Bab 14

3.5K 329 7
                                    

"Apa kabar ?" tanya seorang gadis berwajah oriental yang nampak cantik dengan dandanan glamournya.

"Baik." jawab Kavin pendek tanpa ada niat untuk kembali bertanya.
Gadis itu tersenyum getir.

"Masih sama ya Vin ?" tanyanya kembali. Kavin melirik perempuan itu, lalu kembali mengalihkan pandangannya kedepan pintu lift.

"Susah banget buat kamu untuk memaafkan aku Vin ?" gadis itu kembali bersuara, ia tidak peduli dengan orang-orang yang ada dalam lift ini.

"Sudah saya maafkan." jawab Kavin. Pintu lift terbuka, beberapa orang lainnya keluar lift termasuk Kavin dan gadis itu.
Kavin melangkahkan kakinya lebar-lebar agar cepat sampai di room hotelnya.

"Give me a chance." kata gadis itu tiba-tiba, membuat Kavin menghentikan langkahnya namun ia kembali melangkahkan kakinya tanpa repot-repot melihat ke belakang. Masuk kedalam room hotel dengan perasaan campur aduk, Kavin langsung merebahkan dirinya di kasur.

Melirik jam tangannya, waktu menunjukan pukul 23.15 waktu Australia.
Ia merogoh ponselnya yang sedari tadi tersembunyi di dalam saku celana bahannya.

Kavin tersenyum saat melihat foto Ranaya menghiasi layar ponselnya.
Niat Kavin ingin menelpon gadis itu, untuk sekedar mendengar suaranya yang lumayan lembut kala menyapa gendang telinganya. Tapi ia urungkan, karena bukan suara lembut yang akan menyapanya nanti, melainkan gerutuan gadis itu karena jam tidurnya yang terganggu.

"I'm gonna kill you, if you back...!" seru Ranaya beberapa malam lalu saat Kavin menelponnya.

Kavin menghembuskan nafas panjang, matanya kini sibuk memandangi langit-langit kamar hotel.
Entah apa yang membuat Kavin bisa terpesona pada sosok Ranaya, gadis belia yang umurnya jauh di bawah usianya. Sosoknya yang lempeng tapi menggemaskan mungkin salah satu alasan Kavin kenapa ia menyukai gadis itu.

Love at first sight, Kavin benar-benar merasakannya saat itu.

"Hari minggu main di Pancoran bisa kan ?" tanya Yugi.

"Bisa, atur aja jadwalnya." sahut Yudhis salah satu anggota futsal team kampus.

"Gue oke." jawab Kavin. Dan Izal hanya mengangguk.
Mereka tengah berada di teras rumah Yugi, pulang latihan bermain futsal mereka mampir kerumah Yugi.

Deru mesin motor sport terdengar mendekat ke arah rumah ini. Dan ya, motor sport ninja berwarna hitam baru saja berhenti tepat didepan pagar hitam rumah ini. Satu orang cowok dan seorang gadis yang duduk diboncengan, keduanya mengenakan seragam salah satu SMA favorit di Jakarta Selatan.
Gadis itu turun dari motor, kemudian si lelaki membantunya untuk membuka helm bergambar Franky Prank.

"Adek lo kan ?" tanya Izal.

"Iya." jawab Yugi pendek.

"Pacarnya ?" Yudhis ikut bertanya.

"Nggak tau." Yugi menjawab.

Motor sport melaju meninggalkan gadis itu yang masih melambaikan tangannya. Lalu ia berbalik badan dan masuk kedalam pagar. Gerak-geriknya tidak lepas dari perhatian Kavin.

"Siapa tuh ?" tanya Yugi saat gadis itu meletakan sepatunya di rak dekat tanaman pohon bongsai.

"Kepooooo....!" serunya.

"Abang bilangin Ayah." ancam Yugi membuat gadis itu mengembungkan pipinya.

"Cuma temen."

"Masa ?" Yugi meledek.

"Gebetan, lagi pedekate." jawab gadis itu.

"Yahhh potek deh hati Abang dek." Yudhis merenggut hiperbolis.

That girl, On Duty !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang