22. Going Crazy

2.2K 299 25
                                    

Suara-suara itu bagai suar dalam kegelapan. Terdengar namun tak terlihat. Begitulah yang di rasakan oleh D.O saat Typhon itu menaburkan serbuk beracun disekitarnya. Seandainya Kai tidak berteleportasi dan membantunya dengan cepat, maka sepertinya D.O sudah bertemu ajalnya sekarang.

Di sisi lain, wajah mereka terlihat sedih. Kai membuang muka dan mengusap air matanya. Begitu juga dengan D.O yang terdiam menatap tanah. Suara yang melewati kepalanya dan mengisi syaraf-syaraf otaknya membuat ia merasa kaku.

Dengan sekali tembakan, Kai mengambil sebuah pedang dari tubuh drakula yang tercabik-cabik oleh pasukannya. Ia melihat ke arah Chimaera dan dalam sekejap mata, ia sudah berada di atas kepala Chimaera dan menancapkan pedang itu di sana. Chimaera menggeliat kemudian terkapar.

Holystone berwarna cokelat terang pun menguar dari balik lencana baja milik Chimaera. Kai segera mengambilnya dan berteleportasi secepatnya.

"Kai pergilah" ucap D.O

"Bagaimana aku bisa pergi ?" Tanya Kai frustasi.

"Kita akan melawan Typhon sialan itu bersama-sama, setelah itu kita serahkan keadaan di sini pada Centa dan Monggu" kata Kai.

D.O tahu, membantah tidak akan mempercepat keadaan, apalagi di saat genting seperti ini. Mereka harus bergerak dengan cepat.

Kai menghilang, berteleportasi ke arah belakang Typhon. D.O dengan sigap membangkitkan kekuatannya. Ia menyatukan dinding-dinding batu dan menahannya di ketiga sisi. Belakang, kanan dan kiri. Menahan agar Typhon itu tidak bisa bergerak dan Kai bisa dengan cepat mengambil holystone merah.

Kai berlari, dengan cepat. Ia kemudian mengambil belati, dan memotong rambut Typhon yang merupakan alat untuk bernapas. Dan yaa, semburan darah menghiasi wajah Kai. Typhon itu berteriak. Teriakannya sungguh menggelegar. Dan dalam hitungan detik, Typhon itu menghilang digantikan oleh cahaya kemerahan. Itu holystonenya dan D.O mengambil Holystone itu.

"AYO" seru Kai pada D.O dan mereka pun menghilang dari sana.

***** 

"Tidak mungkin" gumam Baekhyun, ia mengerjapkan matanya. Terdiam. Begitu juga dengan Sehun. Bahkan ketika pasukan musuh melayangkan serangan, mereka tidak bergerak. Beruntung ada Griff dan Hippo yang sigap akan serangan itu.

Sehun sudah menitikkan air mata.

"Tidak. Ini tidak mungkin" ucap Sehun sambil menggeleng.

"Ada apa ?" Tanya Hippo.

"Hyung—"

BRAK

Burung pemangsa menabrak tubuh Sehun hingga Sehun dan Hippo kehilangan keseimbangan. Sehun hampir terjatuh namun untungnya ia masih bisa mengendalikan udara di sekitarnya.

"Konsentrasilah. Kita sedang berada di medan perang!!" Seru Griffin pada keduanya.

"Tapi, Chanyeol dan L—"

"Hentikan. Kau tidak bisa bersikap sentimental saat perang. Fokuslah untuk melawan musuhmu. Dengan begitu kau bisa menyelamatkan mereka berdua" seru Griffin.

Baekhyun terdiam. Ia melihat ke arah Sehun. Sehun masih bertarung, meskipun Baekhyun melihat mata Sehun yang berkaca-kaca.

"Sehun, ayo kita kalahkan makhluk itu" seru Baekhyun.

Sehun mengangguk.

Baekhyun memblokir seluruh cahaya di bantu dengan Griffin. Ia membuat keadaan sangat terang hingga Sphinx merasa silau dan tidak bisa melihat apa-apa. Kesempatan ini juga digunakan oleh pasukan lain untuk mengalahkan burung pemangsa. Sehun membuat udara di sekitarnya menguap, dan bersatu diudara. Unsur-unsur udara yang lainnya. Kemudian ia membuat angin menjadi lebih kencang dan lebih kencang lagi hingga angin itu bisa melukai tubuh siapapun yang mengenainya. Sehun membuat angin itu mengelilingi Sphinx yang tidak bisa melihat apapun.

EXO from EXO Planet (COMPELETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang