikit kecewa.

"Sorry, aku juga nggak tau kalo harus lembur."

"Hmm yaudah nggak papa, next time maybe." kata Lugi dengan senyum yang ia paksakan.

"Aku beneran nggak enak banget sama kanu." kata Ranaya sambil memegang lengan Lugi.

Lugi tersenyum. "It's okay, aku ngerti kok semangat lemburnya ya, aku pulang dulu." pamit Lugi sambil mengacak rambut Ranaya.
Ranaya mengangguk dengan senyuman tipis di bibirnya. Ia harus kembali ke ruangannya.

"Sorry ya Ra, gue nggak punya alasan yang kuat buat gantiin lo lembur." kata Mbak Sela.

"Nggak papa mbak."

"Jadi gimana itu si Lugi ?" tanya Dika.

"Gue udah bilang nggak jadi, tapi dia kaya yang kecewa gitu deh Dik."

"Ya pasti lah tiap dia ngajak lo jalan pasti lo nolak, eh sekalinya jadi ujung-ujungnya dibatalin juga." sahut Dika.

"Si Pak Kavin tuh gara-garanya."

"Sabar ya Ra, terus gimana nanti lo pulang kan ga bawa mobil ?" Mbak Sela bertanya.

"Tenang nanti gue jemput lo deh." ajak Dika.

"Gausah nanti gue minta bang Yugi jemput aja."

"Hmm yaudah kita balik dulu ya, Anggun udah nunggu di lobby btw, haha." kata Dika.
Ranaya cemberut dan melemparkan pensil yang sejak tadi di mainkannya ke dada Dika.

Mbak Sela tertawa. "Kalo gitu gue juga balik ya Ra."

"Okay, hati-hati mbak."

Ranaya menghela nafas panjang sebelum ia kembali berkutat dengan pekerjaannya, sungguh otaknya minta untuk istirahat setelah seminggu full lembur. Ranaya melirik pintu ruangan Kavin, tumben biasanya kalo lembur langsung nge drop kubikel Mas Arfin.

Sudah jam setengah sebelas dan sudah hampir 9 kali Ranaya bolak-balik keruangan Kavin untuk mengevaluasi laporannya. Tidak biasanya Ranaya tidak teliti seperti ini dan tidak biasanya juga Kavin se jeli ini untuk masalah titik ataupun koma yang lupa ia sematkan.

That girl, On Duty !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang