BAB 12

4.2K 401 10
                                    

Malam itu Ranaya sepakat dengan Kavin untuk tidak mengekspos hubungannya, Ranaya tidak mau jika hubungan mereka jadi konsumsi publik. Kavin awalnya menolak, karena ia merasa hubungannya tidak merugikan siapa-siapa. Tapi bukan Ranaya namanya, ia keukeh tidak ingin mempublikasikan hubungannya ia masih ragu dan belum siap dengan apa yang akan menimpanya didepan sana termasuk pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan yang pastinya akan memekakan telinga. Terutama klub Kavin Addict yang gila-gilaan mengagumi Kavin. Kavin menyerah ia tidak mau masalah sepele seperti ini nantinya akan merusak hubungannya dengan gadis itu.


Ranaya memasuki lobby dengan perasaan campur aduk, terlebih hubungan backstreet yang sedang di jalani nya dengan Kavin. Ranaya terkejut kala Rasita menyapanya, ingatkan Rasita ini termasuk member Kavin Addict ?

"Hey Ra." sapa Rasita sembari berjalan disampingnya.

"Eh hey Sita." balas Ranaya kikuk.

Rasita menatap curiga pada Ranaya. "Lo sakit Ra ? Kok pucet gitu." tanyanya.

"Hah engga kok gue nggak6 papa."

"Oh, eh lo kemarin di anterin sama Pak Kavin ya ?" tanya Rasita.

Anjay, apa-apa an ? Rasita kenapa bisa tau kalau Ranaya kemarin diantar Kavin ? Gila, mereka pulang hampir jam 12 malem, karyawan udah pada pulang kecuali si Lilis kunti kantor. Lilis nggak mungkin salah satu member Kavin Addict kan ?

"Hah heeh gue nggak bawa mobil soalnya."

"Cieee menang banyak lo Ra." goda Rasita.

"Haha bisa aja lo, eh gue duluan ya."

"Oke sip, salam buat Pak Kavin." kata Rasita sambil mengedipkan matanya centil.

"Ogah." kata Ranaya sambil tertawa lebar.

Ranaya duduk di kubikelnya menekuri laporan yang harus diselesaikannya, Dika fokus pada monitornya dan Mbak Sela sibuk dengan kalkulator manualnya.

"Kemarin lo pulang jam berapa Ra ?" tanya Dika.

"Ya biasa jam 12 baru sampe rumah."

"Dianterin Kavin ?" tanyanya lagi.
Ranaya hanya mengangguk.

"Terus gimana kencan lo sama Anggun ?" Mbak Sela nimbrung.

"Ya gitu, nothing special." jawab Dika acuh.

"Morning." suara barito milik Kavin mengagetkan mereka, terutama untuk Ranaya.

"Morning juga boss." timpal Dika dan Mbak Sela.

Kavin tersenyum sangat manis, membuat ibu satu anak di sebelah Ranaya matanya berbinar seperti anak kecil yang mendapat lollipop.

"Arfin masih jetlag kayanya jadi belum bisa masuk." kata Kavin sambil mengambil buka rekapan Accounting di kubikel Mbak Sela.

Mereka hanya mengangguk. "Saya ke ruangan dulu ya." pamit Kavin. Meninggalkan tiga orang dengan ekspresi tidak percaya akan sikap Kavin pagi ini.

"Si boss kerasukan apaan tuh ?" tanya Dika setengah berbisik.

"Coba kalo tiap hari ya kaya gini, makin betah deh gue di kantor." kata Mbak Sela.

Dika mencubit pipi Ranaya. "Ra kok lo diem aja ?"

"Eh hah engga gue masih bingung aja."

"Si boss lagi dapet jackpot gede kali ya, atau punya pacar atau mau nikah gitu." celetuk Dika.

"Ih lo ngomong apa sih, suasana hati nya emang lagi bahagia kali."

"Ya kan ini tuh keajaiban Ra, kaya turun salju di Uruk setelah seratus tahun gersang." kilah Dika.

That girl, On Duty !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang