Bab 17

3.4K 266 1
                                    

Liliana : I get accident. I'm in hospital please come

Tubuh Kavin menegang seketika saat membaca pesan itu. Pikiran yang tidak-tidak kini berkecamuk dikepalanya.

Apa yang ia lakukan ?

Untuk apa dia disini ?

Kenapa ia bisa mengalami kecelakaan ?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus bercokol dalam kepalanya, hingga ia melupakan sosok gadis yang kini tengah mengibas-ngibaskan tangan ke wajahnya. Ranaya.

"Pak, Pak." Ranaya mengibaskan tangannya ke wajah Kavin, membuat Kavin terkejut.

"Kenapa ? Kok malah diem, kan mau kerumah." kata Ranaya.

"Eh, saya lupa ada janji. Lain kali saya mampir ya." kata Kavin mencoba menormalkan suaranya. Kavin tidak terpaksa berbohong, sekarang bukan waktu yang tepat untuk Ranaya tahu siapa Liliana.

"Bapak kenapa ?" Ranaya masih bingung.

"Saya nggak papa, saya pamit ya. Sampaikan salam untuk Ayah sama Bunda kamu." kata Kavin sambil mengecup kening Ranaya dan berlalu begitu saja dari hadapan gadis itu.

Kavin segera melajukan mobilnya ke arah rumah sakit yang di share dari Liliana.
Kavin berusaha memfokuskan diri pada jalanan meski pikiranya tengah bercabang pada dua perempuan. Ranaya dan Liliana.

Disatu sisi Kavin merasa bersalah pada Ranaya, tanpa penjelasan apapun Kavin main pergi meninggalkan gadis itu. Dan untuk pertama kalinya Kavin berbohong pada gadis itu. Tapi disisi lain Kavin juga tidak bisa membiarkan Liliana begitu saja, ditambah Kavin belum tahu bagaimana keadaan Liliana.

Kavin menghentikan mobilnya, ia telah sampai di salah satu rumah sakit yang di share Liliana. Kavin bergegas menuju resepcionist dan menanyakan perihal Liliana.

Dengan langkah lebar akhirnya Kavin menemukan ruang inap Liliana. Ia membuka pintunya perlahan, terlihat seorang perempuan mungil tengah terbaring lemah diatas ranjang. Kepalanya sudah dilapisi perban, tangan kirinya terpasang selang infus, ada luka lebam dibagian pipinya yang mulus. Kulitnya yang putih kini nampak lebih pucat. Hati Kavin mencelos, tidak tega melihat perempuan ini dalam keadaan tak berdaya.

Kavin mencoba mendekati ranjang, memperhatikan perempuan itu lamat-lamat.
Perempuan yang dulu dicintainya. Perempuan yang sekarang dibencinya.

Liliana membuka matanya perlahan, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam indera penglihatannya.

"Kavin ?" dengan suara serak ia mencoba berbicara. Kavin yang sejak tadi melamun tersadar saat suara setengah serak menyapanya.
Liliana mencoba untuk menegakkan tubuhnya, yang langsung dibantu Kavin untuk menyandarkan punggungnya dengan bantal yang dijadikan tumpuan.

Kavin menyodorkan segelas air putih pada Liliana. Liliana meraih gelas itu dan menegak nya sampai habis.

"Terimakasih sudah datang, Vin." kata Liliana tulus, Kavin hanya mengangguk.

"Aku nggak tau mau minta tolong sama siapa lagi, you know i'm not having family di Jakarta." katanya lagi, Kavin mengangguk tanpa ekspresi kembali.

"Kenapa bisa kaya gini ?" tanya Kavin.

"Aku naik motor, tapi malah nabrak pohon palem." jawab Liliana ragu-ragu.

"Astaga, kamu kan udah nggak boleh pake motor." Kavin menggeram kesal.

Liliana tersenyum, hatinya sedikit bahagia karena Kavin masih tahu tentangnya.

That girl, On Duty !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang