Annyeong readers! 🤗
Bacanya slowly ya, biar nge-feel atau nggak ditambah backsound mellow abis 😁
.
.
.
.
.
[A story about the past]Bulan tak nampak di angkasa, langit mendung, Geiranger terisi oleh guyuran hujan deras.
Splash
Splash
Seorang anak lelaki menyembulkan kepalanya dari kolam renang.
"Ibu! aku berhasil, kau lihat, 'kan?" teriaknya bersamaan dengan riuh hujan.
Ia berjalan menaiki tangga kolam menghampiri ibunya, sudah seharian penuh ia dipaksa tetap berada di kolam hingga matanya pedih dan memerah. Ini sudah tiga bulan saat ia pertama kali berlatih renang, hingga membuat kulit putihnya berubah agak kecoklatan dan kering karena terlalu sering terkontaminasi Kalsium Hipoklorit. Tapi ini selalu menjadi yang terparah, saat ibunya hadir di rumah setiap satu bulan sekali.
Walaupun begitu, Ia selalu senang hati melakukan apapun yang ibunya perintahkan dan ia berharap ibunya juga bisa melihat bahwa ia sedang menunjukkan yang terbaik untuknya.
Sejak dulu ia tidak pernah melihat wajah ibunya dihiasi oleh senyum. Karenanya ia hanya memiliki satu alasan untuk melakukan semua yang terbaik, yaitu agar ibunya bahagia. Ia ingin ibunya tersenyum sekali saja karena dirinya. Hanya keinginan yang sangat sederhana, tapi sangat berarti bagi anak lelaki itu.
Namun sayang, "Pindahkan dia ke kolam berikutnya!"
"Tidak! Ibu, aku takut. Ibu kumohon, aku ingin diceritakan dongeng olehmu. Ibu! Tidak!" teriaknya kencang sambil menangis. Tubuhnya diseret paksa oleh dua pelayan ke kolam renang berikutnya yang lebih dalam. Baru saja ia menyelesaikan latihannya di kolam satu meter, tapi ibunya memaksanya untuk berlatih di kedalaman tiga meter tanpa pelampung atau pengaman apapun, tentu saja ia merasa ketakutan.
Byur
Splash
SplashIa meronta di dalam air, guyuran hujan di malam hari menambah nuansa mencekam di dalam kolam itu. Tidak ada seorangpun yang mengulurkan tangan untuk menolongnya. Para pelayan rumahnya seolah menutup telinga, mereka hanya diam dengan ekspresi prihatin. Mereka tak ingin mengambil resiko dipecat karena menolong anak majikannya.
Sementara anak itu tetap berusaha berenang ke tepian, "Ib ... "
Bahkan sang ibu, yang melahirkannya, sama sekali tak beranjak dari pijakannya. Sama seperti yang lain, ia hanya menonton anaknya yang bisa saja mati tenggelam saat itu juga.
Matanya menyorot tajam ke arah riak air yang mulai tenang. Tangan yang meronta meminta tolong tak nampak lagi disana. Hanya ada tetesan air hujan yang seakan menangisi nasib anak itu.
"Lemparkan pelampung itu!"
Titahnya kepada pelayan yang membawa ban pelampung ditangannya. Pelayan itu pun segera melemparkan pelampung tersebut ke kolam, tepat di atas anak itu tenggelam.
Wanita itu berbalik untuk meninggalkan kolam bersama pelayan yang memayunginya tanpa ingin tahu bagaimana keadaan anak lelakinya.
Tiba-tiba, "Aku benci kau! (Terisak), kau jahat! Aku benci kau!". Anak itu tak memperdulikan apapun, ia berlari sangat kencang, meninggalkan orang-orang yang telah menyakitinya.
Apa salahnya, ia hanya ingin mendapatkan apa yang anak-anak lain dapatkan dari ibunya. Bahkan ibunya tak pernah melihatnya. Ia hanya ingin diperhatikan, itu saja.
Wanita itu berhenti sejenak mendengar ucapan menohok putranya, namun sepersekian detik ia kembali berjalan masuk ke rumah. Tak ada intrupsi apapun untuk para pelayan agar mengejar anaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/107208795-288-k569788.jpg)