Bab 19

3K 269 7
                                    

"Liliana oh Liliana, ijinkan Abang untuk berkelana disela-sela hatimu yang fana." beo Dika berceloteh tanpa mengenal situasi dan kondisi.

"Ranaya oh Ranaya, anaknya memang pantas dianiaya." Gedubrak ! Ya salam, terangkanlah hamba-Mu yang satu ini.

"Dik mulut lo mau gue gosokin pake GPU heh ?" ancam Ranaya,

"Ih suka-suka gue dong." protes Dika.

Ini bukan masalah Ranaya tidak terima dengan ocehan Dika yang katanya 'Ranaya pantas dianiaya', bukan sumpah. Masalahnya bujang lapuk satu ini membeo ditempat yang tidak tepat. Di area rooftop kantor yang masih penuh sesak dengan karyawan lah beo Dika berceloteh, membuat para karyawan kantor memandang geli ke arah mereka.

Setelah acara penyambutan kepala HRD selesai, yang tak lain adalah penyambutan Liliana, Ranaya cepat-cepat menarik lengan Dika untuk segera turun. Pertama, Ranaya merasa risih karena tatapan-tatapan horor dari para karyawati yang menyuarakan dirinya sebagai 'Kavin Addict'. Kedua, Ranaya sedang menghindari Kavin saat ini. You should know apa yang membuat Ranaya menghindari Kavin, saat tempo hari Kavin menegurnya dan itu menurutnya tidak sesuai apa yang ia lakukan.

"Doi cantik banget ya, kulitnya putih banget kaya tepung kanji." kata Dika.

"Hmm." hanya itu sahutan Ranaya.

"Matanya sipit kaya burung pipit." katanya lagi, Ranaya mengerutkan dahinya. Emang burung pipit matanya sipit ?
Bodo lah, terserah Dika mau ngomong apa.

"Suaranya anjir, serak-serak seksi kaya Camilla Cabello yang apa sih tuh Ra nyanyinya ?" tanya Dika sambil menyikut lengan Ranaya yang masih anteng menunggu pintu lift terbuka.

"Apaan ?"

"Itu loh nyanyi Camilla Cabello yang sering lo nyanyiin." jelas Dika.

"Havana." jawab Ranaya.

"Nah itu. Havana oh nana Havana oh Havana." Dika bersenandung dengan lirik ngalor ngidul.
Suka-suka elu dah Dik.

Pintu lift terbuka, Ranaya masuk tanpa repot-repot mengajak Dika membuat lelaki itu berdecak kesal karena tidak sadar banyak orang dalam lift yang memperhatikannya kala ia sedang ber-Havana ria.

"Lu masuk nggak bilang-bilang, tengsin nih gue." Dika misuh-misuh pada Ranaya yang sedang cekikikan menertawakannya.

"Makannya tingkah lu yang kaya monyet petakilan itu coba dikontrol dikit." kata Ranaya.

"Tau ah, hilang sudah citra most wanted employee gue." Dika manyun.

"Pret, mohon sabar mas ini ujian." kata Ranaya sambil mengusap-ngusap lengan kekar Dika.

Ting... Pintu lift terbuka dilantai tiga. Ada beberapa orang yang keluar dari lift termasuk Dika dan Ranaya.

Dari arah berlawanan, Kavin sedang berjalan lurus kearah mereka tatapannya tertuju pada lengan Dika yang tengah merangkul bahu Ranaya seperti biasa.
Dika yang menyadari hawa tidak senang dari sang bos buru-buru menurunkan lengannya yang nangkring di bahu Ranaya. Masih sayang dompet, uy !

"Kita bisa bicara sebentar ?" Kavin bersuara saat ia sudah berada didepan keduanya.

"Dik, Pak Kavin mau bicara tuh." kata Ranaya santai matanya ia alihkan ke arah lain yang tidak ada sosok Kavin nya. Dika melirik pada Ranaya, jelas-jelas dia sendiri tau bahwa yang diajak Kavin untuk bicara adalah Ranaya, secara tatapan doi nggak melipir-melipir ke arah lain, stuck di wajahnya Ranaya.

Kavin menghela nafas. Oow, Dika tau satu hal, dua sejoli ini ternyata sedang  dalam mode ngambek-ngambekan.

"Saya mau bicara sama kamu Ranaya." kata Kavin, suaranya pelan.

That girl, On Duty !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang