BAB 5

4.7K 469 14
                                    

Jam lima sore jari-jariku masih menari-nari di atas keyboard, jam kantor telah berakhir 30 menit yang lalu. Mbak Sela dan Mas Arfin pun sudah pada pulang dan Dika masih diruangan si bos urusan laporan.
Dika keluar dari ruangan si bos. Wajahnya ditekuk dua belas, mirip pedagang asongan yang nggak habis jualannya, sudah ku tebak pasti karena si bos.

"Cieee yang kena semprot." kataku mengejek Dika.

"Tau ah capek gue, gila doi perfectionist banget." keluh Dika sambil melempar laporan asal ke meja nya.

"Ck, lo mah masih bisa dihitung pake jari berapa kali kena sembur doi, coba gue udah jadi vitamin sehari-hari tuh mulut bon cabe sama pelototan doi." kataku. Aku juga bingung setiap kali ada kesalahan pasti selalu aku yang kena sembur, padahal aku tau itu bukan seratus persen keasalahanku kebanyakan datang dari divisi lain tapi yang kena sembur pasti anak Accounting.

"Mas Arfin sama Mbak Sela udah balik Ra ?" tanya Dika.

"Heeh." kataku masih fokus pada monitorku.

"Kok lo belum pulang ?" tanya Dika lagi.

"Tanggung ini laporan dari anak pajak kudu gue periksa dulu biar ga kena sembur doi." jelasku. Dika ber-oh ria.

"Enak ya kalo udah punya istri bawaannya pasti pengen cepet-cepet pulang, tidur juga ada yang ngelonin. Lah kita yang jomblo apa kabar Ra ?" beo Dika berceloteh.

Aku tertawa. "Ya lo cepetan dong nikah sama si Akua itu."

"Ish Aquilla Ra." protesnya, aku cekikilan.
"Engga ah 'Aa Dika udah ikhlas lapang dada kok." tambahnya dengan suara yang didramatisir.

"Halah gaya lo nyet." cibirku.

"Eh Ra, gue nebeng sama lo ya ga bawa mobil nih." pinta Dika. Aku mengalihkan pandangan ke arahnya.

"What nebeng ? Seorang Dika Marendra most wanted employee Djakarta Corp nebeng sama cewek ? Hellaaww dimana harga dirimu anak muda ?" ejekku dengan suara cempreng.

"Eh kutu badak, nggak pake teriak berapa duit sih ?" gerutu Dika.

Aku nyengir lebar. "Emang si Rushi kemana ? Ditarik sama dealer ?" ledekku.

"Sembarangan, si Rushi lagi nyalon kemarin ada jerawat di body nya." kata Dika. Fyi, mobil Dika itu Toyota Rush, tapi dia sering manggil si Rushi.

"Kirain ditarik dealer karena lo ga kuat bayar."

"Bedevah, itu cash neng cash no kredit kredit." kilahnya.

"No bocor bocor, kali." aku mengikuti jargon salah satu iklan cat.

"Bodo amat, lu jadi ngasih tebengan nggak sih ?" Dika bertanya dengan nada jengkel.

"Iya iya bawel deh lo kayak emak-emak nagih utang, tapi magrib disini aja ya tanggung."

"Oke bos!"
"Eh pak Kavin, mau pulang pak ?" tanya Dika, aku mendongakkan kepala ternyata ada si bos pantesan si kunyuk langsung jiper.

"Belum mau, saya mau magrib disini." jawabnya singkat. "Kalian kenapa belum pulang ?" tanyanya.

"Saya lagi nungguin ndoro putri, kita mau malem jumatan, iya ga cintah ?" goda Dika sambil menaik turunkan alisnya.

Aku mencebik sebal.
"Ck, gue ga se ngenes itu kali sampe harus malam jumat an sama pentulan korek."

"Eh buset ngomong lo Ra, kita juga mau magriban disini. Kita berjamaah saja, bapak imamnya kan bapak lebih tua dari saya." tawar Dika.

"Bukan masalah tua atau muda, tapi siapa yang bacaan Al-Qur'an nya fasih dia yang pantas jadi imam." jelas Kavin yang sukses membuat si kunyuk mati berdiri tak kuasa.

That girl, On Duty !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang