[A story about the future]Malam bersalju di Geiranger.
Knock..
Knock..
Knock..."Lion," Mr. Anderson mengetuk pintu kamar Lion sambil membawa semangkuk sup dan segelas susu coklat hangat di atas nampan. Pasalnya, semenjak kedatangannya petang tadi, Lion sama sekali belum menyentuh makanan.
Dua hari terakhir ini air muka Lion terlihat murung dan tak bergairah. Lion pun tidak bercerita tentang suatu hal apapun pada Mr. Anderson yang membuat Mr. Anderson semakin mengkhawatirkan anak gadisnya.
"Lion, kau baik-baik saja?" gedor Mr. Anderson lebih keras.
Sang empunya kamar belum juga membukakan pintunya, tidak menunggu lama Mr. Anderson memutuskan untuk membukanya tanpa meminta persetujuan Lion. Dia sudah kepalang khawatir.
Krieeetttt ...
Pintu kamar Lion tidak terkunci. Mr. Anderson memasuki kamar Lion yang gelap.
Cklek
Lampu menerangi ke seluruh penjuru kamar Lion. Mr. Anderson terkejut saat ia tak mendapati Lion di atas tempat tidurnya. Dengan gemetar ia meletakan supnya di atas meja belajar Lion dan mencari Lion ke kamar mandi. Namun, di sanapun ia tidak menemukan anak gadisnya. Mr. Anderson sangat khawatir, dimanakah Lion sekarang.
Brakk...
Wushh...
Wush...Angin badai tiba-tiba menyusup melewati jendela kamar Lion yang tiba-tiba terbuka. Mr. Anderson keluar dari kamar mandi dan menghampiri jendela itu. Dia melihat sebentar ke bawah balkon dan sangat terkejut saat menemukan selimut yang menggelantung terikat di pagar balkon kamar Lion.
Lion pasti pergi ke suatu tempat.
Kemana perginya Lion, bahkan disaat cuaca dingin seperti ini.
Mr. Anderson termenung beberapa menit. Muncul penyesalan di hatinya, ia telah salah saat memutuskan hak asuh Lion untuk dirinya. Kini Mr. Anderson berpikir, setelah jadi dewasa, merawat seorang anak gadis memang membutuhkan seseorang seperti ibu.
Meskipun seorang ayah selalu sigap melindungi anaknya, tetapi kasih sayang seorang ibu jauh lebih penting dari apapun.
"Ini salahku, Maafkan aku Lion."
Tanpa berpikir panjang, Mr. Anderson bergegas pergi mencari Lion. Ia tidak memikirkan lagi tentang jaket tebal dan sepatu bootnya. Ia hanya mengenakan sweater dan sepatu kets.
Mr. Anderson memikirkan tentang suatu tempat, sepertinya ia tahu kemana Lion pergi.
(Sementara di suatu tempat)
Setelah beberapa puluh menit berjalan tertatih-tatih di atas salju yang membuat tulangku terasa ngilu, akhirnya aku sampai di tepi danau. Meski musim dingin baru tiba tadi sore, ternyata air danau sudah membeku.
Tidak ada kunang-kunang yang kuharapkan beterbangan di sini, semuanya putih. Cahaya bulan pun tidak terlihat menyinari Geiranger. Tak mengapa, setidaknya disini lebih baik.
Aku mencari tempat yang nyaman untuk menenangkan diriku. Badai akan semakin besar dan danau memboyong angin dinginnya ke tepian, aku pun memutuskan duduk di bawah pohon oak yang agak jauh dari danau.
"Huh ... huh ... dingin sekali."
Nafasku tersenggal-senggal karena udara semakin dingin, hingga mulutku mengepulkan uap saat bernapas. Aku menggosok-gosokan telapak tanganku, meski telah memakai sarung tangan wol tetap saja hawa dingin ini menusuk jemariku.
![](https://img.wattpad.com/cover/107208795-288-k569788.jpg)