BAB 7

4.3K 446 11
                                    

Diruangan divisi Accounting sangat hening hanya terdengar suara keyboard yang saling bersahutan saja, maklum keempat penghuni nya sedang sibuk kalang kabut mengerjakan laporan bulanan.

Tapi Ranaya malah melipat kedua tangannya di meja dan menumpukan kepalanya disana.

"Ra lo ga papa ?" tanya Dika

Ranaya mengangkat kepalanya, wajahnya sangat pucat. "Sakit." rengeknya. Sontak Mbak Sela menghampiri nya.

"Astagfirullah Ra, lo pucet banget hari pertama ya ? Udah minum kiranti belum ?" tanyanya.

Ranaya mengangguk kemudian menggeleng.

"Lo pulang aja Ra, jangan dipaksain biar gue yang bilang sama si boss." tambah Mas Arfin.

"Gakuat pulang kepala gue juga sakit banget."

Kavin keluar dari ruangannya. Ia kaget melihat anak Accounting berkumpul di kubikel Ranaya sedang apa mereka di jam kerja seperti ini.
Kavin mendekati kubikel Ranaya, bermaksud untuk menegur staff nya.

"Ehm." Kavin berdehem lumayan keras, membuat keempatnya menoleh. Begitu kagetnya Kavin saat melihat wajah Ranaya pucat pasi tangannya bertumpu di perut seperti tengah menahan rasa sakit dan matanya sedikit bengkak.

Sontak Kavin menghampiri Ranaya, ia terlihat sangat khawatir.

"Astagfirullah kamu kenapa Ra ?" tanya Kavin cemas.

"Menstruasi hari pertama pak, ditambah kepalanya sakit saya juga sudah suruh pulang tapi Rara keukeh gamau." kata Sela

"Kamu ke ruangan saya aja, biar bisa rebahan di sofa. Kuat jalan ga ?" tanya Kavin

Ranaya menggeleng lemah. Kavin langsung saja menggendong Ranaya ala bridal style menuju ruangannya. Sela, Arfin dan Dika senyum-senyum mesem melihat tingkah bos nya.

"Ga salah lagi si boss emang suka sama si Rara." kata Sela

"Heeh bener mbak, si boss juga kalo liat gue lagi sama si Rara ngeliatnya kaya yang mau ngajak duel." tambah Dika

"Si Rara nya aja kurang peka dia." tambah Arfin

"Maklum dia kan ga pernah deket sama cowok selain kita-kita sama abangnya." kata Dika.

Kavin merebahkan tubuh Ranaya di sofa ruangannya, ia sangat cemas sekali.

"Sakit banget ya ?" tanyanya sambil mengelus kepala Ranaya.

"Iya pak, aww." Rara semakin meringis, rahimnya berkontraksi cukup kuat. Kavin makin khawatir ia buru-buru keluar ruangan meninggalkan Ranaya.

"Sel Rara makin kesakitan, saya harus ngapain ?" tanyanya Kavin.

Loncat aja dari lantai 20 gedung ini vin.

"Emm bapak gausah panik pak." kata Sela menenangkan.

Kavin mengacak rambutnya frustasi.
"Gimana saya ga panik Sel, Rara kesakitan gitu."

"Suruh minum kiranti aja pak, ga papa kok udah biasa Rara gitu. Dik coba lo beliin kiranti ke bawah, sekalian sama pembalutnya di tasnya gabawa ganti kayanya nih anak." kata Sela sambil mengobrak-abrik tas nya Ranaya.

"Heran kok dia bisa nggak bawa cadangan sih, itu pasti keluar banyak banget kalo lagi mules gitu." cerocos Sela.

"Apanya yang keluar banyak banget mbak ?" tanya Dika polos.

"Iler nya !" bentak Sela.

"Biar saya aja yang kebawah, kalian lanjutin kerja." kata Kavin dan berlari meninggalkan ruangan.
Kepala Kavin muncul lagi di balik pintu.
"Sel miranti ?" tanyanya bingung.

That girl, On Duty !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang