Chapter 20 : New Guy

21 2 0
                                    

[A Story about the past]

Setelah insiden itu, kelompok peneliti Mr. Anderson dibubarkan karena terbukti melakukan pelanggaran kode etik. Setelah diteliti, mutan-mutan tersebut terbukti bisa merugikan tumbuhan. Pemerintah tidak ingin ambil resiko jika para petani di negaranya mengeluhkan panen gandumnya yang menurun drastis. Tidak ada yang tahu mutan itu akan tetap berada di laboratorium atau mungkin sudah menyebar luas. Alhasil Prescotte dan Muller lah yang duduk sebagai pemenang dan menjadi ketua asosiasi ilmuwan skandinavia.

Tak ada yang berusaha menyelamatkan penelitiannya, semuanya menyerah begitu saja. Neil, Rose, dan Ricci tak pernah lagi menampakkan wajahnya di depan Mr. Anderson. Mereka hilang seperti ditelan bumi.

Kini hanya ada Mr. Anderson dan Olivia disampingnya. Walau kehidupan Mr. Anderson terlunta-lunta dengan pekerjaan yang tidak jelas, tetapi Olivia selalu setia menemaninya kapanpun dan dimanapun. Terkadang Mr. Anderson tak tega melihat kesetiaan Olivia yang begitu besar kepadanya, sedangkan ia sekarang bukan lagi sosok yang gagah dan memiliki segalanya.

"Mr. Anderson, waktunya makan," suara lembut Olivia menyadarkannya dari tumpukkan data di meja kerjanya.

"Letakkan saja di meja, aku akan segera kesana," lelaki itu tetap terpekur serius. Kacamatanya selalu setebal kabut pagi, mungkin sekarang lebih tebal lagi karena setiap hari yang ia kerjakan hanya memandangi layar komputer, membaca koran dan sewaktu-waktu pergi keluar untuk memastikan sebuah kabar.

"Tentu, cepatlah makan sebelum dingin," wanita itu berbalik pergi. Hatinya sakit lagi, selalu seperti ini setiap hari. Disayangi, tapi tak pernah hampir menjadi lengkap. Ada sesuatu yang menghalangi lelaki itu untuk sepenuhnya mencintai dirinya. Ia tahu penghalang apa yang tak akan pernah bisa ia hancurkan.

Olivia meratapi semangkuk sup menyedihkan yang ada didepannya. Air mata menetes dari ujung mata indahnya, ia mengusapnya keras. Sampai kapan ia akan merasakan kemeranaan karena mencintai seseorang yang selalu memikirkan orang lain.

Lelaki itu keluar dari kamar pengapnya karena merasa lapar. Sup yang disajikan Olivia sudah tidak terlihat berselera, dingin. Tetapi, untuk menebus kesalahannya ia makan sup itu dengan lahap. Mr. Anderson tahu akan sikapnya yang sudah keterlaluan pada Olivia. Tapi ia tak bisa memungkiri perbuatannya, harus bagaimana lagi ia menjelaskan, karena sudah begini adanya. Mr. Anderson pun sudah menyuruh Olivia untuk meninggalkannya, tapi ia bersikeras untuk tetap tinggal. Begitu baiknya wanita itu.

Tiba-tiba ditengah suapan terakhirnya seseorang mengetuk pintu kayu rumah mereka. Mr. Anderson bangkit dari duduknya secara tergesa, ia berharap ada kabar baik kali ini. Seorang pak tua hadir di ambang pintu dengan jas hujan hijaunya. Mendengar percakapan lelaki tua itu dengan Mr. Anderson yang kelewat lantang karena berusaha melawan riuhnya hujan, Olivia pun menghampiri mereka berdua. Sepertinya memang ada kabar baik.

"Olivia! Mr. Goldy menemukan petunjuk. Aku harus menemui wanita itu secepatnya sebelum ia pergi ke Belanda! Ia tahu dimana Rosy berada!" Dengan suara lantang ia menggenggam tangan Olivia. Olivia bisa merasakan betapa bahagianya Mr. Anderson saat ini. Ekspresi yang sudah lama tak ia tunjukkan, kini muncul lagi saat mendengar kabar baik dari Mr. Goldy. Sejujurnya Olivia tidak begitu senang dengan kabar yang dibawa Mr. Goldy.

"Aku harus segera pergi!" Mr. Anderson mengambil jas hujan dan sepatu bootnya. Ia pergi dengan terburu-buru, ingin rasanya ia segera berhadapan dengan wanita itu dan menanyakan semua pertanyaan yang menghantuinya selama ini. Penantiannya selama bertahun-tahun kini membuahkan hasil. Sebentar lagi ia akan bertemu dengan anak buah kesayangannya.

Namun kakinya terhenti di pagar rumahnya saat mendengar teriakan dari ambang pintu, Mr. Goldy menopang Olivia yang hampir jatuh karena kesakitan.

"Aaa!" Teriak Olivia sambil memegangi perutnya yang sudah membesar.

Dandelion's promiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang