Bab 16

3.5K 301 0
                                    

Mata panda. Wajah pucat, nggak sempat moles gincu. Rambut jibreg, nggak sempat ngeringin rambut. Pala pening, mata berair. Bencana !!!
-GURLZZ

Rambut ngembang, nggak sempat pake gel. Kemeja kusut. Dasi nyerong. Wajah berminyak. Pala pening, mata berair. Kalem ae !!!
-BOYZZZ

Itulah derita anak Accounting setelah kepulangan Manager-nya dari Australia. Kerja nggak berhenti-henti, edan !! Kerjaan numpuk deadline semua karena akhir tahun sudah didepan mata.

"Dik, lu nggak mandi ?" tanya Sela saat Dika baru datang dengan wajah kusut.

"Kagak, gue bau tidur 3 jam." jawab Dika, ia lalu ambruk dikursinya.

"Mamak pengen nangis !!" seru Ranaya dari balik kubikelnya, penampilan gadis itu tak kalah kusutnya dari Dika.

"Semangat-semangat, bonus akhir tahun didepan mata." Mas Arfin mencoba menyemangati walau ia juga sama lelahnya.

Kavin keluar dari ruangannya, lengkap dengan kacamata frame hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

"Rekapitulasi penjualan bulan Oktober belum ada dimeja saya." katanya, membuat empat anak buahnya saling lirik-lirik kan seolah berkata 'siapa yang handle dibulan itu'.

"Gue udah kirim by email kok Vin." Mas Arfim bersuara.

"Oh, gue minta hard copy nya aja sekarang." pinta Kavin, Mas Arfin mengangguk cepat.

Kavin kemudian mengalihkan pandangannya pada Ranaya, penampilannya sangat mengenaskan. Ia juga menatap Sela yang sama mengenaskannya.
Kavin menghela nafas berat, mau bagaimana lagi akhir tahun memang selalu seperti ini. Ia kembali ke ruangannya, antrian laporan sudah menggunung di sudut meja.

***

Ranaya menatap sebal pada lelaki yang tengah anteng menikmati nasi dan Coto Makassar. Dengan kunyahan yang kenapa menurutnya itu sangat seksi. Lelaki itu sesekali memuji lezatnya Coto Makassar, tanpa memperdulikan dirinya yang teronggok diseberang nya.

Ranaya benar-benar kesal pada lelaki satu ini. Setelah tadi siang dengan seenak jidat menariknya keluar untuk makan siang di cafetaria samping gedung kantor, kini dengan sifat pemaksanya lagi lelaki itu menyeretnya untuk pulang bersama.

Sadar tidak ada pergerakan apapun dari gadis dihadapannya, Kavin menghentikan aktivitas makannya sejenak.

"Cepat dimakan, keburu dingin nggak enak." kata Kavin, yang dibalas dengan delikan mata Ranaya.

"Nggak laper emang ?" tanya Kavin, masih tidak ada jawaban. Kavin hanya mengangkat bahunya tak acuh. Alih-alih membujuk Ranaya yang ia tahu sedang marah, Kavin malah kembali melanjutkan sesi makan nya.
Kavin sudah selesai dengan makanannya, tapi Ranaya masih enggan menyentuh santapannya.

"Kamu kenapa ?" tanya Kavin setelah ia menyingkirkan mangkuk dan piring ke sampingnya.

"Bapak ngapain sih main tarik-tarik saya tadi ?" tembak Ranaya.

"Mau ngajak makan siang."

"Ya kan bisa ngajak baik-baik, nggak usah tarik-tarik gitu." protes Ranaya.

"Mengajak dengan baik-baik dan berkahir dengan penolakan ?" tanya Kavin.

"Kamu kan Queen of Reason, apa saja bisa dijadikan alasan, termasuk menolak saya." jawab Kavin membuat Ranaya meringis menggigit bibir bawahya pelan.

"Y-ya oke oke kemarin-kemarin emang saya menolak, tapi bukan berarti hari ini saya akan menolak juga kan ?" kilah Ranaya membuat Kavin berdecih.

"Liat sekarang, gara-gara Bapak yang main tarik-tarik saya keluar kantor, semua karyawan jadi tau hubungan kita. Astaga." Ranaya mendesah frustasi.

That girl, On Duty !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang